___________
Konbanwa, minna👋Hai ketemu lagi sama author nih. Apakabar semuanya?😁
Alhamdulillah, author udah selesai UASnya. Dan akhirnya bisa update juga. Makasih ya yang udah mau nunggu👋
Part ini agak berbeda. Karena gak ada quotes di awal, dan sambutan authornya ada di depan. Semua akan kembali normal saat beberapa part yang telah ditentukan.😁❣
Oke jangan lupa tinggalin jejak, ya. Karena sangat membantu sekali bagi perkembangan menulis author.👌
Arigatou❣
Author.
___________'Siapa Al?'
"Gue gak tahu. Ada yang ngirimin gue paket. Tapi diinget inget gue gak pernah pesen apapun. Juga nama pengirimnya ditulis '1411441'." Tiba tiba Alna teringat sesuatu. "Cin, lo tau siapa yang tadi pulang terakhir sebelum gue?"
Recina yang berada di seberang sana tak mengeluarkan suara. Sepertinya gadis itu tampak berpikir. 'Gak tau gue, Al. Setau gue, anak piket terakhir.'
"Bentar, gue buka paketnya dulu. Lo jangan putusin sambungann." Kemudian tangan Alna terulur untuk memulai membuka bungkus paket di hadapannya ini. Pertanyaan kembali menyelimuti Alna, dari siapa paket ini dikirim.
'Al, udah kebuka paketnya?'
Kini giliran Alna yang tak memberikan jawaban. Mata hazelnya melebar menatap lurus kearah kardus paket yang baru saja ia buka. Jantungnya berdetup lebih kencang. Keningnya berkeringat, dan tangannya gemetar. Alna bangkit dan berjalana mundur dengan masih diselimuti rasa takut.
"Aaaaaaaaaaaa!"
***
Benda pipih milik Evlan berdering. Ya, Evlan sekarang berada di hotel, dan sebentar lagi akan menghadiri acara Dies Natalies di malam harinya. Sudah sejak beberapa jam ia tiba di Bandung. Entah setan dari mana, Evlan berharap yang menelponnya adalah Alna. Karena sejak ia sebelum berangkat hingga saat ini, hatinya merasa cemas meninggalkan gadis bar-bar itu sendirian.
"Halo, Nan. Ada apa?"
'Ih masa kalau aku telfon harus ada apa-apa,' sahut gadis di seberang sana yang masih berstatus pacar Evlan itu.
"Ya siapa tau ada hal penting."
'Evlan kamu lagi apa?'
"Aku lagi siap siap mau berangkat ke acara."
'Eh, Vlan. Aku tutup dulu ya, ada yang dateng di rumah ini. Dah.'
Tut.
"Iya."
Evlan menghela napas. Entah mengapa ia merasa kecewa, bahwa yang menelfonnya bukanlah Alna. Tapi gadis itu mana mungkin peduli dengan keadaan Evlan sekarang.
"Apa gue telfon Alna aja ya?"
***
"Udah Al, gak papa. Tenang ada gue sama Kevin. Gak papa, gak papa." Recinya mengelus pundak Alna mencoba menenangkan gadis itu yang sedang gelisah.
Kevin menatap kearah Alna dengan tatapan iba melihat kondisi Alna yang sangat kacau. "Bisa-bisanya ngirim beginian."
Sebuah paket yang Alna terima dari kurir tadi, ternyata berisikan belasan ekor kecoa. Dan Alna phobia dengan kecoa. Saat Alna membuka paketnya, satu dari belasan kecoa itu terbang. Hal ini yang membuat Alna berteriak, dan Recina yang masih tersambung dengan telfon Alna merasa khawatir. Kalau kalian bertanya mengapa Kevin bisa berada di sini, jawabannya Recinalah yang memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEZE? UNFREEZE! (REVISI)
Fiksi Remaja[Cerita dalam tahap revisi. Harap memaklumi typo" yang bertebaran.] Ada saatnya dimana kita harus berjuang menelan pahitnya hidup yang bertentangan dengan prinsip yang kita miliki. Semuanya berjalan begitu saja. Beberapa orang mengatakan, "Cobalah m...