"Akhirnya." Alna terduduk lemas di depan pintu apartemen nya. Ia melirik Evlan yang tampak kebingungan. Mencari apa dia? "Ngapain lo?"
"Kartunya ketinggalan."
Kartu ketinggalan, tandanya tidak bisa masuk. Dan itu berarti harus kembali lagi. Dan berjalan di tempat seluas ini, bawa 2 koper, sama 1 tas ransel. Ia harus melewati kemacetan lagi bahkan 3 kali.
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
1 jam
("Ngawur thor!" -Alna)
"APAAAAA?!" Bumm gunung api telah meledak.
Oke, kini Alna bisa saja mengeluarkan magma. Ia benar benar lelah. Membawa koper 2, keliling mencari tower apartemen, dan sekarang, ia harus menunggu? Yang kurang lebih 2 jam an? Kalian tau kan? Jakarta macetnya seperti apa.
"Pin! Berapa pin nyaa?!"
"Gue lupa," Ucap Evlan tak berdosa.
"Evlan babi! Gue capek! Lo kok bisa seceroboh ini sih?!"
"Ayo pulang." Tunggu tunggu. Apa? Pulang?
"Gamau! Lo pulang aja, gue di sini." Alna melipat tangannya dan kembali duduk.
"Lo ikut. Ntar ilang. Kopernya biarin di sini aja."
"Babi! Lo itu bego apa ga punya otak sih! Kalo barangnya taro sini, bisa ilang ogeb. Udah lo aja yang pulang. Siapa juga sih yang mau nyulik gue. Ngapain coba, kurang kerjaan."
"Lo kan cantik."
"Apaa?!" Hei, apakah Alna salah dengar? Apa tadi katanya? Cantik?
"Gak. Ayo," ajaknya sambil menarik tangan Alna.
"Kemana?"
"Pulang."
"Pulang pulang gundul lo peang. Lo gak tau apa, gue itu capek tau. Lo mah enak jalan gak bawa apa apa cuma bawa tas ransel doang. Lah gue bawa koper 2 sama tas ransel 1 coy. Emang lo gak kasian apa liat gue jadi babu kek gini. Salah siapa coba-" cerocosan Alna terpotong saat sesuatu menutupi pandangan mata Alna.
"Nih gue bawa. Gausah toa, berisik." Oh, ternyata yang dipegang Evlan dan yang menutupmatanya adalah kartu.
Apa? Dia membawanya? Bagaimana bisa. Apakah tadi Evlan... membohonginya?
"Sialan lo! Dapet dari mana lo hah?! Lo bilang tadi gak bawa? Buruan buruan masuk gue udah capek nih. Ngapain juga pake acara bercanda gak lucu sumpah." He heiii kini Alna mengambek seperti anak kecil.
"Gue cuma ngetest tekad."
Alna tak menggubris ucapan Evlan barusan. Ia benar benar lelah. Ia ingin cepat cepat menggapai pacarnya itu.
Evlan memasukkan kartunya, selang beberapa detik, terdengar bunyi, "welcome mr. Effycho. Have a nice day!"
Mereka memasuki apartemen yang bisa dibilang... cukup luas?
Alna mengedarkan pandangannya kepada apartemen berwanra dasar coklat ini. Kesannya benar benar, elegan?
Ya, lihat itu, di sebelah pintu masuk ada sebuah dinding pembatas dapur, living room yang mengarah pada balkon, sebuah washing room, di sebelah dapur ada.. bathroom? Dan lagi, sebuah kamar tidur. Tunggu tunggu. Apa? Hanya ada satu kamar tidur?!
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEZE? UNFREEZE! (REVISI)
Teen Fiction[Cerita dalam tahap revisi. Harap memaklumi typo" yang bertebaran.] Ada saatnya dimana kita harus berjuang menelan pahitnya hidup yang bertentangan dengan prinsip yang kita miliki. Semuanya berjalan begitu saja. Beberapa orang mengatakan, "Cobalah m...