CHAPTER 10: Smile on Face

54 9 2
                                    

Apa kabar dengan hati yang sempat remuk itu? Apakah lukanya benar-benar sembuh sehingga dapat menghasilkan senyum cerah di wajahnya atau justru semua hanya tipuan semata? Siapa yang tahu-menahu tentang hal itu selain dirinya sendiri karena kenyataannya gadis berkerudung yang tangannya masih terbidai itu tengah tersenyum lebar hingga membuat kedua matanya menyipit. Dia tampak senang bergurau kecil dengan seorang perempuan di kursi taman kampus

"Aaah... itu keren. Aku tidak menyangka kau sedekat itu dengan seorang maestro tampan sepertinya, aku iri..."

"Kenapa? Dia sama saja,"

"Mwo? Sama saja? Dia memperlakukanmu seperti benda paling berharga. Kau tidak menyadarinya? Saat aku mengunjungimu... dia sungguh tulus menatapmu, dan senyumnya benar-benar... aishhh..."

Gadis berambut panjang itu tersipu malu kala dirinya membayangkan perlakuan manis pria yang disebutnya maestro itu. Alhasil, Soohee terkekeh pelan dan mengguncang kedua bahu gadis itu. Ia berharap temannya segera sadar dari lamunan tinggi itu.

Tanpa keduanya sadari, sejak tadi ada sepasang mata yang terus mengamati dari kejauhan. Benar, Hyunsik ikut tersenyum ketika melihat Soohee tampak baik-baik saja. Dia cantik dengan senyum itu, sesekali dirinya turut merasakan kebahagiaan yang hadir bagaikan angin musim gugur.

Namun, hatinya kembali nyeri saat melihat luka itu masih setia menghias wajah Soohee dan tangan kanan yang terbalut bidai rapi. Ia hanya dapat menghela nafas kasar lalu berbalik arah dan mulai berjalan meninggalkan kedua gadis itu.

(***)

Suara tuts-tuts piano yang sengaja di tekan untuk menghasilkan melodi itu tak lagi asing di dengar. Siapa lagi pria kesepian yang selalu memainkan nada sendu dengan mengikuti alur perasannya itu? Udara dingin dan penerangan yang kurang serta kesendiriannya di gedung kesenian semakin melarutkan suasana.

Ia menghentikan permainan saat menyadari seseorang menyentuh pundaknya. Dia mendapati dua orang pria mengenakan jaket kulit hitam yang tak lagi asing untuknya. Dua pria itu membawa map merah.

"Kami menemukan tersangkanya. Tapi, kau mungkin akan sedikit terkejut mengetahui semuanya dan berniat untuk mengemas baik-baik masalah ini." Ucap salah satunya sembari mengangkat map merah itu.

Pria itu berdiri dari kursinya, melempar tatapan berisi pertanyaan pada kedua pria itu dan di balas dengan kekehan kecil. Alhasil kedua pria itu meletakkan mapnya di atas jajaran tuts piano lalu melenggang pergi begitu saja.

Masih dengan tanda tanya, pria itu meraih map tersebut dan membaca setiap lembar kertas yang tersemat di sana. Benar saja, dirinya tampak terkejut saat membaca profil lengkap seorang perempuan berambut panjang yang cukup familiar.

Namun, keterkejutan itu tak berarti lama. Senyum sinisnya muncul tiba-tiba. Entah pikiran jahat atau sebuah jalan keluar memenuhi kepalanya, yang jelas senyum pria itu benar-benar berarti.

(***)

Hyunsik berdiri di sebuah ruang kerja yang rapi dan bersih, di meja kerja itu ada sebuah tanda nama sang pemilik ruangan yang kini duduk di kursi nyamannya.

"Kau mau mencoba lagi? Hyunsik-a, kau tidak akan bisa lepas dari perusahaan ini"

Pria itu tersenyum muak dengan tatapan santai pria paruh baya bersetelan jas hitam di hadapannya. Dia bahkan mengangkat kedua kakinya dan sengaja di letakkan di atas meja membuang seluruh sopan santunnya.

"Lalu, bagaimana dengan ini?" tanyanya santai sembari melempar map merah yang di dapatkannya beberapa waktu lalu.

"Aigooo... baiklah. Kubaca sekali lagi, kuharap kali ini sedikit menggetarkan hatiku untuk melepasmu.."

AUTUMN ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang