"Sebel sebel sebelll. Gue telat bangunnn! Alarm gue kaga denger. Terus kemana dah si kulkas itu!"
Alarm bahkan berbunyi lebih dari 10 kali itu tak didengarnya. Bahkan Evlan sempat menelfonnya supaya ia tak telat lagi, tapi entah tak dengar ataupun tuli, gadis itu tetap nyaman dengan alam mimpinya.
Jam menunjukkan pukul 06.50 dan saat ini ia masih berada di luar apartemen. Tidak ada mobil atau bahkan motor? Bagaimana bisa Evlan meninggalkannya begitu saja.
Melihat kemacetan yang padat, tidak memungkinkan ia menaiki angkutan umum. Akhirnya dengan kebulatan tekad, Alna terpaksa berlari saja. Jaraknya 1,5 km tak terlalu jauh, namun dengan waktu secepat ini, apa ia sanggup?
"Sialan 3 menit lagi!" Alna berusaha menambah kecepatan larinya. Ini baru 3/4 jalan.
Saat ia sudah diambang kesuksesan, tampak di pagar seseorang yang sangat ia tak suka. Orang itu menatap Alna dari kejauhan dengan tajam, sambil berdecak pinggang.
"Alna, kamu tau ini jam berapa?"
"Pak pak pak izinin saya masuk pak."
Tiba tiba sebuah motor Nmax berwarna putih berlalu melewati Alna dan seseorang yang dikenal sebagai pak botak itu.
"Pak, ini pesanan bapak," ucap lelaki yang bagi Alna itu adalah seseorang yang asing.
"Oh ya terimakasih banyak ya Kevin. Kamu mampir ke kantor dulu, taruh di meja bapak. Bapak masih ada urusan." Kemudian dibalas anggukan mantap oleh lelaki yang bernama Kevin itu.
Hei hei hei, mengapa Alna pergi begitu saja? Pak botak yang menyadari itu, dengan segera pak botak berlari dan saat ia sudah di dekat Alna, dengan cepat pak botak menarik ransel Alna.
"Mau kabur hm? Kamu saya hukum. Lari keliling lapangan bendera 15 kali."
Tunggu tunggu. Lapangan ini lebarnya bukan main. Apakah Alna akan berlari di lapangan sebesasar ini? Apalagi dibawah matahari yang mulai menerik?
"Ta, tapi pak saya bel,,,"
"Tidak ada penolakan. Atau hukuman ditambah!"
Tanpa babibu lagi, Alna menaruh tasnya asal, kemudian berlari dengan gontai. Ia benar benar lesu, seperti tak ada gejolak semangat dalam jiwanya.
Di sisi lain, seorang ketua osis yang bisa dikatakan bahwa ia bersifat dingin itu, sedang berpatroli bersama dengan,, yaa bisa dibilang pacar kesayangannya. Mereka sedang berpatroli memcari siapa saja yang membolos saat jam pelajaran.
Saat mereka berada di depan kelas 10 IPA 1-4, yang notabenenya terletak di pinggiran lapangan upacara. Samar samar dari kejauhan, Evlan melihat sosok gadis yang ia kenali. Ia menyipitkan matanya, mengikuti gerakan gadis itu. Ia kembali menajamkan matanya, dan ternyata gadis itu benarlah Alnaya.
Nanda tak sengaja mendengar sebuah decakan dari mulut Evlan. Hei kenapa dia? "Kamu kenapa?" Namun ia tak menggubris pertanyaan Nanda.
"Alnaaaaa!!"
Evlan tersentak saat mendengar seseorang meneriaki Alna. Ia mencari cari sumber suara, dan benar saja, ia melihat Dellyna yang setengah berlari. Evlan mencari arah lari Dellyna, dan betapa terkejutnya Evlan saat melihat tubuh Alna terhuyung akan jatuh.
Saat Evlan mulai mengangkat satu kakinya, ia terhenti saat melihat seseorang yang tak ia kenal membopong tubuh gadis itu. Ada rasa bersyukur dalam dirinya, dan jugaa... bisa dibilang.. gejolak amarah?
"Alna.. Alna.. lo gak papa kan?" Tanya Dellyna sambil menepuk nepuk pipi gadis yang sedang digendong oleh Kevin itu.
"Pasti dia gak sarapan lagi..." ucap Dellyna lirih yang tentu masih bisa didengar oleh Kevin. "Cepet Vin, lo bawa dia ke UKS!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEZE? UNFREEZE! (REVISI)
Teen Fiction[Cerita dalam tahap revisi. Harap memaklumi typo" yang bertebaran.] Ada saatnya dimana kita harus berjuang menelan pahitnya hidup yang bertentangan dengan prinsip yang kita miliki. Semuanya berjalan begitu saja. Beberapa orang mengatakan, "Cobalah m...