•
"Gue pengen buka kembali hati hancur gue ini, tapi bukan untuk dihancurin lagi, gue mau lo hadir, dan perbaiki hati rapuh gue ini perlahan." ~Alnaya Martasya Effycho.
•Bel masuk sudah berbunyi dua-tiga menit yang lalu. Namun gadis bermata hazel, dengan sahabatnya, Dellyna. Masih asyik menghabiskan sisa sisa kenikmatan dari sepiring sarapan mereka.
"Lo kenapa ga sarapan di unit aja?" Dellyna selalu jengah dengan Alna, kadang ia juga sampai sehari tak ingat makan, jika tak Dellyna ingatkan.
"Ga sempet gue. Aaa enak banget dahh perut gue udah ke isi lagi."
"Yaudah ayo ke kelas." Dellyna beranjak namun,
"Yaelah bentarr. Rounde ke dua. Bentar ya." Dellyna hanya pasrah sambil melihat Alna yang berjalan ke salah satu kantin.
Alna kembali membawakan dua buah piring berisikan... siomay?
"Yaampun Alna, lo pengertian banget deh." Dellyna hendak mengambil salah satu piring dari tangan Alna, namun secepat mungkin Alna tarik untuk menjauh.
"Enak aja ini punya gue." Alna yang melihat Dellyna memajukan bibirnya pun terkekeh pelan dan memberikan piring berisi siomay yang sebelumnya hendak diambil Dellyna. "Nih gausah manyun gitu jugaaa."
Akhirnya mereka memakan siomay dengan santainya. Tak ingat lagi bahwa kini sudah masuk ke jam pelajaran pertama. Sedang asyiknya mereka makan siomay, suara gebrakan meja ditambah suara bariton itu mengganggu aksi menikamati siomay mereka.
"Kalian ngapain?!" Lelaki itu memberikan penekanan disetiap katanya.
Alna melirik kearah sang pemilik suara, betapa terkejutnya bahwa lagi lagi lelaki itu selalu mengusiknya.
"Buta lo ya?! Udah tau gue sama Dellyna lagi makan juga." Alna mengarahkan tatapan tajamnya kepada Evlan, kemudian melanjutkan memakan siomaynya.
"Kalian bolos pelajaran?" selidik Evlan.
"Astagaaa gue lupa." Alna menepuk jidatnya, kali ini dia benar benar lupa. "Kita gak bolos, gue lupa. Gak ada niatan kok." balasnya santai.
"Sama aja kal-"
"Bebeb." Ketiga pemilik mata itu refleks melirik kearah pemilik suara.
Alna mengarahkan pandangan matanya dari ujung kakinya sampai dengan rambutnya, lihat itu, seragam yang kekurangan bahan, bedaknya yang super tabal, tak lupa lipstiknya yang kontras itu, pakai eyeliner, serta hei, rambutnya yang dikibas kibaskan itu memberikan kesannya sebagai 'cabe'. Bahkan ia bisa disebut lebih padah dari, Rynanda. Apakah kalian ingat Rynanda? Ya, si tante sekolah itu.
"Apa sih lo." Evlan terlihat risih sepertinya. Bagaimana tak risih jika seseorang menggandengmu tanpa seizinmu seperti dugong itu. Yang benar saja.
Risih dengan semua pelakuan gadis itu, Evlan dengan cepat mengibaskan tautan tangannya dan berjalan cepat keluar kantin. Membiarkan Alna dan Dellyna tanpa dihukum. Padahal mereka berdua sedang ingin.
Gadis itu menatap Alna dan Dellyna sebentar, kemudian berlalu begitu saja.
***
"Gilak anjerr. Sejarah soal apaan ntu. Sumpa deh ya puzink gue," cerocos Dellyna sebal. Ya mereka baru saja menyelesaikan formatif sejarah yang soalnya super duper sulit dimengerti.
"Sans ae lah." Revina tak sengaja melirik kearah pintu dimana kini ada seseorang yang selalu Dellyna gantung.
"Tuh pangeranlo dateng." Revina menyenggol pinggang Dellyna yang kini sedang asyik dengan bekalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEZE? UNFREEZE! (REVISI)
Teen Fiction[Cerita dalam tahap revisi. Harap memaklumi typo" yang bertebaran.] Ada saatnya dimana kita harus berjuang menelan pahitnya hidup yang bertentangan dengan prinsip yang kita miliki. Semuanya berjalan begitu saja. Beberapa orang mengatakan, "Cobalah m...