Alna berjalan menuju kelasnya gontai, setelah ia selesai dengan urusan pertengkaran yang Alna rasa itu sangat merepotkan. Sungguh ia tak ingin campur tangan dan menjadi penonton saja, jikalau kejadian ini tak separah tadi.
Alna menyusuri koridor. Tampak risih setiap ia berjalan melalui seseorang, mereka justru menatap Alna. Yang ditatap risih, entah kenapa semua orang seperti tak pernah melihat manusia. Bahkan sampai ia sampai di ambang pintu kelas, tampak Dellyna menatapnya dengan mata membulat tanda terkejud.
"Yaampun, Al. Lo kenapa lagi?" Dellyna beranjak menghampiri Alna di ambang pintu dengan mata membiru lebam.
"Ha? Apanya?" tanya Alna kikuk.
"Ogeb, mata lo kenapa?" Dellyna mengambil handphone dari saku rok seragamnya, kemudian membuka fitur kamera, dan menyodorkannya dihadapan Alna. "Noh."
"Oh." singkatnya, lalu berjalan melalui Dellyna yang masih berdiri, dan mendudukkan bokongnya di kursi kesayangannya. "Ini cuma ketonjok doang, gausa lebay dah." Alna berkaca kembali mencoba melihat matanya yang menjadi pusat perhatian saat ia berjalan melewati koridor tadi. Pantas saja banyak mata yang menyorot padanya.
"Hah? Lo ketonjok? Dan lo bilang jangan lebay?! Lo ini bisa-"
"Dah udah. Gue ga papa."
"Ini ulah siapa? Jangan bilang ulah Ev-"
"Ck, Dell. Gue bilang jangan main suudzon dulu dah." Gadis bermata hazel itu melipat lengannya dan menenggelamkan kepalanya di sana.
"Pasti lo ada di balik rame rame tadi kan?" selidik Dellyna.
"Lo tau? Yeu, temennya kesusahan lo asik nonton."
"Jadi bener lo buat onar lagi?"
Alna mendongakkan kepalanya. "Apasih lo ga jelas bat." Lalu menenggelamkan kembali di lipatan tangannya.
"Udah gue bilang jangan sering sering bertengkar kek dulu lagi!" Ucap Dellyna penuh penegasan.
"Siapa yang bertengkar coba,"
"Jadi?"
Alna menghembuskan nafasnya gusar. Ia terpaksa menceritakan semua kejadian ini dari awal. Saat ia bertemu Kevin, pertengkaran terjadi, bertemu sapi bakar, dan kejadian di uks tadi. Sungguh merepotkan. Ia tak suka yang repot repot.
"Astaga, pantes aja lu bilang 'jangan lebay' lu ngebela Evlan ya?"
"Serah lo anjir,"
"Tapi ngapain sih lo ngebela doi, harusnya biarin aja dong babak belur. Lo nya udah dibuat pipilo ngebiru gitu juga. Dan lo harusnya marah dong kalo elo dikatain ja-"
"Udah Del, lo bacot mulu dah perasaan. Besok minggu lo mau ikut gue ga-"
"Ikut."
"Ikut."
Sedang asyiknya Alna dan Dellyna berbincang, seseorang, oh tidak. Dua orang aneh ini mengagetkannya. Ya, si kembar double re, siapa lagi kalau bukan mereka. Suara mereka yang keras, ditambah mereka yang berteriak bersamaan, membuat telinga orang yang mendengarnya bisa tuli.
"Eh lo. Ngapain si ikut ikutan gue?" tanya Recina yang dengan nada meninggi.
"Lah siapa sih yang ikut ikut elo. Lo tadi di perpus, gue di kantin. Gue kan ga tau kalo elo mau ke sini." jawab Revina yang tak kalah meninggi.
"Ya tapi kan lo bisa jalan agak di belakang gue, kenapa harus bareng, njir."
"Gue duluan yang punya rancana ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEZE? UNFREEZE! (REVISI)
Teen Fiction[Cerita dalam tahap revisi. Harap memaklumi typo" yang bertebaran.] Ada saatnya dimana kita harus berjuang menelan pahitnya hidup yang bertentangan dengan prinsip yang kita miliki. Semuanya berjalan begitu saja. Beberapa orang mengatakan, "Cobalah m...