19. Akhir Cerita

59.9K 3.3K 72
                                    


Siapa yang udah nungguin Trigonometri update lagi?
Cung! 🙋‍♂️🙋‍♀️















WARNING!

 

Cerita ini mengandung unsur semacam kekerasan, omongan kasar, dan beberapa hal buruk yang tidak pantas ditiru.

Semua tokoh, ras, agama, latar, hanya fiktif belakang.

Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.

Selamat membaca!!  


 

“Ibarat sebuah drama, kita hanya seorang tokoh yang harus menerima bagaimana jalam cerita yang telah disiapkan oleh penulis naskah.”

-Trigonometri-







Akhir dari sebuah cerita dalam hidup, adalah sebuah rahasia besar yang tidak pernah disangka-sangka tentang bagaimana hasilnya. Jika ada yang mengatakan bahwa hidup itu penuh dengan misteri, iya memang benar, terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan.

Ingin marah dan menuntut semuanya, tapi apa daya, Penulis takdir menginginkan hal lain dari apa yang kita inginkan, karena sebaik-sebaiknya rencana, hanya rencana Tuhan yang terbaik.

Seperti halnya saat kita bertemu seseorang, cepat atau lambat pastinya akan menemukan sebuah ujung bernama perpisahan. Setiap hal yang kita temukan di dunia ini, adalah hal yang bersifat sementara karena semua milik Tuhan, kapan pun Tuhan inginkan, pasti akan kembali Dia ambil.

Kehilangan adalah sebuah musuh terbesar yang ingin sekali dihindari tapi sayangnya telah menjadi bagian dari kehidupan dan takdir yang telah digariskan untuk setiap ciptaan-Nya.

Sebuah bingkai foto yang menggambarkan seseorang dengan senyum merekah itu, selalu menjadi objek yang paling sering ditatap oleh keluarganya, kepergiannya bagai kilatan petir yang menyambar.

Altan berdiri di hadapan foto kembarannya, duka lara masih menyelimuti keluarganya, pemuda itu juga tampak menyedihkan, ditinggalkan dua kembarannya membuat sepi itu semakin memeluknya erat hingga terasa sesak.

“Thaf, seandainya kamu tau kalo saya kesepian. Apa kamu bakal kembali?” tatapan kesedihan itu tersorot begitu jelas. “Alfan pergi, kamu juga, terus saya gimana? Sendirian di sini? Tanpa kalian? Jangan bercanda!” terdengar tawa sumbang yang berakhir menjadi isak tangis pelan.

“Saya kesepian, saya juga gak pengen kehilangan kalian, saya pengen kita bareng-bareng lagi kayak waktu kecil. Tolong kembali, Alfan, Althaf.”

“Thaf, kamu janji bakal sama saya terus, tapi kenapa akhirnya pergi ninggalin saya?” Altan memukul-mukul pelan dadanya yang terasa sangat sesak beberapa hari ini setelah kehilangan Althaf.

“Bahkan kita belum berhasil buat Mamah dan Papah bangga, tapi kamu malah ingkar janji. Thaf, tolong kembali.” Pemuda itu semakin merunduk hingga akhirnya jatuh terduduk di lantai.

“Althaf…”

“Althaf…”

“Althaf!!!”

TRIGONOMETRI [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang