CHAPTER 3: Where Are You?

118 13 2
                                    

Lambat laun pikiran tentang Lee Soohee terus menggerogoti otaknya. Sepuluh tahun menanti dan berusaha menemukan. Sebercak harapan terkadang tumbuh menjadi ribuan bahkan jutaan dan dapat hilang dalam sekejap mata.

Lee Soohee, satu-satunya nama yang selalu mengukir di kepala. Tak ada yang lain, seluruh pikirannya terisi oleh gadis cilik yang entah di mana. Yang diingatnya hanyalah kata pamit singkat dengan hadiah kecil yang sampai saat ini dipakainya. Ia berharap jika sewaktu-waktu bertemu Soohee, gadis kecil yang mungkin telah tumbuh menjadi wanita cantik itu akan mengenalinya dengan menunjukkan kalung berliontin maple yang selalu dijaga olehnya.

Tak seorangpun mengetahui hal ini, sekalipun sang ayah dan ibu tahu akan tetapi tak sebaik dirinya sendiri. Kepulangan ke Korea bukan tanpa sebab, ia mengikuti alur perasaannya. Jika ia tak menemukan Soohee di China, barangkali di Korea.

Gadis cilik itu pergi bukan tanpa pamit. Dia berkata akan menunggu kedatangan Hyunsik di rumahnya China. Dia bahkan meninggalkan selembar kertas bertuliskan alamat rumah barunya sehingga memunculkan tekad baru dalam hati pria itu.

Namun, harapan seolah sirna saat mendapati alamat itu hanya berupa rumah kosong yang telah tersegel oleh bank. Jika ditelisik, mungkin segel itu berusia tak lebih dari dua tahun. Tak lama setelahnya, ia mendengar jika sang pemilik rumah terlilit hutang sehingga harus merelakan sebagian atau bahkan seluruh hartanya.

Pertanyaan yang terus menjadi kata misteri, di manakah Soohee saat ini? Ia yakin tak salah membaca alamat yang tertera. Tapi, ke mana perginya dia sekarang? Bagaimana keadaannya? Kalau sedang berada di masa sulit, kenapa tidak datang dan berlari ke arahnya seperti dulu? Menangis dibalik punggungnya dan ia akan senantiasa melindungi. Kenapa tidak seperti itu?

Setumpuk pertanyaan yang membabi buta dan lagi-lagi tanpa jawaban secuilpun. Pria itu kesal bukan main. Dia yang sejak tadi menulis di buku musiknya kehilangan fokus secara total. Diremasnya buku itu dengan tangan kekar. Ia tahu kekuatan kertas tak seberapa, namun ia meremas dengan seluruh tenaga seolah menyiratkan kekesalannya.

"ARRRGHHHH!!!!!" erangnya lalu melempar remasan kertas itu di sembarang tempat.

"A... apa ini? Hyunsik-ssi, apa yang kau..." ucapan sang manajer harus tertahan saat menyadari punggung majikannya yang naik turun cepat.

Menyadari itu, Hyunsik menutup kedua matanya sejenak dan berusaha memperbaiki suasana hati juga deru nafasnya. Ia tak mau siapapun menyadari sikapnya. Dia mengabaikan Eunkwang yang masih mematung dan memilih masuk ke dalam kamar.

(***)

Kalender bulan Juli telah tergantikan oleh Agustus. Udara di luar terasa lebih dingin di banding bulan Juli, rupanya musim gugur akan segera menyapa. Bahkan pohon cherry pun mulai mengering dan berguguran tersapu angin.

Sore itu senja menjingga dengan cantik, di padu dengan warna kekuningan daun-daun yang mulai mengering karena musim. Tak sedikit orang-orang dengan waktu senggang menikmati sisa hari dengan berjalan-jalan melepas penat.

Lain halnya dengan Hyunsik. Pria itu menatap sebuah tart yang selesai dihias oleh kedua tangannya. Perlahan ia menata lilin-lilin di atas tart itu dan di akhiri dengan lilin berbentuk angka 20 yang berada di tengah. Di samping tart itu ada sebuah kotak hadiah yang sengaja ia letakkan. Pria itu tersenyum melihat tart miliknya yang cantik. Di sana ia mengukir seutas nama yang selalu dirindukan dan tak pernah luput dari pikirannya.

"Happy birth day Soohee ... happy birth day Soohee .... "

Dia bernyanyi ringan sembari menyalakan lilinnya satu per satu. Setelah itu ia menutup kedua matanya untuk membuat harapan kecil. Tidak ada salahnya berharap di hari ulang tahun orang lain, harapan yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

AUTUMN ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang