Lebih Takut Cabe apa Nanda?

918 56 5
                                    

Pagi ini, Alna lagi lagi berada di kediaman Effycho. Bukan karena apa. Ia dan Evlan hari ini dimintai persetujuan atas perjodohan ini. Alna benar benar akan mempertjmbangkan ini berpuluh puluh kali lipat. Selain ia jengkel dengan lelaki yang duduk di sebelahnya ini, ia juga malas jika suatu hati nanti pernikahan mereka, Alna harus berurusan dengan Nanda.

Sejak kemarin malam, mamanya terus saja mendesaknya agar menerima perjodohan ini. Alasannya sih, 'janji harus ditepati' lah yang janji siapa yang nepati anaknya. Ini janji menguntungkan sepihak saja.

"Gimana? Kalian mau ya, terima perjodohan ini?" Tanya Dodyc pada Alna dan Evlan.

"Hahaha. Rencananya sih mau jodohin anak pertama kita. Eh ternyata sama lakinya. Hahaha yaudah yang kedua aja ternyata pas. Sesuai janji, kalian kudu terima." Apa apaan ini? Alno seenak jidatnya berkata seperti itu.

Memang dulu mereka berempat akan menjodohkan anak pertama. Saat itu, Rena mengandung anak laki laki. Tika berharap supaya anaknya kelak perempuan. Namun, takdir berkata lain. Setahun kemudian anak pertama Tika laki laki juga!

Hingga pada anak yang kedua, kini takdir memihak mereka. Ya, Alna dan Evlan lahir hanya dibataskan oleh 1 hari.

Itulah sebabnya, Alfin kini menginjak usianya yaitu 20 tahun, Enry 19 tahun, Alna dan Evlan 18 tahun. Dan ya, jangan lupakan si kecil yang lahir belakangan :v.

Mereka berdua tampak bergeming. Enggan mengeluarkan suara, ataupun memutuskan keputusan berat ini. Sampai akhirnya Evlan membuka suara, "Pa, izinin Evlan diskusi dulu sama Alna." Ucapnya pada Dodyc, bisa dilihat bahwa Evlan sangat menghormati pria itu.

Evlan menarik tangan Alna dan otomatis membuat Alna seketika berdiri. Ia mengikuti langkah Evlan, sampai langkahnya berhenti di halaman belakang rumah Evlan.

Mereka sama sama bergeming, membiarkan pikiran mereka memberontak terlebih dahulu. Ingin rasanya mereka berteriak bahwa mereka sama sama tak sudi satu atap. Namun, jika memang takdir, apa boleh buat.

Angin berhembus lembut. Dan awan menjadi kelabu. Seakan langit pun tau suasana sendu, gundah gulana, pada hati dua remaja labil ini. Bingung. Itulah yang ada di pikiran mereka saat ini.

"Gimana?" Tanya Alna membuka pembicaraan. Jika tak begini, mereka terus terusan dalam mode canggung.

"Gue bingung. Nyokap gue punya asma, gue takut kalo gue tolak, asma nyokap bakal parah lagi." Evlan benar benar tak percaya kalau dirinya berada di posisi ini.

"Lalu, gimana Nanda?" Kini setitik air hujan mengenai pipi manis Alna.

Hening.

Lagi lagi, perasaan canggung ini muncul. Keadaan hening lagi. Hanya ada suara angin yang menerpa pepohonan. Kini mereka berdua sama sama memikirkan rencana yang tepat.

"Gue gak mau jadi janda muda." Kini Alna terkekeh pelan.

"Hn."

"Kita gak bisa terima ini karena kita gak sama sama cinta!" Kini Alna jengkel dengan keadaan diujung tanduk seperti ini.

"Hn."

"Plis deh ya. Gue jamin gue gak bakal betah nikah sama kulkas kayak lo gini. Tiap hari gue ngomong sama kulkas mulu!"

"Gue mau terima. Asal rahasiain dari siapapun." Ucapnya kemudian pergi meninggalkan Alna sendirian ditengah gerimis halus si hujan.

"Kulkas sialan! Gue gak bisa terima ini! Gue bisa mati di tangan Nanda kalo semua kebongkar!"

Evlan kembali ke posisinya awal. Duduk di sebelah Alfin dan Enry. Ia berfikir sejenak mencoba menata bahasa yang akan ia keluarkan.

"Aku sama Alna terima ini. Asal rahasiain dari selain keluarga." Ucapnya dingin, kemudian pergi begitu saja.

FREEZE? UNFREEZE! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang