CHAPTER 17: Annyeong... (LAST)

89 8 0
                                    


Gadis berkerudung itu sedang menata meja belajar menjadi lebih rapi dari sebelumnya. Dia kemudian meraih sebuah pena dan kertas oranye , perlahan ia menggoreskan pena itu di atas kertas. Cukup panjang kalimat yang ditulis oleh jemarinya. Merasa cukup, dia melipat kertas itu dan memasukkannya dalam sebuah amplop berwarna senada, ia kemudian membuka laci dan mengambil sebuah kotak.

Dia tersenyum saat mendapati kotak berisi penuh dengan daun maple kering yang selalu di simpannya setiap musim. Dia memilah-milah daun itu dan mengambil satu yang menurutnya paling indah dan menarik. Dia pun menyertakan daun itu dalam amplop berisi kertas tadi dan menyematkan perangko kecil berbentuk maple di bagian depan.

Setelah selesai ia meletakkan surat itu dalam ranselnya dan bergegas untuk pergi. Dia berpamitan pada sang kakak untuk pergi. Dengan sepeda, gadis berkerudung itu menyusuri jalanan.

Dia menghentikan sepedanya di depan Universitas Nasional Seoul. Sejenak ia menata alur jantungnya dan kembali mengayuh sepeda. Usai memarkir sepeda, dia berjalan dengan wajah tertunduk dan langkah tergesa-gesa. Dirinya berharap tak ada pasang mata yang memerhatikan.

Langkahnya tertuju pada kantor administrasi, seletah mendapat ijin ia pun masuk ke dalam dan memberikan sebuah amplop coklat.

“Kau yakin akan tetap pindah?”

Ne, saya melakukan apa yang kakak saya perintahkan.” Tegasnya.

“Baiklah, semoga berhasil,” lelaki berusia sekitar 30 tahunan itu menyematkan senyum kecil.

Gadis itu bangkit dari duduknya dan membungkuk hormat,”terima kasih, Pak.” Dia pun segera pamit dan meninggalkan ruangan itu.

Namun, langkahnya tercekat saat dirinya dihadang oleh seorang lelaki yang cukup lama tak ditemui sejak insiden kecil itu. Pria itu terlihat menunggunya, kedua mata mereka bertemu dan menyampaikan ekspresi masing-masing.

(***)

“Jadi, kau serius akan ke Kairo?”

Ne, ucapan kakakku sangat benar. Aku masih belum mengenal agamaku dengan baik,” gadis itu menghela nafas lalu melanjutkan,”Minhyuk Oppa, tidak mengirimku tanpa alasan.”

“Lalu... apakah kita masih dapat bertemu?”

“Entahlah, kuharap akan bertemu dengan sosok yang berbeda di masa mendatang. Tapi, Sunbae, terima kasih kau selalu menjadi teman untukku...” dia tersenyum.

Lelaki yang duduk di sampingnya itu pun bangkit dan berdiri dihadapannya,”Soohee-ya, bagaimana jika aku menunggu kedatanganmu? Selama itu, maukah kau membawa sebagian dari perasaanku selama ini?”

Perkataan itu membuat Soohee terdongak. Dia masih tersenyum sembari bangkit dari duduknya,”mianhae, aku tidak dapat menjanjikan apapun. Aku takut akan mengingkarinya. Ilhoon Sunbae, mianhae...” dia pun tertunduk.

“Kenapa ma’af? Aku tidak memintamu berjanji. Aku... aku... aku hanya ingin sedikit berharap padamu...”

“Jangan... kau lebih baik tak mengharapkan apapun, itu akan menyakitimu. Sampai bertemu lagi, Sunbae-nim. Assalamu’alaikum...” gadis itu pun beringsut dari hadapan Ilhoon.

Lelaki itu masih menatap punggungnya yang menjauh dengan tatapan sayu. Ya, ada sedikit desiran dalam dada yang terasa menyayat. Kedua matanya memerah dan berkaca-kaca, perasaannya harus pergi menjauh setelah sekian lama terpendam.

'Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku atas pendirian-Mu. Hari ini aku melepas seseorang yang selalu kudo’akan dalam sela-sela sujud. Aku tidak menyebut ini penolakan, melainkan sebuah kerelaan. Rela untuk tidak menyukainya sebelum halal, rela jika suatu ketika dia memiliki imam yang lain. Namun, hingga saat itu datang, biarkan aku berharap sedikit. Hanya pada-Mu, ya Rabb...'

AUTUMN ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang