Sebelum baca, absen dulu dong, kalian dari kota mana aja nih?
🙋♂️🙋♀️WARNING!
Cerita ini mengandung unsur semacam kekerasan, omongan kasar, dan beberapa hal buruk yang tidak pantas ditiru.
Semua tokoh, ras, agama, latar, hanya fiktif belakang.
Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.
Selamat membaca!!
-
-
-
-
-"Ambil langkahmu sendiri untuk bahagia, jangan tunggu Dunia memberinya. Karena terkadang, Dunia hanya adil pada beberapa orang saja."
-Trigonometri-
Bahagia, satu kata sederhana yang mudah banget untuk diucapkan, tapi, terkadang sulit untuk merasakan. Mungkin bukan sulit, tapi hanya waktunya saja yang belum mengizinkan untuk bahagia.
Namun, bagi sebagian orang, pura-pura bahagia adalah suatu jalan terbaik untuk menutupi luka. Gak apa-apa, untuk pura-pura, siapa tahu nanti jadi kebiasaan yang akhirnya memang benar merasakan apa itu bahagia.
Ada yang perlu diingat, Allah Ta'alla, adil dalam memberi semua hal pada para hamba-Nya, tapi waktunya saja yang berbeda, semua pasti akan merasakan kehidupan yang berputar seperti roda, yang di atas gak selamanya diposisi itu, ada kalanya merasakan berada di bawah, begitupun sebaliknya.
Tentang rasa bahagia yang belum sepenuhnya dirasakan oleh sebagian orang, percayalah, Allah tengah mengatur waktu yang tepat untuk memberimu kebahagian yang dimau, gak apa-apa merasa sakit dan terluka untuk saat ini, gak apa-apa jika dunia meninggalkanmu, tunggu Allah Ta'alla kasih waktu untukmu, waktu milikmu dan dunia akan berbalik untuk mengejarmu.
Karena semua orang di dunia, berhak untuk bahagia, meski kadang dunia tidak adil dalam memberi kesempatan untuk semua orang. Seperti Althaf, yang selalu merasa bahwa dunia tidak memihaknya, bahwa bahagia tidak berpihak padanya.
"Kalian ini, kan, saudara kembar, gak baik berantem kaya tadi." Ayah Alam menatap Althaf dan Altan secara bergantian.
Perkelahian tadi mengundang Ayah Alam untuk turun tangan, mendengar suara gaduh dari luar rumahnya, Ayah Alam langsung memeriksa CCTV, dan melihat perkelahian antara Althaf dan Altan, lantas beliau mendatangi mereka.
Di sinilah Althaf dan Altan, berada di ruang tamu rumah orangtua Alam, mendapat nasihat panjang lebar dari Ayah Alam sebelum nantinya menghadapi Atlas di rumah.
"Om gak mau lihat kalian berantem kaya tadi, harus rukun kalo sama saudara!" ucap Ayah Alam lagi. Althaf dan Altan hanya menjawab dengan anggukan kepala lemah.
"Udah malem juga, sekarang kalian pulang, selesaikan masalah dengan kepala dingin ya?"
"Iya Om," jawan Altan. Kemudian dia dan Althaf pamit untuk pulang.
Althaf sediri tidak suka jika harus dibonceng oleh Altan, tapi mau bagaimana lagi? Terpaksa harus bonceng, lagi pula dia juga sudah mulai merasakan lelah seharian ini. Keduanya sama-sama diam saat diatas motor, tapi sesekali, Altan curi-curi pandang lewat kaca spion yang memperlihatkan saudara kembarnya itu meski wajahnya tertutup kaca helm.
Saat melewati mini market dekat komplek rumah mereka, Althaf meminta Altan untuk mampir ke mini market dengan dalil, jika dia lapar dan haus. Mau tidak mau, Altan menurutinya. Keduanya memasuki mini market dan di sambut hangat oleh karyawan di sana, yang selalu kagum pada si kembar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIGONOMETRI [Segera Terbit]
Romantizm📝 FIKSI REMAJA [ Nadia Pratama X Wahyudi Pratama ] Dulu ada yang pernah bertanya padaku, ingin menjadi apa aku ini saat dewasa nanti. "Aku ingin menjadi sinar mentari yang dengan gembira menyinari dunia yang gelap ini. Lalu berubah menjadi bintang...