BAB 1 - PAGI SURAM

9.5K 401 11
                                    

BAB 1 - PAGI SURAM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 1 - PAGI SURAM

Yogyakarta, kota yang terkenal dengan wisata-wisata sejarah, alam yang memukau maupun kuliner yang lezat dan nikmat. Selain itu, kota yang dijuluki sebagai kota pelajar ini juga terkenal akan seni, tradisi, dan budayanya. Banyak sebagian orang bilang, jika kota ini membuat orang yang pernah berkunjung akan ingin mengunjunginya lagi tanpa bosan.

Kota Yogyakarta adalah kota yang nyaman. Itu sebabnya, seorang Starlyna Nesta Andhara memilih kota Yogyakarta sebagai tempat untuk bekerja dan mengobati luka hatinya. Selama satu tahun lebih tinggal di kota ini, perempuan yang akrab dengan nama Nesta itu tidak mempunyai keluhan sama sekali. Justru, kenyamanan dan ketentraman yang dia dapatkan setiap hari.

Mungkin, bagi orang-orang yang mengenalnya dulu. Kota ini adalah kota pelarian seorang Nesta. Tapi sebenarnya, perempuan itu tidak melarikan diri di sini. Jauh sebelum hatinya terluka dia sudah merencanakan ingin menetap di kota ini. Sejak dia menginjakkan kakinya di kota Yogyakarta, dia sudah jatuh cinta terhadap daerah ini. Dan kebetulan, disaat hatinya butuh waktu untuk sembuh tak ada pilihan lain selain tinggal di kota pelajar ini.

Tinggal di sebuah apartemen yang tak jauh dari pusat kota membuat dirinya semakin betah di sana. Selain itu, juga dari apartemennya dia bisa melihat pemandangan yang sungguh luar biasa indahnya. Serta, makanan-makanan yang enak juga menjadi salah satu alasan dia bertahan di kota ini.

Suara alarm dan dering ponsel terdengar membuat perempuan yang sekarang masih memejamkan matanya itu terganggu. Nesta, perempuan itu sekarang masih terlelap di sebuah bed cover berwarna pink salmon. Dengan mata terpejam, Nesta meraih ponsel di meja sebelah kasurnya.

"Halo, ganggu aja sih. Saya masih tidur." Nesta menjawab dengan nada suara kesal.

"Maaf mbak, ini ada costumer yang ingin bertemu dengan mbak Nesta langsung."

"Sudah berapa kali saya bilang, kita seumuran, Gab. Jangan panggil mbak." Perempuan itu lalu membuka matanya dan melihat ke arah jam dinding di kamarnya yang menunjukan pukul setengah delapan pagi. "Masih pagi, Gab. Nanti saja, lagian belum buat janjikan?"

"Tap-"

"Saya sangat lelah, Gab. Jangan ganggu." Nesta segera menutup panggilannya.

Namun, baru saja dia ingin memejamkan matanya lagi suara dering ponsel kembali terdengar. Dia berusaha mengabaikannya, namun ponsel tersebut tidak ada hentinya berbunyi. Akhirnya dengan menggerutu kesal dia menjawab panggilan itu.

"APALAGI SIH GAB? Tadi saya sudah bilang, saya tidak bisa diganggu. Saya akan ke sana siang. Kamu tahu sendirikan kemarin sa-"

"Jadi bos jangan malas-malasan. Saya doakan bangkrut mau?"

Nesta terdiam, lalu mengecek siapa yang memanggilnya. Di layar ponselnya benar panggilan dari Gabby, tapi kenapa suara Gabby jadi suara laki-laki.

Iridescent [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang