BAB 7 - SAHABAT“Seorang sahabat tidak akan menyakiti sahabatnya.”
Sahabat, apa yang terlintas dipikiran kalian ketika mendengar kata itu? Apakah orang yang selalu ada dalam suka dan duka? Orang yang selalu mendukung dalam hal positif? Atau, orang yang selalu membantu ketika jatuh dalam kegagalan ataupun keterpurukan?
Menurut Nesta, sahabat adalah teman yang lebih dari teman. Teman hanya datang di saat ada kebahagiaan, tapi sahabat selalu ada dalam kebahagiaan bahkan kesedihan. Membantu bangkit dari keterpurukan, serta berusaha membuat senyuman yang telah hilang. Dan sahabat selalu menyemangati, bukan justru menyakiti.
Dulu, perempuan berusia dua puluh empat tahun itu selalu menjunjung tinggi sebuah persahabatan. Namun, setelah apa yang dilaluinya bersama sahabat-sahabatnya membuat perempuan itu tidak percaya lagi dengan sebuah persahabatan.
Dulu, dia masih berusaha bertahan. Karena, baginya sahabat akan selalu menerima seburuk apapun sahabatnya. Dan kalau bisa mencoba merubah sahabatnya menjadi baik. Namun, usahanya selalu sia-sia. Dia selalu berusaha menegur, namun justru dirinya yang disalahkan. Dia selalu berusaha mengingatkan, tapi justru dirinya yang terkena amukan.
Setelah bertahan lama, akhirnya dia menyerah. Dia mencoba bersahabat dengan yang lainnya. Namun, sama seperti terdahulu, awalnya semua baik-baik saja. Kemudian seiring berjalannya waktu, ternyata dia tidak pernah dianggap. Selalu diabaikan, dan masih sama seperti biasanya, disalahkan.
Dan semua terulang, dan terulang lagi. Bahkan ada sahabatnya yang menghina, menghujatnya, dan membencinya karena suatu kesalahan. Sebenarnya, bukan kesalahan sepenuhnya. Nesta hanya berusaha untuk membantu sahabatnya, namun di mata sahabatnya itu suatu kesalahan.
Nesta masih bisa tidak apa-apa. Baginya semua yang pernah menjadi sahabatnya, adalah orang-orang yang memberi warna di hidupnya. Meskipun, kebanyakan menyakitinya tapi sesekali juga pernah membuatnya tersenyum.
Perempuan itu kemudian tidak lagi bersahabat dengan siapa pun. Dia hanya berteman seperti biasa. Hingga masuk kuliah semester tiga, dia dipertemukan orang-orang yang mau menerima menjadi sahabat. Dan bersama mereka, Nesta bisa merasakan sebuah persahabatan yang nyata. Bahkan, dibandikan persahabatan-persahabatan terdahulu, persahabatan ini yang paling bertahan lama.
“Nesta.” Suara Gabby yang memanggilnya membuat lamunan tentang sahabat-sahabatnya dulu buyar.
“Ada apa?” tanya Nesta sambil menatap asistennya itu.
“Sudah sampai. Kamu baik-baik sajakan, Ta? Sejak tadi saya perhatikan kamu melamun terus, apakah pertanyaan saya tadi membuatmu teringat masa lalumu?”
Nesta menggelengkan kepala. “I am fine. Ayo, keluar. Pak Tomo, tolong bantu bawa gulungan kainnya ke dalam ya.” Pak Tomo, supir pribadinya Nesta pun mengangguk.
“Biar saya saja yang bawa, Ta.” Gabby mengambil alih dua kantong plastik yang baru saja Nesta ambil dari bagasi mobil.
“Kamu bawa yang lain tuh, masih banyak Gab. Saya juga ingin membantu.” Nesta pun mengambil dua kantong plastik lagi. Lalu berjalan menuju bagian produksi busana-busana rancangannya, lewat pintu samping, pintu khusus karyawan dibagian produksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Selesai]
Romance#Love and Happiness 1 Cinta? Mendengar kata itu, perempuan bernama Starlyna Nesta Andhara pasti akan tertawa. Sebab, dirinya sudah tidak lagi percaya dengan cinta. Bukan hanya itu saja, perempuan itu juga selalu menjaga jarak dengan kaum laki-laki...