__________
Ohayo, minna👋Hai ketemu lagi sama author nih. Apakabar semuanya?😁
Alhamdulillah bisa update minggu ini ga keganggu apa" hehe😂😂
Part ini agak berbeda. Karena gak ada quotes di awal, dan sambutan authornya ada di depan. Semua akan kembali normal saat beberapa part yang telah ditentukan.😁❣
Oke jangan lupa tinggalin jejak, ya. Karena sangat membantu sekali bagi perkembangan menulis author.👌
Arigatou❣
Author.
__________Kevin, Dellyna, dan Double Re sekarang berada di ruang tamu kediaman Dellyna. Keempatnya sama sama hening, karena pikiran mereka sibuk mengotak atik mencari kunci yang benar untuk membuka pintu '1411441'.
Sudah hampir setengah jam mereka tak memecahkan masalah ini. Kini kepala Dellyna terasa seperti ditimpa bongkahan es yang teramat besar.
"Del. Kayanya kita kudu minta bantuan bang Alfin."
Perkataan yang dilontarkan Recina membuat Dellyna menatap Recina tajam. "Bang Alfin abangnya Alna! Kalau doi kita hubungin, terus nanya ke kita kenapa Alna gak bisa dihubungin, kita jawab gimana?"
"Jadi kita pecahin aja ini sendirian?"
"Kita kan berempat bego."
"Oh i-."
"Salah! Kita berlima," potong seseorang yang suaranya berasal dari luar. "Hai semuanya!"
"Wisnu? Ngapain lo di sini?"
Wisnu mendudukkan bokongnya tepat di sebelah Dellyna. Lelaki itu mengusap pucuk kepala Dellyna. "Gue nemenin anak gue ih," tunjuk Wisnu pada Dellyna yang sedang berkonsentrasi.
"Diem. Ini bukan waktunya untuk bercanda."
Wisnu mengambil ponselnya dari saku, dan bertanya pada Kevin, "Vin, ini nomer Alna ga aktif atau ga diangkat?"
"Ga aktif."
"Udah hampir setengah jam otak kita diperes terus. Keknya kita butuh istirahat dulu."
***
"Evlan! Evlan! Lo mau kemana?!" Restu sudah berulang kali meneriaki lelaki kepala batu yang entah mengapa tiba tiba mengemasi pakaiannya dengan terburu buru. "EVLAAN!"
"Gue ga ada waktu buat ngejelasin. Lo bilang aja gue ada urusan penting banget yang mendadak."
"Evlan! Tapi kenapa?"
Evlan yang sudah beberapa langkah menuju pintu untuk keluar, badannya kembali berbalik menghadap Restu. "Gue juga ga tau gue kenapa. Yang penting, lo sampein pesen gue tadi," ujarnya kemudian menepuk pundak kiri Restu.
Setelah keluar dari lobi hotel, Evlan segera menaiki mobil yang disopir oleh sopir pribadinya di Jakarta. Selembar kertas putih berada di atas pahanya. Pulpen yang ia bawa di tangan kananya, Evlan ketuk ketukkan di pintu mobil. Otaknya tak berhenti bekerja keras.
"Nak Evlan, langsung ke Jakarta?"
"Iya pak. Langsung ke Jakarta."
***
Gadis yang kini duduk di sebuah kursi dengan kedua tangan dan kakinya terikat, meringis kesakitan. Luka goresan yang mengenai pergelangannya cukup dalam. Rasa perih yang tak kunjung reda.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEZE? UNFREEZE! (REVISI)
Genç Kurgu[Cerita dalam tahap revisi. Harap memaklumi typo" yang bertebaran.] Ada saatnya dimana kita harus berjuang menelan pahitnya hidup yang bertentangan dengan prinsip yang kita miliki. Semuanya berjalan begitu saja. Beberapa orang mengatakan, "Cobalah m...