Dia Kembali

697 30 2
                                    


"Gak papa, dia cuma khawatir aja. Setiap orang pasti akan kecewa kalau kekhawatiran mereka gak kita respons dengan baik."~Revina Eliena Nicholas.

Angin siang hari berhembus kencang seakan menyambut Alna saat gadis itu membuka pintu rooftop sekolah untuk mencari keberadaan seseorang. Kakinya terasa enggan untuk berjalan maju menghampiri sosok yang membelakangi Alna. Bahkan egonya saja terlalu tinggi hanya untuk bertatap muka dengan sosok itu.

"Evlan." Sebuah panggilan keluar dari pita suara Alna setelah ia menguatkan tekat untuk menemui Evlan.

Merasa namanya dipanggil, Evlan memandang lekat ke arah Alna, namun hanya sedetik sebelum ia membuang mukanya ke arah lain. "Hm?"

Kalau Alna boleh jujur, sebetulnya ia selama tinggal satu unit dengan Evlan, tak ada sebuah pembicaraan sama sekali. Bahkan juga saat mereka di sekolah. Seperti orang yang tak saling kenal. Padahal Alna pernah bersumpah pada dirinya sendiri untuk tidak akan pernah bertatap muka dengan Evlan. Namun kali ini Alna benar benar harus menjilat ludahnya.

"Makasih ya," ucap Alna tanpa menatap Evlan sedikitpun.

"Kenapa?"

"Gue mau bilang makasih, lo udah meluruskan masalah ini."

"Ke-pd-an banget."

Raut wajah Alna berubah menjadi datar. "Yaudah sih, gue mau bilang gitu juga. Sensi amat." Alna pergi berbalik meninggalkan Evlan dengan sejuta kekesalan.

"Gue juga minta maaf."

Apa yang keluar dari mulut Evlan membuat Alna mengernyitkan alisnya dan berbalik.

"Seharusnya gue gak terlalu kasar sama lo."

"Baru nyadar lo, oneng?"

"Yaudah sih, gue cuma mau bilang gitu juga. Sensi amat," ucap Evlan dengan menirukan gaya bicara Alna.

Entah mengapa, apa yang dilakukan Evlan membuat Alna tertawa renyah. Baru pertama kali ia bisa berbincang sehangat ini dengan Evlan. Apalagi raut wajah Evlan tak datar seperti biasanya.

"Lah ngakak."

"Serah gue."

"Lo sama Dellyna sedeket apa sih?"

Alna kembali menatap Evlan dengan tatapan bingung. Entah mengapa Evlan dan Alna merasakan sesuatu yang berbeda saat ini. Sesuatu yang belum dapat dipastikan. "Hah?"

"Lo jangan pernah tinggalin sahabat kek dia. Semenjak lo diskors, dia bener bener marah sama gue. Mogok bicara ke gue, mogok ngurus kerjaan dia, mogok ke sekretariat. Padahal kerjaan masih banyak pake banget." Evlan terkekeh kecil.

Mata Alna melebar. Sumpah demi apapun, Alna baru mendengar Evlan menyerocos panjang lebar. Baru pertama kali Alna mendengar Evlan berkeluh kesah seperti ini.

"Gue sama Dellyna itu, paling deket ketiga setelah keluarga dan Ameera. Semua rahasia gue ada di dia. Semua rahasia dia ada di gue. Deket banget lah. Gue pengen ketawa rasanya, inget pas baru baru kenal dia, dia ngomong indo aja susah banget. Gue beruntung banget rasanya jadi wibu. Cuma gue yang waktu itu jadi tour guidenya di sekolah. Dia belajar banyak sama gue, gue juga belajar banyak sama dia." Segaris senyuman merekah dan membentuk sebuah cekungan manis di pipi Alna.

FREEZE? UNFREEZE! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang