Dua hari berlalu sejak insiden itu. Sampai sekarang, masih belum ada yang menyadarinya, kecuali Dellyna. Ya, karena memang ia sendiri adalah korbannya. Dellyna heran, bagaimana Evlan bisa tak mempercayainya, apakah ia dibutakan karena cintanya?:v
Dellyna yang asyik menscroll beranda ig, sadar bahwa sebuah notif whatsapp masuk, dari sang empu Evlan si ketos.
Evlan N 18/19
Gua tunggu lo di ruang osis. Dalam 10 menit.Dengan segera, Dellyna beranjak dari duduknya. Ya, sehingga tercipta bunyi gesekan kaki kursi dengan lantai. Revina yang sadar bahwa Dellyna sudah bangkit dan menjauh dari bangkunya, berteriak, "Woy, lo mau kemana?"
"Kepo!" Kemudia Dellyna berlalu begitu saja.
Dellyna berjalan menyusuri koridor yang masih sepi. Ya bagaimana tidak, waktu masih menunjukkan pukul 06.03 yang artinya kurang lebih 57 menit lagi bel masuk berbunyi. Sungguh ini mungkin masih terlalu pagi bagi anak malas. Bahkan jika kita bandingkan dengan Alna, mungkin saat ini ia masih bergelut dengan selimut tebalnya.
"Pagi, kenapa lo manggil gue?" tanya Dellyna saat ia mengangkat langkah pertamanya memasuki ruang osis.
Nampak Evlan yang tengah sibuk, entah dengan proposal proposal apa itu, yang pasti air muka Evlan benar benar serius, sampai tak memperdulikan seseorang dihadapannya ini.
"Hoy! Gue ngomong dijawa-"
Braakkk.
"Sadar kondisi! Gue juga sibuk!" Bentaknya dengan intonasi yang benar benar totalitas.
Akhirnya Dellyna yang mencoba mengalah, mendudukkan bokongnya di atas sebuah kursi. Ia melamun sejenak, membiarkan fikirannya terbang bebas ke alam luar. Entah apa yang sedang difikirkan gadis itu, yang pasti tampak dari air mukanya mendadak menjadi sendu.
"Oke, kita adain inspeksi mendadak sekarang. Dan orang yang lo sangka, udah masuk sekarang. Lo bilang, si Nanda selalu bawa buku kecil?"
Dellyna hanya mengangguk.
"Sebutin ke gue, barang apa yang semisal nanti ketemu, bisa jadi barang bukti atas pelaku?"
"Nanda, biasanya bawa buku kecil, warnanya kuning, eh kaga, ganti ganti. Pokoknya ntu ya, tuh buku isinya nama orang plus kesalahannya. Udah itu aja."
"Oke, mulai saat ini semua siswa tersangkanya."
***
"Oke, lain kali kalo ada apa apa kek gini itu cerita, yaa meskipun kita sama sama korban pehape tapi setidaknya sesama jomblowati kita harus saling support." Cerocos menantu muda keluarga Effycho itu kepada Nayla, adik kelasnya.
Ya, mereka memang akrab dari orok. Walaupun mereka terbilang tidak sebaya, namun sejak kecil mereka sudah terikat layaknya saudara.
"Yaudah kak makasi ya waktunya, lo masuk kelas aja dah nanti telat loh. Dahh."
Nayla beranjak, tak lama Alna pun betanjak juga. Sedari tadi ia bergosip panjang lebar dengan Nayla, sampai lupa tujuannya ke sekolah ini untuk apa. Ada ada saja.
Ketika ia akan memasuki kelas, Alna baru sadar akan sesuatu yang kurang. Bahunya terasa ringan tak berbobot. Alna menaik turunkan bahunya, mencoba mengingat apa yang aneh darinya pagi ini. Alna baru ingat, sesuatu yang kurang adalahh.... TAS! Hei bagaimana ia bisa melupakan benda satu itu?
Ia berbalik dan berlari begitu saja, bahkan sesekali ia tersandung kakinya sendiri. Ia lupa dimana keberadaan tasnya itu. Kalau hilang, bisa brabe.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEZE? UNFREEZE! (REVISI)
Teen Fiction[Cerita dalam tahap revisi. Harap memaklumi typo" yang bertebaran.] Ada saatnya dimana kita harus berjuang menelan pahitnya hidup yang bertentangan dengan prinsip yang kita miliki. Semuanya berjalan begitu saja. Beberapa orang mengatakan, "Cobalah m...