8. Kali Ini Terasa Lelah

64K 3.6K 26
                                    

Hallo, triplet update
Absen dulu sini, yuk kasih
💙💙 buat si Triplet.






WARNING!

Cerita ini mengandung unsur semacam kekerasan, omongan kasar, dan beberapa hal buruk yang tidak pantas ditiru.

Semua tokoh, ras, agama, latar, hanya fiktif belakang.

Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.

Selamat membaca!! 

 

“Untuk saat ini, aku gak lagi baik-baik aja, aku kesulitan, tapi aku gak tau caranya buat cerita ke orang lain, aku cuma bisa berbisik pada Tuhan, bahwa kali ini, aku lelah.”

-Alfan- 




 

Ada yang pernah berkata bahwa, orang yang selalu ceria, adalah orang yang punya masalah besar dalam hidupnya, orang yang selalu membuat orang lain tertawa, adalah orang yang paling membutuhkan tawa, orang yang selalu mendengarkan cerita orang lain, adalah orang yang butuh tempat bercerita.

Namun, mereka memilih untuk diam dan tetap mengenakan topeng ‘bahagianya’ meski sebenarnya, setiap malam, dia menangis, bahkan mengadu pada Tuhan, tentang betapa lelahnya dia untuk terus bertahan dalam kondisi yang menekannya untuk tetap baik-baik saja.

Sesekali dia menyerah, dan selanjutnya dia bangkit, bangkit setelah mengundang Tuhannya. “Ya Jabbar…ya Jabbar…” sebagai bentu pengaduan.

Bibirnya mungkin terkatum di depan semua orang yang menanyakan, “Apa semua baik-baik saja?” tapi berbeda jika telah bersama Pencipta, memilih jujur pada Dia, adalah jalan terbaik untuk menghindari dari yang namanya, “nambah beban orang, nambah masalah orang.”

Seperti yang Alfan alami, cowok itu lebih suka bercerita pada Pencipta, prinsip hidupnya, dia tidak mau membebani orang-orang baik yang ada didekatnya, sekalipun itu orangtuanya sendiri. Sifat yang satu ini, hampir seperti Altan.

Bagi Alfan, sedihnya, sengsaranya, kesulitannya, cukup dia dan Tuhan yang tau. Orang lain jangan.

Cowok itu membuka matanya perlahan, dan yang dia lihat pertama kali adalah, Hafsah. Mamanya.

“Alhamdulillah, kamu udah sadar.” Hafsah menyambut Alfan dengan senyum hangat, meski raut khawatir itu masih tercetak jelas. Alfan menatap sekelilingnya, cowok itu sadar, ternyata dia ada di ruang UKS.

“Mama.” Alfan berusaha bangkit, dibantu oleh Mamanya.

Hafsah menyentuh puncak kepala Alfan, mengelusnya pelan, lalu memeluk sang putra. “Pasti sakit ya?” tanyanya dengan nada pelan. Alfan menggeleng dalam pelukan Mamanya.

“Enggak kok Mah.” Bohongnya.  Padahal dia masih merasa pusing dan nyeri di beberapa titik wajahnya yang lebam.

Hafsah melepas pelukannya, menatap lekat wajah Alfan. “Kok sampe lebam gini, Fan?”

Alfan dia sejenak, dia mengabsen sekelilingnya, mencari keberadaan Irina, dia takut jika Irina mengadu pada Mamanya soal pembullyan yang sempat terjadi, dia tidak mau Hafsah terlalu memikirkannya, ini bisa membuat Althaf lebih membencintya.

“Kamu cari siapa?” tanyanya.

“Irina?”

“Irina?” ulang Hafsah. “Temen sekelas kamu? Ada hubungannya sama kejadian kamu jatuh di kamar mandi?”

TRIGONOMETRI [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang