WARNING!
Cerita ini mengandung unsur semacam kekerasan, omongan kasar, dan beberapa hal buruk yang tidak pantas ditiru.
Semua tokoh, ras, agama, latar, hanya fiktif belakang.
Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.
Selamat membaca!!
“Kepada, pemimpin upacara. Hormat gerak!”
Seluruh warga sekolah yang mengikuti jalannya upacara, mengangkat tangan kanan dan membentuk gerakan hormat. Mengikuti arahan pemimpin upacara yang paling kanan.
“Woy! Cepat dong, pegel nih hormat sama orang yang gak pantas dihormati!”
Seluruh pasang mata menatap ke arah barisan paling depan pojok kanan. Mereka tahu siapa yang protes dan siapa yang tidak pernah absen untuk berdiri di sana setiap hari senin karena tidak mematuhi aturan upacara sekolah.
“Tegak gerak!” suara lantang itu menggema. Sang pemimpin upacara tampak geram saat ini. Semua guru di sana pun hanya mampu mengelus dada, berusaha sabar menghadapi salah satu dari sekian banyak siswa nakal di sekolah.
“Pemimpin upacara meninggalkan lapangan upacara.”
Mendengar ucapan itu, sang pemimpin upacara balik kanan dan keluar dari lapangan upacara.
“Upacara selesai, pasukan dibubarkan,” ucap pembawa acara.
“Halah lama, bubar aja diumumin!” suara protes itu kembali terdengar.
Setelah pimpinan upacara meninggalkan lapangan, dia berjalan dengan tegap ke arah cowok si pembuat onar sejak tadi.
“Ke ruang BK sekarang!” titahnya dengan wajah datar.
“Males,” balasnya.
“Sekarang!” ulangnya.
“Ogah!”
“Bang Althaf, jangan buat saya seret paksa kamu ya!” tegur Altan.
Althaf menyeringai, melipat kedua tangan di depan dada dan menebar aura tidak sukanya pada Altan.
“Jangan merasa paling hebat dan seenaknya suruh gue!”
“Saya hanya menjalankan tugas.”
“Bacot!” balas Althaf.
“Ayo Thaf, kita pergi aja yuk cari makan, gue lapar banget,” ucap Juno— salah satu teman Althaf.
“Ayo lah, dari pada lama-lama di sini, eneg perut gue!” jawab Althaf sembari menatap tajam Altan.
Altan langsung mencengkeram lengan kanan Althaf dengan kasar. Althaf melotot.
“Lepas bangsat!” ucap Althaf kasar. Membuat seluruh warga sekolah yang sejak tadi memperhatikan interaksi mereka, menggeleng kepala dan heran dengan sifat Althaf yang jauh berbeda dengan Altan.
“Abang!”
Keduanya menoleh, menatap Alfan yang baru saja berdiri di dekat Altan.
“Tolong jangan ngomong kasar, dosa. Kata Mama—"
“Gue gak punya Mama!” setelah mengatakan itu, Althaf menepis kasar tangan Altan, lalu pergi.
Alfan menekuk wajah, dia tidak suka jika Althaf bertingkah dan berkata kasar, terlebih saat Althaf tidak pernah mengaku jika dia punya Mama.
Hidup terpisah sejak kecil dan kembali di satukan saat remaja, membuat ketiganya tidak seakrab saat balita, ikatan batin antara saudara kembar seakan telah hilang. Terlebih Althaf, tekanan yang dia dapat saat masih kecil, membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang buruk di mata orang.
Dan iya, selamat datang di kisah triplet, Tri boys one circle.
***
Selamat malam semuanya, akhirnya setelah sekian purnama aku bisa kembali nulis di wattpad lagi.
Semoga suka ya dengan cerita tentang bocah kembar ini 😁
Jangan lupa untuk terus dukung kisah Trigonometri dengan klik vote dan tulis komentar terbaik kalian yaaw, terima kasih bagi para pembacaku yang masih setia menungguku comeback, love sekebon buat kaliannnnnn.
sampai jumpa dibab selanjutnya, paypayyyyy <3
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIGONOMETRI [Segera Terbit]
Romance📝 FIKSI REMAJA [ Nadia Pratama X Wahyudi Pratama ] Dulu ada yang pernah bertanya padaku, ingin menjadi apa aku ini saat dewasa nanti. "Aku ingin menjadi sinar mentari yang dengan gembira menyinari dunia yang gelap ini. Lalu berubah menjadi bintang...