BAB 22 - PILIHAN

1.5K 117 7
                                    

BAB 22 - PILIHAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BAB 22 - PILIHAN

Bingung, itulah yang dirasakan Nesta sekarang. Perempuan berambut bergelombang tersebut hanya bisa diam menatap Adnan dengan wajah bingung campur terkejut.

Dia tak menyangka bahwa Adnan, laki-laki yang baru dikenalnya beberapa bulan ini ternyata sudah mengenalnya dari dulu. Bahkan laki-laki tersebut mencintainya. Sungguh hal yang tak terduga bagi Nesta.

“Ta, hei.” Adnan melambaikan tangannya di depan mata Nesta yang melamun.

“Eh iya, ada apa?”

“Kamu pulang ya, ke rumah Papamu. Pak Herawan sangat merindukan putrinya.”

Nesta terdiam lagi, dia ingin pulang tapi hatinya masih menyimpan benci terhadap Papanya. “Ad, tapi saya...”

“Untuk apa kamu menyimpan benci, Ta? Sampai kapan kamu menyimpannya?”

Nesta hanya diam tidak tahu membalas pertanyaan Adnan apa. Semua yang dikatakan Adnan benar, untuk apa dia masih membenci Papanya? Semua sudah terjadi dan tidak mungkin kembali meskipun dia membencinya. Tidak ada gunanya rasa benci itu tertanam.

“Benarkan apa yang saya katakan? Kamu masih trauma?”

Nesta menganggukan kepalanya. “Semua terasa menyakitkan, Ad. Bayangkan saja, bagaimana bisa saya tidak membenci Papa disaat Papa tega menghianati Mama.”

“Saya tahu perasaanmu bagaimana. Sekarang semua sudah baik-baik saja. Mama kamu sudah memaafkan Papa kamu. Tinggal kamu yang berdamai dengan masa lalu kamu.”

“Papa sudah membuat Mama lumpuh, Ad. Papa yang sudah membuat semua keadaan menjadi buruk. Bagaimana bisa aku memaafkan orang yang selama ini membuat saya dan mama saya terpuruk.” Air mata Nesta perlahan turun membasahi kedua pipinya ketika teringat semua yang terjadi di masa lalunya. Delapan tahun yang lalu Mamanya dinyatakan lumpuh setelah kecelakaan akibat mengejar Papanya dulu.

Adnan menghela nafas, lalu mengusap bahu Nesta pelan. “Saya mengerti. Semua tidak mudah. Kamu ingin hati kamu legakan? Maka maafkanlah orang-orang yang menyakiti kamu. Jangan menyimpan benci apalagi dendam.”

“Tap—”

“Ssttt... Percaya sama saya, semua akan baik-baik saja.” Adnan memotong ucapan Nesta yang ingin membantah lagi. Lalu laki-laki tersebut menghapus air mata Nesta. “Jangan menangis. Tersenyumlah, semua akan baik-baik saja apabila kamu tersenyum.”

“Ingat, ada yang lebih berat menghadapi masalahnya tapi dia tetap kuat. Kamu harus kuat.”

🌈🌈🌈

Rumah bercat hijau daun itu kini sudah didatangi Nesta lagi. Dengan jantung yang berdegup kencang dia diantar oleh Adnan untuk mengetuk pintu rumah itu. Adnan yang melihat Nesta hanya diam saja, akhirnya dia yang mengetuk pintu.

Iridescent [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang