BAB 28 - BERJUANG

1.7K 120 6
                                    

BAB 28 - BERJUANG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BAB 28 - BERJUANG

Adnan, laki-laki yang datang di kehidupan Nesta dan memberikan hal terindah yang tidak Nesta duga. Cinta yang hadir di hati Nesta untuk Adnan bukanlah cinta biasa. Nesta benar-benar jatuh sejatuh-jatuhnya kepada Adnan. Cintanya kali ini berbeda. Dia merasakan seperti cinta yang sesungguhnya. Bukan cinta biasa apalagi cuma rasa suka biasa.

Cintanya kepada Adnan tulus dari hati. Menerima segala kekurangan Adnan. Bahkan hal yang dibenci Nesta pun mampu dia terima. Dia sangat benci dengan rokok. Dan punya impian tidak akan jatuh cinta dengan laki-laki perokok. Namun lihatlah sekarang, seorang Nesta jatuh cinta kepada Adnan yang seorang perokok.

Semua di luar dugaannya. Bisa mencintai seseorang yang merokok adalah suatu hal yang tidak dapat dipercaya. Namun, semua itu sirna ketika Nesta mengenal Adnan.

Adnan dengan perlahan-lahan mampu masuk ke dalam kehidupannya. Dan berhasil menghancurkan tembok yang berdiri kokoh di hatinya. Laki-laki sederhana itu benar-benar luar biasa. Laki-laki yang dicintai Nesta dan mencintai Nesta apa adanya.

Nesta memandang ke arah Adnan yang sedang makan di depannya. Kadang sebuah pertanyaan terlintas di pikirannya. Mengapa dia bisa jatuh cinta kepada laki-laki bernama Adnan tersebut?

“Di makan, Ta.” Adnan menegur Nesta yang sejak tadi melamun.

“Eh, iya.”

“Mikirin apa sih?”

“Kamu,” jawab Nesta keceplosan. Lalu dia segera membungkam mulutnya.

Adnan terkekeh. “Oalah mikirin aku. Di pikiran kamu isinya aku semua ya?”

“Apaan sih...” Nesta salah tingkah sendiri mendengar ucapan Adnan.

Memang benar sih. Sekarang otak Nesta hanya ada Adnan. Apa-apa selalu Adnan yang terlintas dipikirannya. Laki-laki itu sudah berhasil menguasai pikiran Nesta.

“Oh iya Ta. Sebelum melamar kamu saya sudah bicara sama Papa kamu.”

Nesta menatap Adnan dengan ekspresi terkejut. “Bicara apa?”

“Bicara soal aku akan melamar kamu.”

“Eh, masa? Kamu sudah bilang ke Papa dulu sebelum ngomong ke aku?” tanya Nesta masih dengan terkejut.

Adnan menganggukkan kepala. “Iya.”

“Kapan?”

“Saat sebelum beliau terkena kasus korupsi.”

“Selama itu?” tanya Nesta lagi dan lebih terkejut. Adnan hanya terkekeh dan menganggukkan kepalanya. Memperhatikan wajah kaget Nesta yang lucu membuatnya terkekeh.

Nesta melamun lagi, ternyata Adnan serius dari dulu. Perempuan berambut bergelombang tersebut sungguh tidak menyangka Adnan akan seserius itu.

“Melamun terus. Dimakan sayang, nanti keburu pukul satu.”

Pipi Nesta langsung memerah. “Jangan panggil gitu ih...”

“Kenapa? Kan kamu sayangnya aku,” jawab Adnan sambil terkekeh.

Pipi Nesta semakin memerah. “ADNAN!!!” Perempuan tersebut mendengus kesal. “Jangan gitu. Gak cocok, Ad. Kamu pantasnya kalem gak tukang gombal kek gitu.”

Adnan tertawa puas setelah melihat wajah Nesta yang lucu dan menggemaskan. Wajah kesal bercampur malu-malu dan salah tingkah. “Emang gak suka dipanggil sayang?”

Nesta diam, sebenarnya dia suka dipanggil seperti itu. Rasanya seperti ada ratusan kupu-kupu di perutnya ketika mendengar panggilan Adnan tersebut. Namun, mendengar Adnan menggombal rasanya aneh sekali.

“Diam berarti, iya.”

“Gak, Ad.” Nesta menatap Adnan marah.

“Halah malu-malu, kalau iya bilang iya tidak usah sok-sokan bilang gak,” ucap Adnan menggoda Nesta.

“Udah ishh... Gak usah dibahas.”

“Eh iya, Rezal lagi mendekati asistenmu itu?” tanya Adnan mengalihkan pembicaraan.

Nesta langsung ceria, lalu menanggukan kepalanya. “Iya. Lucu banget sumpah. Gabbynya gak mau Rezalnya ngejar terus.”

“Syukurlah.”

“Kenapa?” tanya Nesta.

“Berarti sudah move on dari kamu. Alhamdulillah...”

Nesta mengangguk-anggukkan kepalanya. “Tapi jangan sampai Gabby hanya untuk pelampiasan saja. Awas saja kalau sampai iya.”

“Semoga saja tidak.”

Nesta lalu melanjutkan makannya. Ternyata lebih dekat dengan Adnan semakin membuatnya terasa nyaman. Seru, nyaman, dan hal-hal tak terduga lainnya datang ketika dia semakin dekat dengan Adnan.

Namun, saat ini pikirannya sedang bercabang kemana-mana. Hatinya tidak bisa tenang. Dikarenakan Ibu dari Adnan belum merestui hubungan mereka. Nesta merasa belum bisa tenang jika belum mendapat restu dari Ibunya Adnan.

Dia tidak ingin kehilangan Adnan. Adnan yang sudah berhasil mengubahnya, mengubah cara pandangnya. Adnan yang selalu ada di saat masa-masa sulitnya. Dan hanya Adnanlah yang bisa mencuri kunci hati yang selama ini dia sembunyikan.

“Oh iya Ad. Soal Ibu kamu gimana?” tanya Nesta dengan suara pelan.

Adnan menggenggam salah satu tangan Nesta. “Dekka belum bisa datang akhir-akhir ini. Dia masih sibuk dengan pekerjaan.”

“Ad, aku takut.”

“Tenanglah. Semua akan baik-baik saja. Dekka pasti datang kok.” Adnan berusaha menenangkan Nesta.

Kemarin Adnan sudah berusaha menghubungi Dekka. Agar laki-laki itu datang bersama istrinya dan menjelaskan semuanya. Agar tidak terjadi kesalahpahaman antara Nesta dan Ibunya. Namun Dekka masib sibuk, perlu beberapa minggu untuk bisa datang ke Yogyakarta.

Nesta menganggukan kepalanya. Tapi hatinya masih cemas. Sewaktu-waktu Ibunya Adnan bisa saja bertemu dengannya saat bersama Adnan. Itu bisa menyebabkan bahaya besar untuknya.

“Yang tenang ya! Kita berjuang sama-sama pasti semua akan baik-baik saja.”

“Iya Ad. Makasih sudah bertahan.” Nesta tersenyum, agar Adnan tahu dia baik-baik saja. Meskipun sebenarnya hatinya belum bisa tenang.

“ADNAN NESTA!!!”

Sebuah teriakan membuat Nesta dan Adnan terlonjak kaget. Lalu segera menoleh ke samping kanan. Dan sebuah bencana yang dibicarakan ada di depan mata mereka.

🌈🌈🌈

Maaf pendek😣
Lagi ada masalah, sebenarnya gak ingin update dulu tapi pengen cepet selesai cerita ini.

Exsalind
Ngawi, 8 Desember 2019

Iridescent [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang