•
"Sebaik, sedekat apapun lo sama seseorang. Entah itu sahabat, gebetan, keluarga. Kalau mereka salah. Lihat mereka dari sudut pandang kita sebagai orang yang tidak mereka kenal. Biarkan mereka menyadari kesalahannya." ~Yoshiyuki Dellyna.
•"Udah lo istirahat. Jangan jalan-jalan. Ntar sakit, gue juga yang repot."
"Yang sakit gue juga."
Hari ini Alna diperbolehkan pulang oleh dokter, setelah tujuh hari Alna berada di tempat yang menurut Alna sangat menyebalkan. Ia merasa, dirinya yang hiperaktif tak cocok berada di sana.
"Gue dua hari lagi harus ke Bandung." Entah mengapa Evlan merasa tak tega meninggalkan singa betina itu sendirian. Pasalnya, Tika dan Alno juga tak berada di Jakarta. Keduanya sedang berada di Kalimantan, menjenguk nenek Evlan di sana.
"Bagus. Gausah balik kalau perlu." Alna menanggapi pernyataan Evlan apa adanya.
"Yakin? Lo disini bakal sendirian."
"Apaan sih kan gue bisa nginep di Dellyna." Alna benar benar tak menatap wajah datar lelaki di hadapannya ini. Mata hazelnya sibuk menyebrangi dunia maya.
"Gak punya harga diri banget."
Tiba-tiba di pikiran Alna terlintas sesuatu. "Ah iya gue masih tengkar sama dia." Ya, Alna baru teringat akan hal itu.
"Dasar cewek. Kalo udah tengkar aja sekampung heboh." Alna tak habis pikir, mengapa Evlan hari ini banyak bicara. Dan tentu hal ini membuat Alna risih.
"Kenapa sih lo bacot banget," cicit Alna yang langsung dihadiahi sebuah jitakan oleh Evlan. "Jadi, sampe kapan lo di sana?"
"Tiga sampai empat hari kedepan. Lo yakin baik baik aja?"
"Yakin lah. Uzumaki Alnaya pasti baik baik saja," cerocos Alna dengan penuh penekanan.
Namun entah mengapa, Evlan kali ini berbeda. Tak biasanya Evlan merasa sepeduli ini dengan keadaan Alna. Beberapa hari yang lalu Alna sempat cerita kepada Evlan atas permasalahan Alna dan Dellyna. Evlan sekarang menyadari, bahwa dirinya sepertinya merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh Dellyna.
***
"Evlan udah berangkat?" Revina yang baru saja datang, mendudukkan bokongnya di bangku di depan Alna. Kalau kalian bertanya mengapa hanya Revina yang baru datang, karena pertengkaran antara kakak adik kembar itu yang mengharuskan mereka berangkat terpisah.
Alna menopang dagunya dan menarik nafas panjang. "Ya, begitulah."
"Lo napa kelihatan lesu gitu. Baru aja ditinggal suamilo beberapa menit yang lalu ae udah kusut itu wajah." Recina mendorong dahi Alna hingga kepala Alna terdorong ke belakang.
"Ngaco."
"Tapi gue lihat kayanya lo sama doi udah ga dingin-dingin amat hm?" Recina menaik turunkan alisnya.
"Apasih jangan sok tau lo."
Seseorang gadis memasuki kelas seketika membuat Alna dan Double Re menghentikan pembicaraan mereka. Gadis itu berjalan menuju bangku Alna, menaruh ranselnya di sebelah kursi Alna, dan berjalan menuju keluar kelas tanpa memperdulikan keberadaan mereka bertiga sedikitpun.
"Lo masih marahan sama dia?" tanya Revina dengan hati-hati, dan dibalas anggukan oleh Alna. "Baikan gih. Kalian kalau gini keliatan suram banget."
"Males ah."
"Al, maaf ya. Coba lo ngertiin dari sisi Dellyna. Dia cuma mau lo gak kenapa napa. Udah simpel." Revina mencoba meyakinkan Alna. Namun, sepertinya gadis itu bersikukuh pada pendiriannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEZE? UNFREEZE! (REVISI)
Dla nastolatków[Cerita dalam tahap revisi. Harap memaklumi typo" yang bertebaran.] Ada saatnya dimana kita harus berjuang menelan pahitnya hidup yang bertentangan dengan prinsip yang kita miliki. Semuanya berjalan begitu saja. Beberapa orang mengatakan, "Cobalah m...