WARNING!
Cerita ini mengandung unsur semacam kekerasan, omongan kasar, dan beberapa hal buruk yang tidak pantas ditiru.
Semua tokoh, ras, agama, latar, hanya fiktif belakang.
Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.
Selamat membaca!!
-
-
-
-
“Yang orang lain tau, gue itu penyebab dari meninggalnya Alfan. Tapi gak ada yang tau, kalo gue juga sangat kehilangan dia.”
-Althaf-
Dalam cerita ‘Trigonometri"
Altan menuntun Mamanya untuk duduk, dia tahu benar jika saat ini perasaan Mamanya tidak stabil, apalagi jika mengingat bahwa Althaf lah penyebab dari kritisnya Alfan, meski demikian. Altan selalu mengingatkan pada Mamanya, bahwa apa yang telah terjadi, adalah takdir Allah.
Altan takut, takut jika kehilangan Alfan, takut jika Mamanya ‘sakit’ lagi, dan takut jika mental Althaf, juga akan terganggu dan segala katakutan itu, berusaha dia tutupi serta dia ganti dengan semua doa. Dia percaya, akan doa yang telah dipanjatkan, bahwa semua akan baik-baik saja.
“Mah, wajar Mamah marah sama Althaf, aku juga marah. Tapi kita juga harus inget Mah, semua terjadi atas izin Allah.” Altan menggengam kedua tangan sang Mama dengan hangat. “Mah, kita udah berdoa sama Allah, itu tandanya kita yakin bahwa Alfan, akan baik-baik aja, tentang siapa yang buat Alfan jadi kaya sekarang, kita harus turunin ego dulu, mengingat itu Althaf.” Jeda sekian detik. Altan sangat hati-hati saat membahas masalah ini, agar Mamanya mampu mengerti. “Althaf juga terluka Mah, saat ini kita Cuma perlu tanya, apa masalah dia dengan Alfan, sampe berakhir kaya gini. Mah?”
Hafsah menatap putranya dengan air mata yang belum juga reda, Altan menghapus air mata Mamanya dengan kedua ibu jarinya. “Altan tau Mamah sangat terpukul, tapi bisa, kan, Mamah melihat sisi penyesalan Althaf? Kasih dia kesempatan buat perbaiki semuanya. Marah, dendam, kebencian.” Altan menggelengkan kepalanya pelan. “Gak akan bikin Alfan langsung sembuh, dan gak akan ada gunanya.”
Jika boleh jujur, Altan sangat marah pada Althaf, tapi dia tidak bisa begitu saja membenci saudara kembarnya itu, baginya, setiap masalah pasti ada sebab akibat, meski dia belum menemukan bukti atas dasar apa Althaf menganiaya Alfan, tapi dia akan berusaha menurunkan emosinya dan membuang jauh-jauh rasa benci.
Dia juga sadar, jika Althaf pasti tertekan. Altan juga ingat benar bagaimana masa kecil Althaf yang saat itu merasa sangat ketakutan menghadapi Hafsah, Althaf kecil yang bersembunyi di bawah kolong kasur dan menangis, Althaf kecil yang selalu menjadi sasaran amukan saat Hafsah ‘sakit’ dan Althaf kecil yang memilih untuk pergi dan tumbuh seorang diri tanpa didikan dan kasih sayang utuh dari orangtuanya.
Altan tidak bisa begitu saja membenci Althaf, bagaimana pun juga, kembarannya itu memiliki luka tersendiri, apalagi saat ini, Althaf mengaku menyesal, meski penyesalan itu tidak akan merubah keadaan Alfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIGONOMETRI [Segera Terbit]
Romance📝 FIKSI REMAJA [ Nadia Pratama X Wahyudi Pratama ] Dulu ada yang pernah bertanya padaku, ingin menjadi apa aku ini saat dewasa nanti. "Aku ingin menjadi sinar mentari yang dengan gembira menyinari dunia yang gelap ini. Lalu berubah menjadi bintang...