WARNING!
Cerita ini mengandung unsur semacam kekerasan, omongan kasar, dan beberapa hal buruk yang tidak pantas ditiru.
Semua tokoh, ras, agama, latar, hanya fiktif belakang.
Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.
Selamat membaca!!
-
-
-
-“Ingin tetap menggenggam tapi takdir memaksa untuk berpisah.”
-Trigonometri-
Suara tangis itu masih terdengar, entah sudah berapa lama gadis itu meringkuk dalam tangis yang begitu memilukan. Rasanya sangat sakit saat kita mendengar bahwa orang yang dicintai, harus pergi untuk selamanya.
Tidak ada lagi canda tawa, dan kini tidak akan pernah bisa mendengar suaranya lagi. Dia juga menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa melindungi orang yang dia cinta.
“Alfan, maafin aku,” ujarnya seorang diri. Jika saja dia pura-pura menurut pada kakaknya, dia tidak akan pernah tahu jika saat ini, Alfan telah pergi. Irina menjalani rawat jalan di rumahnya Kelvin meminta dokter pribadi keluarganya untuk merawat Irina.
Gadis itu jatuh sakit tepat saat kepergian Alfan, bahkan Irina di kurung, bukan hanya itu, Kelvin juga menyita akses internet Irina, gawai gadis itu dipegang sang kakak. Irina benci hidup bersama Kelvin, andai orangtuanya ada di sisinya, pasti keadaan jauh akan lebih baik. Andai orangtuanya tidak bercerai, pasti Kelvin tidak akan menjadi sosok yang keras seperti sekarang. Orangtua mereka bercerai saat mereka masih berada di bangku sekolah dasar, Irina dan Kelvin tinggal bersama Ayah mereka, tapi kini Ayah mereka tengah berada di luar negeri, sedangkan Ibu mereka, telah memiliki keluarga baru dan tidak peduli akan kondisi anak-anaknya, itu yang membuat sifat keras Kelvin, tertanam begitu dalam.
Kelvin masuk ke dalam kamar adiknya, cowok itu melempar gawai milik Irina begitu saja sampai mengenai kepala gadis itu. “Gitu dong, nurut sama gue. Pokoknya, jangan hapus postingan tentang nyokap Althaf!”
Irina bangkit, dia menatap nanar ke arah Kakaknya. “Ini udah keterlaluan Kak,” balasnya. “Kakak gak puas, udah bikin Alfan meninggal?!” teriaknya di sela-sela tangis. Kelvin mendekat ke arah adiknya yang duduk di tengah kasur. Cowok itu ikut duduk di samping Irina, Kelvin mengusap puncak kepala Irina pelan sebelum akhirnya dia melayangkan tamparan keras di pipi sang adik.
Tangis Irina semakin pecah, dia memegangi pipi sebelah kananya yang terasa perih. “Lo adik gue, harusnya nurut aja, gak usah banyak bacot!” makinya. “Masih untung lo gue urusin, sekali lagi lo bela si kembar itu.” Jeda sekian detik, napas Kelvin memburu, matanya memerah karena emosi, membuat Irina tidak berani menatap Kakaknya. “Silakan lo keluar dari rumah ini!” Kelvin menonyor kepala Irina dengan kasar, lalu pergi dari kamar Irina.
“Ayah…” hanya itu yang mampu Irina ucapkan, dia butuh sosok pelindung, dia butuh sosok yang memberinya kasih sayang serta cinta tulus, tapi apadaya, saat ini dia benar-benar sendiri.
Pada tempat yang berbeda, Atlas datang ke Rumah Sakit tempat Juno menjalani rawat inap, sebenarnya Atlas akan mengantar Althaf pergi ke Psikiater, tapi dia mendapat telepon dari Rafa tentang kondisi Juno.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIGONOMETRI [Segera Terbit]
Roman d'amour📝 FIKSI REMAJA [ Nadia Pratama X Wahyudi Pratama ] Dulu ada yang pernah bertanya padaku, ingin menjadi apa aku ini saat dewasa nanti. "Aku ingin menjadi sinar mentari yang dengan gembira menyinari dunia yang gelap ini. Lalu berubah menjadi bintang...