BAB 3 - KEMBALI DATANG
Pagi, awal dari seluruh waktu dalam satu hari. Ada yang suka pagi segera datang. Ada pula yang selalu mengeluh ketika pagi menjelang. Padahal, kita harusnya bersyukur bertemu pagi lagi. Itu artinya Tuhan masih memberi kita kesempatan untuk melewati hari berikutnya.
Namun, sebagian orang pasti ada yang mengeluh. Karena jika pagi datang pasti hari sudah berganti lagi. Harus melewati hari-hari yang bagi mereka suram, ataupun menyebalkan. Atau, mungkin mereka tidak suka pagi karena telah membangunkannya dari mimpi indah.
Nesta, suka pagi. Pagi datang dengan hari baru, bisa menimbulkan semangat baru. Juga bisa membangunkan dia dari mimpi-mimpi buruknya di setiap malam. Sehingga dia selalu menikmati setiap paginya, meskipun terkadang dia harus melewatkan indahnya pagi karena tubuhnya butuh tidur. Namun, dia selalu menyempatkan diri untuk menghirup udara segar di pagi hari.
Seperti sekarang, Nesta sedang menghirup udara segar di balkon kamarnya. Selain itu, dia juga menikmati indahnya Yogyakarta di pagi hari. Nesta memejamkan matanya, merasakan hembusan angin yang perlahan-lahan menyentuh wajah dan menerpa rambut panjangnya.
Saat dirasa sudah puas menikmati pagi hari ini, perempuan itu masuk ke dalam kamarnya. Kemudian dia mengambil ponsel yang berada di meja dan menekan panggilan kepada seseorang.
"Halo, Gab. Nanti saya agak siang ya datangnya." Sambil berbicara, dia melangkahkan kaki menuju ke arah dapur.
"Iya. Nanti fiting pesanan Pak Rezal pukul setengah sebelas, Ta."
Nesta memutar bola matanya mendengar nama itu, lalu mengecek jam dinding yang berada di dapur yang menunjukan pukul 08.10 kemudian dia menjawab, "Yaudah pukul 10.00 saya sudah di sana. Selamat bekerja, Gab."
Setelah itu Nesta langsung menutup panggilannya dan meletakkan ponselnya di meja makan. Lalu bergumam, "hm... masak apa ya?"
Perempuan itu kemudian mengambil beberapa bahan masakan yang berada di kulkas. Setelah iti mulai sibuk dengan peralatan masak. Dia memang selalu menyempatkan membuat sarapan sendiri di rumah. Setelah selesai memasak, makan, dan membereskan dapur yang telah dia pakai. Perempuan tersebut lalu menuju kamarnya lagi untuk mengistirahatkan tubuhnya kembali.
Nesta merebahkan dirinya di kasur king size nya. Baru saja dia memejamkan matanya, suara dering ponsek terdengar. Perempuan itu pun mengabaikannnya, namun akhirnya dengan kesal dia mengambil ponsel dan melihat siapa yang menelfon.
"Gabby." Dia membaca nama dilayar ponsel. Karena malas marah-marah dengan perembuan itu lagi, dia pun mematikan panggilan dari Gabby dan memilih membuka pesannya saja.
Gabriela
Nesta, barusan Pak Rezal telfon dia bilang fitungnya pukul 09.15 saja.Ta, pliss anggat telfonnya.
Ta, dia terus menelfon.
Mbak Nesta
Starlyna Nesta
WHAT? Kok seenaknya sendiri sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Selesai]
Romance#Love and Happiness 1 Cinta? Mendengar kata itu, perempuan bernama Starlyna Nesta Andhara pasti akan tertawa. Sebab, dirinya sudah tidak lagi percaya dengan cinta. Bukan hanya itu saja, perempuan itu juga selalu menjaga jarak dengan kaum laki-laki...