"Lo terima perjodohan itu segampang ini?! Gue ga mau ya nikah sama lo. Selain lo kulkas, lo itu udah punya Nanda! Gue tekanin ya. Gue ga habis pikir deh semisal Nanda tau kalo gue sama lo itu semakin deket, pasti habis gue. Lo itu gak tau sifat asli Nanda! Gue nolak perjodohan ini mentah mentah. Lagian gue gak mau gue mati gegara gue nikah sama lo!" Cerocos Alna panjang lebar. Ia sudah tak memperdulikan kondisi badannya saat ini.
"Tutup mulut! Jangan lo ngatain Nanda yang enggak enggak!"
"Tapi itu..."
"Loh?"
Tika yang lupa mengetuk pintu, tak sengaja menghentikan pertengkaran mereka. Tika merasakan situasi di kamar ini memanas. Mungkin karena Alna dan Evlan sedang bertengkar.
"Eh maaf mama ganggu. Cuma mau bilang ke Alna, nanti sore kamu dijemput sama mama papa kamu. Sekarang kamu beres beres diri dulu ya, habis itu istirahat lagi ya. Yaudah mama tinggal." Tika yang merasa tak enak telah mengganggu waktu mereka, pun meninggalkan kamar itu dengan segera.
"Sini, lo pergi. Gue bisa makan sendiri." Alna merebut semangkok bubur dari tangan Evlan.
"Dari tadi kek. Bilang aja mau dicium."
"Ngaco lo. Amit amit gue mau dicium lo. Sana pergi!" Alna mengibas ngibaskan tangannya pada Evlan agar ia segera pergi.
Tak ingin menambah masalah, Evlan segera pergi dari kamarnya. Yang benar saja, ini kamarnya. Apa hak Alna mengusir dia?
***
Hari ini Alna akan menjalani hari harinya seperti biasa. Ia memasuki kelas dengan perasaan berbunga bunga, entah karena apa.
"Hellaww, selamat paa,," pandangannya mengedar ke seluruh kelas, dan hanya menemukan Hima-sekertaris, didalam kelasnya. "Kemana yang lainnya?" Tanyanya pada Hima yang asyik menulis sesuatu.
"Belom dateng kali. Pada ngaret mah," Alna hanya ber'oh' ria menanggapi perkataan Hima.
Alna pun berinisiatif untuk menghampiri Dellyna di gerbang yang mungkin tak lama lagi sampai. Tapi, tiba tiba suara bising terdengar saat ia melewati koridor yang sepi.
"Eh lo itu ya. Niat lo itu apa sih nguntit pembicaraan gue sama Amel?!" Gadis itu membentak kepada gadis berkacamata di depannya ini.
"Gu.. gue gak nguntit kok."
"Bohong! Gue lihat lo sengaja! Ato jangan jangan lo sengaja nguntit pembicaraan kita supaya lo bisa copy strategi kita kan?! Ngaku, lo."
Tunggu, Alna menyipitkan matanya. Sepertinya ia mengenal gadis yang berteriak itu.
"Mm.. maaff," ucapnya lirih. Benar benar gadis itu takut ketika dihadapkan dengan gadis garang di depannya ini.
"Yaudah pergi sana lo."
Alna yakin, gadis yang diusir itu pasti akan tidak membuat kejahatan yang sama. Atau mungkin tidak melihat keindahan dunia? Alna benar benar harus melaporkan ini sebelum semuanya terlambat.
Samar samar Alna melihat gadis yang berteriak tadi mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Dua benda ia keluarkan. Sepertinya itu sebuah buku diary kecil dan pulpen lipat.
Gadis itu tampak sedang menuliskan seauatu, dan menyunggingkan sebuah senyuman miring. Mengerti bahwa Alna dalam mode darurat tibgkat A, Alna segera meninggalkan tempat kejadian.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEZE? UNFREEZE! (REVISI)
Teen Fiction[Cerita dalam tahap revisi. Harap memaklumi typo" yang bertebaran.] Ada saatnya dimana kita harus berjuang menelan pahitnya hidup yang bertentangan dengan prinsip yang kita miliki. Semuanya berjalan begitu saja. Beberapa orang mengatakan, "Cobalah m...