BAB 26 - MASALAH

1.5K 120 4
                                    

Vote dan komennya dong!!!

Biar semangat nulis😁

BAB 26 - MASALAH

Nesta kira, hanya dia yang punya masalah besar. Namun ternyata ada yang memiliki masalah lebih besar darinya. Fathania Candani. Gadis berumur 15 tahun itu contohnya.

Sekarang Nesta bersama Adnan menyiapkan makan siang untuk Fathania dan Floretta. Adnan tidak hanya membantunya memasak tapi juga menceritakan kisah Fathania.

“Fathania bukan adik kandung aku, Ta.”

Nesta yang sedang mengiris bawang itu pun menoleh. “Lalu?”

“Dia anak dari sahabat Ibuku.” Adnan terlihat seperti sedang mengingat kejadian pilu. “Ibuku mengangkatnya sebagai keluarga kami saat usianya 10 tahun.”

Nesta jadi tidak fokus mengiris bawang. Dia pun menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Adnan. “Lalu dimana keluarga kandungnya?”

Adnan pun juga menoleh ke arah Nesta. “Mereka sudah pergi.” Adnan menundukkan kepalanya. “Orang tua Nia dan Nia kecelakaan saat menuju Jakarta. Nia jadi kehilangan semuanya. Orang tua, kesehatan kaki, dan penglihataannya.”

“Ya Allah.” Nesta membungkam mulutnya tak percaya. Anak seusia itu sudah menimpa beban hidup seberat itu.

“Kebetulan orang tua Nia adalah sahabat Ibu dan Ayah. Jadi Nia diadopsi oleh mereka.”

Nesta masih diam mendengarkan semua yang diceritakan Adnan. Sungguh berat sekali cobaan yang diterima Fathania.

“Nia tetap bisa tersenyum dan bahagia loh, Ta. Padahal cobaannya seberat itu. Yang punya masalah bukan hanya kamu saja. Tapi setiap orang punya masalah masing-masing. Jadi kamu harus kuat ya. Jangan melemah karena masalah.” Adnan tersenyum lalu mengusap rambut Nesta pelan. “Aku disini, akan menguatkanmu.”

🌈🌈🌈

Setelah sesi masak-memasak mereka pun akhirnya makan bersama di ruang makan kediaman Adnan. Berbagi canda dan tawa bersama. Dan sesekali berbagi cerita. Mereka terlihat bahagia seolah melupakan segala hal yang menyakiti mereka.

“Nanti kalau Mbak Nesta dan Mas Adnan nikah, tinggal di sini aja. Masakan Mbak Nesta enak, nanti jadi masakin Flo terus dong.”

Nesta yang menyuapi Fathania pun bersemu merah ketika mendengar Floretta membahas masalah pernikahan. Adnan pun hanya bisa tersenyum sambil melirik Nesta yang pipinya bersemu merah.

“Assalamu'alaikum.” Sebuah salam terdengar bersamaan dengan datangnya dua orang dari ruang tengah.

Mereka yang mendengar salam pun lantas menjawabnya dan menoleh ke belakang. “Budhe Ningrum,” ucap Nesta pelan nyaris tak bersuara.

“Nesta.” Wanita paruh baya tersebut memanggil Nesta dengan wajah terkejut. “Ngapain kamu di sini,” lanjutnya dengan suara sinis.

“Ibu,” panggil Adnan yang sudah berdiri.

“Apa Ad?” Ningrum berjalan mendekat. “Ngapain kamu bawa perempuan gak tahu diri ini ke rumah?”

Rasanya hati Nesta seperti terhantam sesuatu yany keras ketika mendengar ucapan Ningrum. Wanita itu memang membenci Nesta semenjak batal pertunangannya dengan Dekka. Yang diketahui Ningrum, Nesta yang meninggalkan Dekka.

“Dasar perempuan gak tahu diri. Setelah meninggalkan Dekka kamu mendekati anak saya gitu, hah?”

Nesta hanya mampu diam tak bersuara. Ingin sekali berteriak tentang semua yang sebenarnya. Tapi nanti dianggap tidak sopan. Tapi semakin lama, ucapan Ningrum semakin menyakiti hatinya.

“Ibu memang minta kamu buat cari menantu. Tapi jangan dia, Ad.” Ningrum menunjuk-nunjuk Nesta. “Perempuan ini pasti matre, ninggalin Dekka palingan buat cari yang lebih kaya. Dasar perempuan gak tahu diri. Kurang apa si Dekka. Untung gak jadi nikah sama Dekka.”

“CUKUP, BU.”

“Kamu berani membentak Ibu karena perempuan ini?” Ningrum berkata dengan suara pelan, lalu meninggikan suaranya. “KAMU BERANI SAMA IBU, AD?”

“Bu semua bukan sepenuhnya Nesta yang salah.”

“Kamu membela peremuan ini?” tanya Ningrum sinis sambil menunjuk Nesta yang hanya bisa menundukan kepalanya.

“Ibu, Nesta benar-benar gak salah. Semua salah Dekka, Bu. Adnan bisa jelaskan semuanya.”

“Tidak. Jelas-jelas Nesta yang meninggalkan Dekka. Ibu lihat dengan mata Ibu sendiri, Ibu dengar dengan telinga Ibu sendiri, bukan dari orang lain.”

“Maaf, saya pamit pulang. Assalamu'alaikum.” Nesta berjalan meninggalkan mereka dengan air mata yang terus menetes.

“Iya sana, tahu dirikan. Belum Ibu usir sudah pulang.”

“Ibu keterlaluan.” Adnan lalu meninggalkan ruang makan. Ningrum sempat memanggil nama Adnan untuk tidak mengejar Nesta namun dihiraukan laki-laki tersebut.

Adnan berlari mengejar Nesta yang sudah sampai jalan. “Nesta.”

Nesta berhenti berjalan ketika mendengar ada yang memanggilnya, namun tidak menoleh ke belakang. Perempuan tersebut menghapus air matanya. Dia enggan sekali menoleh ke belakang. Dan pada akhirnya hanya diam di sana, menunggu Adnan memulai pembicaraan.

“Maafkan perkataan Ibuku ya,” ucap Adnan sambil berjalan mendekati Nesta.

Nesta menoleh ke belakang tepat ketika Adnan sudah sampai di belakangnya. Nesta menunduk tak berani menatap wajah Adnan sama sekali.

“Ta, maaf.” Adnan berucap meminta maaf lagi ketika melihat keterdiaman Nesta.

Nesta tidak tahu harus menjawab apa. Jujur saja hatinya sangat sakit oleh perkataan Ibunya Adnan tadi. Semua yang dikatakan Ningrum tidak ada yang benar, namun berhasil melukai hatinya.

“Ta, jangan diam saja.”

“Lalu aku harus bagaimana, Ad?” tanya Nesta sambil melihat kedua bola mata yang terlihat indah milik Adnan tersebut.

“Aku, aku butuh waktu untuk sendiri,” lanjut Nesta lalu berjalan meninggalkan Adnan.

Meninggalkan rasa sakit yang dia dapatkan di rumah itu. Dari dulu, Ningrum memang selalu membencinya. Apalagi semenjak dia memutuskan pertunangannya di depan wanita itu dan keluarga Dekka.

Yang Ningrum tahu, Nesta yang salah. Nesta yang bersalah di hubungan Nesta dan Dekka. Wanita itu belum mengetahui kebenarannya. Mungkin pihak keluarga Dekka belum memberi tahukan kebenarannya.

Nesta sakit hati. Oleh semua perkataan Ningrum untunya. Rasanya dia sudah tak punya harapan untuk bisa bersama Adnan. Ibunya saja membenci Nesta, pasti dengan sangat jelas tidak akan pernah memberi restu untuk bersama anaknya.

Nesta sudah terlanjur mencintai Adnan. Laki-laki sederhana yang mampu mengubah hidupnya menjadi berwarna. Laki-laki yang mampu membantunya menyelesaikan semua permasalahan yang didapatkannya. Laki-laki yang berhasil mencuri kunci hati yang selama ini telah dia buang jauh-jauh.

Nesta bingung harus bagaimana. Di satu sisi dia tidak ingin kehilangan untuk kesekian kalinya. Namun di sisi lain dia harus berhadapan dengan orang yang dari dulu membencinya. Sanggupkah dia menghilangkan rasa benci di hati Ningrum?

Ingin sekali dia menceritakan semuanya, menjelaskan bahwa dirinya tidak bersalah. Namun mau bagaimanapun pasti akan terlihat buruk di mata pembenci.

🌈🌈🌈

Iridescent [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang