G WARNING!
Cerita ini mengandung unsur semacam kekerasan, omongan kasar, dan beberapa hal buruk yang tidak pantas ditiru.
Semua tokoh, ras, agama, latar, hanya fiktif belakang.
Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.
Selamat membaca!!
"Apa yang udah terjadi adalah takdir terbaik dari Allah, meski kita ingin memutar waktu untuk memperbaiki semuanya, tapi jika Allah sudah menakdirkan maka hasilnya akan sama.
Masa lalu tidak bisa berubah tapi masa depan bisa diubah."-Trigonometri-
Suasana yang terasa tegang menyelimuti antara Althaf dan Altan, keduanya bungkam dengan emosi yang dirasakan mereka masing-masing.
Sekeras apapun usaha Althaf untuk mengubah kisah masa lalunya, percuma. Karena Allah ta'alla menakdirkan hal yang tidak dia inginkan telah terjadi.
Allah, tidak pernah memberi ujian diluar batas kemampuan para hamba-Nya, setiap ujian yang diberikan pertanda bahwa Allah tahu, tahu jika semua hal itu mampu dilewati hamba-Nya.
Mungkin sebagian dari kita terjebak dalam angan ingin mengubah masa lalu tanpa melihat masa depan. Alih-alih berangan mengubah masa lalu kenapa tidak berusaha mengubah masa depan. Perbaiki jalan menuju masa depan maka tidak akan ada masa lalu yang perlu disesali.
Jangan hidup dalam masa lalu karena itu hanya akan membuat jalan masa depanmu menjadi gelap. Masa lalu adalah bagian dari cerita yang harusnya sudah ditamatkan dan diganti dengan buku baru bersama masa depan indah.
Ucapan Althaf beberapa menit lalu membuat orang-orang yang mendengar, membuat opini mereka masing-masing.
"Ini memperburuk keadaan," ucap Altan sebelum pergi. Tidak lupa pemuda itu menarik tangan Alfan untuk pergi bersamanya.
Alfan menatap nanar ke arah Althaf. "Abang... "
Dengan berat hati, Althaf menerbitkan senyumnya lengkap dengan lambaian tangan ke arah kembarannya itu.
Alfan menepuk-nepuk bahu Altan sambil tetap berjalan di belakangnya. Dia menuntut penjelasan. Altan menghentikan langkahnya begitu juga dengan Alfan.
Alat bantu pendengaran Alfan masih ada bersama Althaf, akhirnya Altan menggunakan bahasa isyarat yang pernah dia pelajari bersama Alfan saat masih kecil.
Altan menyatukan jari telunjuk dan ibu jarinya lalu dia tempelkan disudut bibir dengan tangan bergetar serta sorot mata yang begitu menunjukkan bahwa dia terluka dengan keadaan yang menimpa Alfan.
Alfan menggeleng, meski belum mengerti apa yang terjadi tentang Althaf dan Altan tadi.
"Kalo Allah izinkan saya buat tukar posisi dan keadaan sama kamu, saya mau Fan. Biar saya aja yang gak bisa denger, biar saya aja yang ngerasain kesusahan yang kamu rasain sekarang," ucap Altan dengan air mata yang tanpa dia sadari menetes begitu saja dihadapan kembarannya itu.
Alfan mengulurkan tangan, menghapus air mata yang turun membahasa kedua pipi Altan, baru kali ini dia melihat Altan menangis.
Meski Alfan terlihat baik-baik saja, tapi Altan tahu jika kembarannya itu sangat rapuh. Papahnya juga pernah menceritakan kejadian saat masih kecil, tepatnya setelah kejadian penculikan. Alfan kecil yang mengatakan bahwa dia baik-baik saja dan menerima musibah yang Allah berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIGONOMETRI [Segera Terbit]
Romance📝 FIKSI REMAJA [ Nadia Pratama X Wahyudi Pratama ] Dulu ada yang pernah bertanya padaku, ingin menjadi apa aku ini saat dewasa nanti. "Aku ingin menjadi sinar mentari yang dengan gembira menyinari dunia yang gelap ini. Lalu berubah menjadi bintang...