CHAPTER 9: Sorry, Too Late

54 10 0
                                    

Angin musim gugur semakin sering berhembus menyalurkan udara dingin ke setiap sudut. Seperti biasa, kesibukan di lingkungan kampus selalu ramai lalu-lalang mahasiswa dengan kegiatan masing-masing.

Hari telah menuju pukul 10 pagi. Gadis berkerudung itu terlihat duduk di salah satu bangku taman universitas, dia membaca sebuah buku partitur musik yang dibawanya dari rumah. Buku itu sedikit usang, mungkin karena terlalu lama disimpan dan tak dihiraukan.

Perlahan, ia berusaha mengingat cara membaca not angka dan not balok itu. Ia menjajal tempo yang tertera dengan ketukan yang dibuatnya dengan suara kaki. Bibirnya sesekali bergumam mengingat-ingat bagaimana nada itu bermain.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam," balasnya lalu mendongakkan kepala.

Pria itu tersenyum lalu duduk di sampingnya dan mengulurkan segelas kopi panas,"kau tampak serius"

"Aku coba membaca buku ini," dia menunjukkan buku musiknya.

"Kau pindah jurusan? Kenapa musik?"

"Tidak. Aku hanya ingin belajar saja. Seseorang mengatakan tidak baik mengubur sebuah mimpi dengan paksa."

Pria itu mengangguk lalu memberikan lagi kopi panas yang sempat terabaikan. Bukannya menerima, gadis itu justru menolak.

"Kenapa? Kau bosan?"

Belum sempat dia membalas pertanyan itu, matanya lebih dulu menangkap segerombolan perempuan yang sempat menyakitinya. Mereka menatap dia dengan aura kebencian yang menyeruak, terlebih saat mendapati pria dihadapannya berlaku semanis itu.

Rasa takut itu muncul lagi, dia dengan tergesa-gesa meraih tasnya dan bangkit dari kursi. Kakinya dengan cepat melenggang pergi mengabaikan pria yang masih meneriaki namanya dan mencoba untuk mengejar.

Merasa diikuti oleh pria itu, Soohee bersembunyi di balik tangga darurat. Ia berharap tak ada siapapun yang menyadari keberadaannya. Ia menghela nafas panjang dan menyandarkan punggung pada pintu, perasaannya jauh lebih lega.

Firasatnya berkata jika tak ada lagi yang mengikutinya termasuk pria itu. Hati-hati ia membuka pintu dan mengintip sejenak. Ya, tak ada siapapun. Dia membuka lebar pintu itu dan menegakkan badan.

Tepat saat ia hendak melangkah, empat orang gadis itu tiba-tiba muncul dihadapannya dan mendorongnya begitu saja. Alhasil gadis itu terpaksa memundurkan langkah dengan segenap rasa takut yang menyelimuti.

(***)

Arloji milik Hyunsik sudah menunjuk pukul 13:45 KST. Ia masih berada di ruang praktek para mahasiswa seni musik. Pria itu tampak gusar dengan mata tertuju pada daun pintu yang tertutup. Pelajaran berakhir 45 menit lalu, namun dia masih di sana.

Berkali-kali ia melakukan panggilan pada nomor Soohee tapi belum ada jawaban hingga saat ini. Apa masih materi? Tidak. Gadis itu bilang materinya berakhir pukul 12. Lalu, apa ada materi tambahan? Tapi kenapa tak mengangkat teleponnya atau sekedar memberi pesan singkat.

Tak menemukan jawaban, ia memutuskan pergi mencari gadis itu. Langkahnya yang cepat tertuju pada gedung Fakultas Ekonomi yang tak jauh dari Fakultas Seni tempatnya mengajar. Di sana pintu utama telah tertutup, ia memaksa masuk. Namun, tak ada siapapun.

Pikirannya semakin tak karuan. Ia berlari dan mencari setiap sisi ruangan, berusaha menemukan sosoknya. Kata hati sangat yakin jika gadis itu masih di sini, ia hanya perlu menemukan dan memastikan.

Langkahnya terhenti saat ia berpapasan dengan sosok Ilhoon. Pasang mata keduanya bertemu dengan pertanyaan masing-masing. Dan entah kenapa Hyunsik lebih dulu menanyakan tentang Soohee.

AUTUMN ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang