28. Pengakuan

56.8K 2.9K 25
                                    

WARNING!

Cerita ini mengandung unsur semacam kekerasan, omongan kasar, dan beberapa hal buruk yang tidak pantas ditiru.

Semua tokoh, ras, agama, latar, hanya fiktif belakang.

Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.

Selamat membaca!! 











"Manusia paling kuat adalah, seseorang yang mampu bertahan dalam kondisi terpuruk lalu dia mampu bangkit."

-Trigonometri-
















Althaf langsung disambut pelukan hangat oleh Altan dan Alfan, mereka bertiga sama-sama meminta maaf satu sama lain, saling merenungkan apa yang harusnya bisa mereka atasi tanpa emosi.

Saling menjaga tanpa menyakiti, mendengarkan tanpa mencela, dan melindungi satu sama lain.

Altan juga meminta maaf atas kesalahannya pada Althaf, dia mengaku menyesal karena terbawa emosi.

Kini keluarga kecil Atlas berada di ruang inap Hafsah. Hafsah harus dirawat beberapa hari kedepan, hanya kelelahan, maklum. Ibu empat anak ini selalu rajin dengan kegiatannya.

"Ayo Mamah, aaa…" Althaf menyuapi sang Mamah dengan gaya pesawat terbang dan langsung kena omel Hasna.

"Abang, Mamah tuh lagi sakit. Malah bercanda mulu."

Althaf tersenyum tanpa rasa bersalah. "Biar cepet sembuh, dek," balasnya membela diri. Sedangkan Hafsah hanya geleng-geleng kepala sambil tertawa kecil.

"Kamu jangan lupa periksakan kondisi mata kamu," sela Hafsah.

Iya, Atlas mengatakan kalau putranya itu bermasalah dengan penglihatan. Kalau Altan sih memang pakai kaca mata sejak sekolah menengah pertama, karena terlalu rajin belajar penyebabnya. Kalau Althaf…

"Abang terlalu rajin ngeliatain cewek sih, jadi Allah kasih hukuman, matanya rabun," ejek Hasna lancar tanpa hambatan.

Althaf mendelik. "Bicit banget punya adek cewek satu."

Harusnya Althaf sadar sih, sifat Hasna yang suka bicara ceplas-ceplos itu mirip dengannya. Sayangnya gak sadar diri nih cowok.

"Assalamualaiku…"

Atlas dan anggota keluarganya kompak menoleh, ternyata pasuka Kakek Atha yang datang menjenguk menantu tercinta.

Kakek Atha datang bersama Nenek Sarah, dan tiga sahabat Althaf. Mereka semua saling menyapa dengan hangat.

"Mamah Hafsah yang terhormat, kita bawain kuaci." Rafa menyerahkan satu kresek kuaci untuk Hafsah. Juno dan Alam tepuk jidat sama kelakuan sahabatnya yang satu ini, nyesel mereka suruh Rafa beli sesuatu untuk Hafsah.

"Eh cacing pita! Lo pikir emak gue hamster? Mana ada orang jenguk orang sakit bawa kuaci? Yang ada itu bawa buah kek roti kek." maki Althaf.

"Yang penting ikhlas, bener gak Prabu?" Rafa melirik Kakek Atha. Dan langsung mendapat acungan jempol dari laki-laki tua itu. Aliran sesat emang.

Raut khawatir tidak bisa disembunyikan dari wajah mertua Hafsah.

"Mulai sekarang, jangan ngurusin toko bunga dan kurangi kegiatan ya. Kalau ngisi pengajian ya dikurangin gak apa-apa lah, Mama tuh khawatir," ucap Nenek Sarah sambil merangkul sang menantu.

TRIGONOMETRI [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang