CHAPTER 12: Falling Tears

43 8 0
                                    

Gadis berkerudung itu duduk memeluk kedua lututnya yang tertekuk, dia menyembunyikan wajahnya di sana dan terisak sedu. Sesekali dia memukul dadanya yang sesak karena menahan tangis, sekalipun tak seorang pun tahu apa yang dilakukannya malam-malam di tepi Sungai Han. Tempat ini terlalu sepi untuk dilalui orang-orang.

Dia terkejut saat merasakan panas singkat mengenai punggung tangan. Dia mendongakkan kepala dan mendapati sosok lelaki yang menutup sebagian wajahnya dengan syal tebal. Pria itu berjongkok tepat di hadapannya memberikan tatapan lembut.

"Oppa..."

"Kau sudah makan?" tanyanya sembari meletakkan sepaket nasi gulung yang tampak lezat dan panas.

Gadis itu tak menghiraukan dia yang sibuk menyiapkan makanan. Kedua mata Soohee masih sibuk bertanya-tanya "Oppa... kenap..."

"Aaaa... buka mulutmu. Cepat..." lelaki itu menyuapkan seiris nasi gulung pada Soohee.

"Ayo makan... setelah itu kuantar pulang..." paksanya lagi.

Dengan ragu dia membuka mulut dan menerima suapannya. Kunyahan yang teramat pelan itu berubah lebih cepat, lidahnya sangat mudah beradaptasi dengan nasi gulung. Tak memberi celah bagi gadis itu untuk berbicara, dia tetap menyuapinya sampai seluruh nasi gulung dalam kotak tandas.

Hari kian larut, keduanya berjalan menyusuri jalanan Itaewon yang cukup sepi. Tak ada percakapan apapun, pria itu sekedar menyamakan langkah kaki dengan gadis yang berjarak beberapa meter di depannya. Dia terus mengawasi punggung Soohee yang tak tegak sama sekali. Dapat dipastikan jika dia juga tak tersenyum.

Hyunsik menghentikan langkahnya saat gadis itu sontak berbalik dan menatapnya sayu. Sorot matanya terisi oleh segurat permohonan, dia meraih tangan kekar Hyunsik dan menggenggamnya erat.

"Oppa... aku... tidak ingin pergi..."

Pria itu mengerutkan dahi,"pergi? Maksudmu?"

"Mi... Minhyuk Oppa akan mengirimku ke Kairo untuk belajar, tapi aku tak ingin pergi. Di sana tidaklah murah juga tidak dekat. Aku takut sendirian dan tak mau merepotkan Minhyuk Oppa lebih banyak. Di sini saja sudah cukup, aku akan tetap bertahan hingga lulus..." jelasnya.

Hyunsik menyadari kegusaran gadis itu, kedua matanya telah memerah dan semakin mengeratkan genggaman tangan kanannya. Dia lagi-lagi menatap lembut gadis itu sembari mengusap kepalanya yang terbalut kain penutup kepala.

"Lalu... bukankah itu baik? Kau dapat menempuh pendidikan dengan lebih tenang tanpa kekerasan gadis-gadis sialan itu..."

"Kau tidak mengerti," gadis itu mulai terisak,"Minhyuk Oppa bekerja sangat keras untuk menghidupiku setelah kepergian ayah dan ibu. Dia bahkan belum menikah, aku... selalu membebaninya meski dia tak pernah menganggapku sebuah beban..."

Selangkah lebih maju, Hyunsik mendekat dan menarik gadis itu dalam rengkuhan. Dia membiarkan Soohee menangis di dada bidangnya. Air mata Soohee yang berhasil menembus kulit pria itu seolah menusuk hatinya dan menyematkan beberapa titik luka tanpa sebab.

Dia beralih mengusap pelan punggung Soohee yang tampak berat. Entah kenapa luka gadis itu sampai pada hatinya, dia yang mulai bosan dengan suara tangis gadis itu berubah seketika. Dia begitu ingin mendengar tangisannya, keluh-kesahnya, bahkan luka apa yang berlama-lama di hati gadis itu.

"Kau benar, aku tidak mengerti... jadi... tetaplah tinggal lebih lama, aku akan berusaha..." gumamnya pelan, bahkan gadis itu kemungkinan besar tak mendengar ucapannya.

(***)

'PLAKKK!!!!'

"ARGH!!!!"

Gadis bersurai panjang itu memekik keras saat tubuhnya terjatuh menghantam lantai, dia memegang pipinya yang memerah karena bekas tamparan keras. Dia meneteskan air mata yang tak kunjung mereda. Dihadapannya berdiri seorang lelaki paruh baya dengan mata menusuk tajam disertai nafas menggebu. Gadis itu meraih kaki pria itu lalu memeluknya erat.

AUTUMN ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang