Sebuah cerita singkat tentang perasaan yang tersembunyi. Hadir dalam hati sebagai anggapan lebih tentang menyukai sesuatu, barangkali orang menyebutnya cinta.
Cerita itu kebanyakan berawal dari pertemuan lalu timbul perasaan dan akan berakhir saat ketidakcocokan itu berhasil menghasut perasaan masing-masing, memudarkan rasa cinta yang sempat terbina dengan cantik. Lalu menyisakan luka atau beralih pada orang yang lain dengan alasan kenyamanan atau merasa lebih baik.
Ya, sekelumit cerita itu selalu terulang pada setiap individu. Namun, apa yang terjadi jika bertepuk sebelah tangan? Tidak, perasaannya menyangkal utuh kata sebelah tangan. Dia hanya belum mengatakan dan masih memerlukan waktu untuk mengungkapkan rasa yang tersimpan cukup lama.
Apa orang akan menganggapnya pengecut? Terserah, karena memang kenyataannya seperti itu. Bahkan setelah ia berusaha memantapkan hati dan tekad, namun semua kembali menciut kala ia menatap kedua bola matanya. Lalu di sebut apa perasaan seperti ini?
Hyunsik berdiri menghadap luar jendela apartemen yang menyuguhkan pemandangan malam kota Seoul. Dari tempatnya, ia mampu melihat banyak cahaya lampu yang menerangi gedung-gedung tinggi di Seoul. Pria itu ditemani secangkir teh panas yang masih mengepulkan asap. Sesekali ia menyeruput teh panasnya sembari melihat pemandangan malam.
"Hoamzzz ... kau belum tidur? Apa terjadi masalah?" tanya sang manajer yang muncul dari belakang dengan setelan baju tidur dan sebuah guling yang dipeluknya erat.
"Tidak. Aku hanya ingin berfikir sedikit lebih lama," balasnya dengan mata tetap tertuju pada jendela kaca itu.
Senyumnya terukir lembut. Benar, dirinya sedang membayangkan gadis berpenutup kepala itu. Ia sangat menyukai saat-saat ketika wajah Soohee muncul di benaknya. Dia sepenuhnya paham tentang perasaan yang telah hadir kembali setelah sekian lama terpendam dengan penuh tanda tanya.
(***)
Waktu beranjak siang. Suasana di kedai mie kacang hitam yang berada tepat di depan pohon maple itu terlihat cukup ramai dengan pembeli, bahkan tempat duduk untuk pelanggan terlihat hampir penuh oleh mereka yang datang dengan perut lapar.
Sang koki tengah sibuk membuat adonan mie, ia tak sendiri dan di bantu oleh dua orang pegawainya. Karena hari libur, jadi dia mendapat tambahan pegawai yang tak lain adiknya sendiri, Lee Soohee.
"Terima kasih..." ucapnya sembari memberikan sekotak mie kacang hitam pada seorang pembeli.
Lonceng yang berada di atas pintu masuk berdenting ringan menandakan seseorang baru membuka pintu. Benar saja, dia mendapati seorang pria yang kerap di panggilnya 'sunbae' berjalan menuju meja counter sekaligus meja kerja koki pembuat mie itu.
"Eoh? Sunbae-nim, selamat datang" sambut gadis itu dengan senyum ramahnya.
Mendapati sosok Soohee mengenakan apron hitam dan kemeja abu-abu dia membalas senyum ramah itu,"aku ingin semangkuk mie kacang hitam dan teh hangat"
"Ne, silahkan pilih tempat dudukmu"
Lemparan senyum itu berakhir saat Soohee bergegas membuat pesanan pria itu. Dia menata mie yang baru selesai di masak itu di dalam mangkuk. Asap yang mengepul dan bau saus yang khas membuat perut yang mulai tenang kembali riuh.
"Siapa? Kau terlihat mengenalnya?" tanya sang kakak pada gadis itu yang sedang menyiduk sausnya.
"Ilhoon Sunbae. Dia seniorku di universitas" balasnya singkat.
"Aaah... jadi dia yang membuatmu terlibat masalah. Haruskah aku mengusirnya?"
"Jangan. Aku tidak ingin merusak pemandangan indah di kedai ini, lihatlah pelanggan yang menyantap makanan mereka dengan tenang itu." Balasnya lalu meletakkan mie siap saji itu di atas nampan kemudian berlalu dari sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN ☑
FanfictionSuara ketukan sepatu hitam yang dikenakan pria itu tedengar senada dengan langkah kakinya yang hati-hati. Ia menyusuri setiap ruang rumah rapuh yang telah lama ditinggalkan, barangkali hanya ada tikus dan laba-laba. Pencahayaan yang minim tak membua...