08

119 9 7
                                    

"Akhirnya pulang juga" ucapku senang saat berjalan keluar kelas seusai pelajaran terakhir.

"Mampir warung es depan gang yok, Deb" ajak Dila yang juga ada disampingku.

"Boleh, Lo juga gak bawa mobil kan? Jalan aja ya" sahutku.

"Nebeng aja lah, capek tau jalan" timpalnya yang membuatku mendengus kesal.

"Yaudah, gue jalan aja" jawabku sembari jalan mendahului Dila.

"Tinggalin aja terus, Deb"

Namun, baru sampai dekat gerbang.
"Eh lo anak miskin, jangan lupa pr gue dikerjain" Ucap Fadil yang tak lama kemudian melajukan motornya dengan kencang.

"Ngomong apa dia tadi? Miskin? Wah, lo dari pas itu mau amat dihina, Deb" sahut Dila.

"Mending gue keliatan miskin ketimbang kaya tapi gaya doang" balasku sambil berjalan.

"Ashiyapp, kena banget. Jarang-jarang ya Deb ada umat-umat yang tidak sombong kayak kita"

"Lo gak sombong? Sekolah aja bawa mobil terus ada aja hari-hari berantem dengan orang"

"Itu beda urusan ya cinta"

"Sok bilang cinta padahal jomblo" ucapku mengejek.

"Deb, plis ya. Jomblo itu keren dan hak semua bangsa tapi gak berlaku buat bucin kek lo hahaha" kata Dila sambil tertawa terbahak-bahak.

"Bodo!" jawabku ketus.

"Deb, lo tau gak. 3 bulan lagi ada olimpiade sains"

"Lo mau ikut?" jawabku.

"Yaa, gue ditawarin Om Sadan tapi gue bilang mau dipikirin dulu"

"Tinggal bilang 'Iya' apa yang mau dipikirin lagi"

"Soalnya 3 bulan lagi mau ada konser iKon di deket sini" jawabnya yang membuatku melongo tak percaya.

"Jadi maksud lo, lo lebih milih nonton konser dibanding ikut Olim?"

"Wih iya dong, mending liat muka June dibanding soal Fisika" ucapnya bersemangat.

"Lo seneng banget sih sama yang begitu" timpalku.

"Iih lo juga kalo udah liat para oppa yang kyut pasti langsung kepincut"

"Udah sering banget, Dil. Bosen malah"

"Aduhh June, Gue mau pesen VIP pokoknya kursi paling depan" teriaknya sambil berlari-lari zig-zag di jalanan.

"Kumat dah penyakitnya" ucapku sembari jalan menyusul Dila yang sudah kesurupan.

Sesampainya kami di warung es setelah sedikit argumen dengan pengendara motor , iya pengendara motor yang sedang membawa barang-barang hampir menumbur Dila.
Namun, kita juga tahu salah siapa.

Kami meminta maaf walau menerima ceramah yang sangat panjang.

"Bik, sop buah 2 ya.." ucap Dila yang kelelahan sambil mengajakku duduk didalam kios yang tidak terlalu besar tersebut.

"Ahh, Maaf ya June, kalo tadi gue ampe ketumbur bisa-bisa gak jadi nonton konser"

"Astaga, lo masih aja. Udah ikut olim. Kalo lo gak mau gue aduin sama Ayah lo" ancamku padanya.

"Tapi Dil.." jawabnya yang ku potong.

"Gak, gue pernah sekali ikut lo nonton konser dan lo kesurupan ampe nendang-nendangin penonton laen. Bisa gak si jurus-jurus lo jangan dibawa kalo lagi seneng" tukasku.

"Reflek cuy hehe" jawabnya cengengesan.

"Pokoknya gak boleh ikut konser"

"Debi mah jahat" gerutunya.

Tak menunggu lama, sop buah kami yang terlihat sangat menyegarkan itu datang.

"Emang tanggal konser sama olim barengan gitu?" tanyaku sembari menikmati es milikku.

"Yaa bukan gitu, Deb. Tapi kita minggu depan udah pemilihan kandidat. Jadi mulai minggu depan kita pulang sekolah, jadwal malam, terus hari tertentu ada bimbel"

"Ooh gitu" anggukku.

"Eh tapi kalo lo ikut, lo bisa terbebas dikit dari Fadil" ucap Dila membuatku sedikit setuju namun cemas pula.

"Iya sih tapi.."

"Ayok ikut, Deb. Kalo lo ikut, gue batalin nonton konser"

"Enggak ah.." balasku.

"Yaudah gue mau boking tiket konser sekarang" ucap Dila sambil mengeluarkan handphone.

"Aha.. Kursi VIP masih ada sisa" ucapnya lagi.

"Iya-iya gue ikut olim. Tapi gimana dengan Fadil?" tanyaku agak bingung.

"Kan lo ikut olim, emang dia bisa ngebantah sekolah?"

"Dil, lo tau kan? Dia itu gak peduli sekitar. Semua harus sesuai kemauan dia" ucapku.

"Lo itu temenan sama siapa sih? Lo pikir gue gak bisa lawan dia. Ini Dila loh bukan kaleng-kaleng"

"Terserah lo deh" balasku.

SKIP

Aku dan Dila kembali ke rumah dengan supir masing-masing.

Tok tok tok
"Debi sayang, ini mama" panggil Mamaku.

"Masuk aja, Ma" sahutku sembari mengerjakan pr yang sangat menumpuk di mejaku.

"Debi lagi ngerjain tugas? Kok banyak betul?" tanya Mamaku yang duduk di kasur.

"Iya emang lagi banyak kok, Ma"

Gara-gara Fadil ini juga' batinku.

"Tadi ada anak cowok kesini" ucap Mamaku.

"Terus ngapain dia?" tanyaku.

"Dia nyamperin satpam kita Pak Toto, nanyain 'ini rumah Dila apa bukan' "

"Siapa namanya, Ma?" tanyaku mulai serius.

"Gak tau, udah itu dia langsung pergi"

"Tapi Pak Toto gak bilang ini rumah Debi kan, Ma?" tanyaku khawatir.

"Enggak kok sayang" jawab Mamaku menenangkan.

"Lagian kamu mau sampe kapan kayak gini?" tanyanya membuatku kikuk.

"Ee.. Nggak tau, Ma. Bentar ya Ma, aku mau lanjutin nugas" timpalku sambil mengerjakan tugas padahal pikiranku sudah buyar oleh ucapan Mama tadi.

Siapa yang lagi nyari Dila?

Namun saat ku buka lembaran buku, aku menemukan selembar uang 50 ribu serta surat kecil

'Makasih ya miskin, moga ini cukup buat beli pulpen'

Oh, okee:)


Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar serta masukan supaya ane semangat☺

FOLLOW MY WORDS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang