Sakit

1K 60 18
                                    

Pukul 21.56 diluar masih hujan dan macet. Tapi syukurlah Alna dan Evlan sekarang sudah sampai di rumah Evlan.

Evlan melirik ke samping, dan dilihatnya tuan putri sedang tidur dengan santainya. Siapa sangka wajah damainya saat tidur mampu membuat seorang kulkas tak berpaling menatapnya.

"Sial." Umpat Evlan saat menyadari pandangannya telah terkunci pada wajah damai Alna.

Tanpa babibu lagi, Evlan keluar menuju pintu utama rumah, dan memencet bel berkali kali. Setelah ia rasa cukup, Evlan kembali menuju mobilnya dan menggendong Alna masuk menuju rumahnya.

Kalau kalian mengira Evlan tidak ceroboh, kalian salah. Hei lihat itu, malam ini masih hujan, dan ia menggendong Alna sedangkan wajah Alna sendiri terkena air hujan. Apakah ia tak bisa menunggu mamanya terlebih dahulu untuk meminta tolong membawakan payung?

"Loh? Evlan? Kok Alna nya dibawa ke sini? Tadi kan mama udah chat kamu, biar kamu bawa Alna pulang ke rumahnya, karena mama Rena udah pulang duluan," Ucap Tika ketika melihat Evlan di ambang pintu sambil menggendong Alna.

Benar! Ia tak berfikir sampai ke situ. Bahkan ia sama sekali tidak membuka hpnya. Ia diselimuti rasa kekhawatiran akan gadis yang sedang ia gendong. Tunggu. Evlan khawatir?

"Yaudah sana kamu bawa dia masuk dulu. Kamu jangan macem macem! Mama mau ambil handuk dulu" Titah Tika.

Evlan pun menggendong Alna masuk menuju salah satu kamar. Iya, itu kamarnya. Beruntungnya Alna. Ia adalah satu satunya orang yang diperbolehkan tidur di kasur Evlan. Bahkan Enry san Elvi pun ia larang.
Tak lama kemudian Tika masuk untuk membereskan semuanya

Pukul 01.00 dini hari Evlan masih belum bisa memejamkan matanya. Ia menggeliat tak nyaman. Tentu saja tak nyaman. Ia harus rela sekasur berdua dengan kakaknya itu. Apalagi dengan tingkah tidur Enry yang sangat super.

Yang benar saja. Dulu ketika Evlan masih menduduki kelas 5 SD ia terpaksa sekasur dengan Enry karena kamarnya dalam masa dekorasi. Saat itu ia sedang dengan santainya tidur, tiba tiba sebuah hantaman benda keras mendorongnya, membuat Evlan berguling jatuh. Sungguh kasihan bukan, si Evlan?

Apalagi yang paling Evlan benci ialah Enry tidak mengingat apapun atas apa yang telah ia perbuat pada adik kecilnya itu. Jangankan minta maaf, ingat saja tidak!

Oke kembali ke Evlan.

Seketika ia ingat akan tugas yang diserahkan oleh anggota OSIS padanya. Evlan pun mulai mencari keberadaan flashdisk yang notabene berisi tugas tugas yang diserahkan padanya. Namun nihil. Evlan tak menemukannya.

Lalu seketika ia sadar. Ini bukan lah kamarnya.......

Bukan kamarnyaa....
Bukann...
Kamarnyaa....
Kamarnya.......

Baka! Kenapa ia sebodoh ini?! Evlan berkali kali merutuki dirinya atas kebodohannya barusan. Bagaimana ia bisa lupa dengan kamarnya sendiri?

Evlan berjalan santai menuju kamarnya. Sungguh, karena kebodohannya barusan, sedikit rasa kantuknya menghilang. Ia benar benar tak menyangka akan sebodoh itu.

Dengan sedikit keberanian, Evlan memutar knop pintu dengan hati hati.

"Ga dikunci,"

Dengan segera ia mencari benda yang sedang mengganjal di pikirannya. Jika benda itu menghilang, habis sudah.

Setelah selesai ia buru buru mengambil macbook nya, dan keluar secepat mungkin. Jika ada yang memergokinya, bisa bisa Evlan disangka yang tidak tidak.

Namun, langkah kaki Evlan terhenti saat seorang gadis mengucapkan suatu kata dengan samar samar.

"Dd.. Dinginn." Alna menggigil kedinginan. Hawa malam ini memang sangat dingin.

FREEZE? UNFREEZE! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang