WARNING!
Cerita ini mengandung unsur semacam kekerasan, omongan kasar, dan beberapa hal buruk yang tidak pantas ditiru.
Semua tokoh, ras, agama, latar, hanya fiktif belakang.
Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.
Selamat membaca!!
“Bikin sibuk diri lu, sampe lu gak punya waktu buat ngurusin dan ngomongin hidup orang”
-Althaf-
Altan keluar dari kamarnya dan bersiap menuju masjid untuk menunaikan salat subuh, hari ini adalah tugasnya untuk mengumandangkan adzan subuh. Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari, Altan memang berangkat sangat awal karena dia akan menunaikan salat sunnah tajahud di masjid.
“Bang!”
Altan terkejut saat tiba-tiba Alfan muncul dari balik pintu kamarnya. Tapi Altan tetaplah Altan, raut kagetnya ketutup sama tampang yang stay cool. Mirip Papanya banget emang.
“Kenapa?” tanya Altan.
“Tungguin aku dong,” pintanya.
“Abang mau adzan, nanti telat. Kamu berangkat sama Papa aja.”
“Ini masih jam tiga, tau, telat dari mana coba, tungguin!”
“Gak, kamu berangkat sama Papa aja.”
Setelah mengatakan itu, Altan langsung pergi dari hadapan Alfan, meninggalkan kembarannya itu yang tampak cemberut.
“Awas aja, besok aku tinggal juga.”
Altan adalah salah satu dari pemuda komplek yang dikenal masyarakat karena sopan santun, kecerdasan, salehnya, dan anak dari Atlas dan Hafsah. Dia pemuda yang berhasil menggerakan para remaja komplek untuk aktif mengurus masjid, terbukti, IRMAS (Ikatan Remaja Masjid) berjalan dengan lancar selama beberapa tahun ini, dan dialah yang menjadi pimpinannya.
Altan juga dibantu oleh teman-teman kompleknya, terutama, Zameena, anak Pak Baiq—ketua RT sekaligus ustaz setempat, yang menjadi sekretaris Altan selama mengurus IRMAS.
Semua warga yang mengenal keluarga Atlas, mereka pasti selalu mengatakan bahwa Altan adalah putra yang mewarisi sifat dan sikap Atlas, keluarga bersarnya pun mengatakan hal yang sama. Pokoknya anak Atlas banget.
Altan melepas sandal, lalu mulai menapaki lantai maajid yang sejuk, cowok itu berhenti di depan pintu, merogoh saku baju kokonya, mencari kunci masjid.
Altan memejamkan mata sejenak, dia lupa meminta kunci Masjid pada Ustaz Baiq.
“Nah, kan, lupa minta kunci.”
“Ini.”
Altan menoleh saat suara lembut itu menyapa telinganya, cowok itu terdiam sejenak, menatap wajah yang tertunduk di hadapannya.
“Abi suruh saya datang lebih awal, soalnya kamu gak ambil kunci setelah salat isya semalam,” ucap gadis itu lagi.
Altan mengerjap, dia masih menatap Zameena.
Zameena mengerakan tangannya, agar Altan cepat ambil kuncinya. Pegel kan dari tadi juga. Altan berdehem lalu mengambil kunci yang disodorkan Zameena. “Terima kasih,” ucapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
TRIGONOMETRI [Segera Terbit]
Romance📝 FIKSI REMAJA [ Nadia Pratama X Wahyudi Pratama ] Dulu ada yang pernah bertanya padaku, ingin menjadi apa aku ini saat dewasa nanti. "Aku ingin menjadi sinar mentari yang dengan gembira menyinari dunia yang gelap ini. Lalu berubah menjadi bintang...