27. Peluk Untuk Papa

60.1K 2.8K 26
                                    

WARNING!

Cerita ini mengandung unsur semacam kekerasan, omongan kasar, dan beberapa hal buruk yang tidak pantas ditiru.

Semua tokoh, ras, agama, latar, hanya fiktif belakang.

Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.

Selamat membaca!! 











"Sosok Ayah adalah seseorang yang jarang bahkan tidak bisa mengungkapkan rasa sayangnya lewat kata-kata, tapi Ayah selalu mengungkapkannya lewat tindakan."

-Trigonometri-















Atlas menghela napas kasar, laki-laki itu duduk dengan perasaan yang berantakan. Terkadang dia juga berpikir tentang bagaimana dia memberi pengertian pada salah satu putranya yang memiliki sifat sekeras batu.

"Apa aku terlalu keras?" pertanyaan itu selalu muncul dalam benaknya.

Namun, bukan untuk mengucilkan sang putra, dia bertindak seperti itu hanya ingin melatih sikap dewasa untuk putranya.

Atlas mengusap wajahnya kasar, di sebelahnya duduk Altan dan Alfan yang sama-sama masih terdiam sejak Althaf memilih pergi dari sisi mereka.

Ayah, sosoknya memang tidak selembut Ibu, tindakannya juga tidak selembut Ibu, caranya memberi kasih sayang juga bertolak belakang dengan Ibu.

Namun di balik itu semua, ada rasa cinta dan sayang yang selalu dituangkan dengan caranya sendiri. Tidak lewat kata-kata melainkan tindakan.

Memang benar  jika Ayah adalah sosok cinta pertama untuk anak perempuan pertama dan pahlawan untuk anak laki-lakinya.

Pikiran Atlas kembali saat dia masih muda, dia tidak bisa menjadi sosok Ayah seperti Papahnya, tapi dia selalu menerapkan sikap kasih dan sayang serta terbuka untuk anak-anaknya.

Dulu, Atlas juga sering ngambek pada Papahnya, entah itu tentang apapun tapi dia sering merasa kesal.

"Ternyata ini rasanya menjadi orangtua, gak mudah tapi aku yakin aku bisa menuntun anak-anakku untuk tetap berjalan bersama-sama."

"Papah…"

Atlas menoleh saat sentuhan lembut tangan Alfan yang menyentuh punggung tangannya.

"Jangan merasa bersalah untuk masalah ini, Bang Althaf gak akan benar-benar pergi kok. Pasti dia lagi nenangin dirinya sendiri. Papah jangan salahin diri Papah—"

"Maaf."

Ucapan Alfan terpotong saat Altan tiba-tiba mengucapkan kata maaf. Pemuda itu menatap sang Papah.

"Aku yang salah, aku yang buat Althaf marah hanya karena masalah sepele. Maaf Pah…" kata Altan dengan raut bersalahnya.

Altan menyesal karena dia sempat terbawa emosi karena tingkah Althaf di minimarket saat itu.

Altan menyesal karena dia marah dengan sebab yang seharusnya tidak membuatnya marah.

"Zameena bukan siapa-siapa dan harusnya aku gak marah sama Althaf."

Altan mengangguk pelan, dia menyentuh kedua tangan putranya dengan lembut.

"Papah akan urus semuanya dan janji bakal bikin Althaf kembali. Papah titip Mamah." setelah mengatakan itu, Atlas pergi meninggalkan kedua putranya untuk mencari Althaf.

TRIGONOMETRI [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang