BAB 18 - NIKAHAN MANTAN

1.7K 142 7
                                    

BAB 18 - NIKAHAN MANTAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BAB 18 - NIKAHAN MANTAN

“Percuma lama bersama, kalau pada akhirnya bukan jodohnya. Lebih baik mendoakan siapa tahu disatukan.”

Nikahan mantan, pernahkan kalian datang ke pernikahan mantan? Apalagi mantan yang masih manis dalam ingatan.

Untung saja, Nesta sudah melupakan rasa yang pernah membuatnya bahagia dan terluka. Dan kini, dia datang di sebuah pernikahan mantannya. Ah... bukan sekedar mantan pacar, tapi mantan tunangan. Bayangkan saja rasaya bagaimana, ketika melihat sebuah kursi pelaminan yang seharusnya dia duduki kini diduduki orang lain, lebih tepatnya sahabatnya sendiri.

Sakit? Tidak, Nesta tidak merasakan rasa sakit itu lagi. Justru, perempuan bergaun warna hijau tosca tersebut tersenyum lega melihat sepasang pengantin yang terlihat bahagia terssbut. Yah... Meskipun tetap saja, mau bagaimanapun rasanya seperti tidak percaya.

Akan tetapi, Nesta bahagia melihat mereka bahagia. Ketika kakinya akan melangkah mendatangi sepasang pengantin tersebut, tiba-tiba ada yang memanggilnya.

“Nesta.”

Nesta pun langsung menoleh ke belakang. “Adnan?” Perempuan tersebut menatap bingung dengan kehadiran Adnan di sana.

Adnan hanya tersenyum menanggapi ekspresi kaget Nesta. Lina yang sejak tadi hanya diam di kursi roda pun membuka suara. “Ta, kamu menemui Dekka dan Sheila sama Adnan saja ya, Mama nanti sama Valdy saja.”

“Loh mama kok kenal Ad—”

“Ayo, Ta.” Adnan memotong ucapan Nesta. Kemudian dia menggandeng tangan perempuan tersebut dan membawanya menuju ke arah Dekka dan Sheila.

“Adnan, kenapa kamu bisa di sini?”

Adnan tersenyum. “Nanti saya jelaskan.”
Laki-laki tersebut menoleh ke arah Nesta. “Kamu kuatkan menemui mereka?”

Nesta tertawa ringan. “Kuatlah, dulu hanya melihat mereka lamaran saja saya kuat padahal masih punya perasaan. Apalagi sekarang sudah tidak memiliki perasaan apapun.”

Mungkin jika Nesta masih punya perasaan yang sama seperti dulu. Dia akan merasa berat untuk datang ke sini. Meskipun dia jelas datang karena sudah berjanji dulu. Kata yang dia ucapkan kepada Adnan memang benar. Dia kuat, tapi saat itu hanya kuat di depan orang-orang. Wanita mana yang kuat melihat tunangannya melamar sahabatnya sendiri?

Sakit bukan? Iya itulah yang dirasakan Nesta dulu saat melihat dengan matanya sendiri, tunangannya tengah melamar sahabatnya. Bahkan wajah bahagia tunangannya pun terlihat sangat jelas. Wajah bahagia yang tidak pernah dilihatnya saat bersamanya dulu.

Yah mungkin inilah yang namanya jodoh ditangan Tuhan. Selama apapun sebuah hubungan tidak menjamin ke pelaminan. Terlihat baik-baik saja tanpa ada masalah pun bisa terpisah. Kalau bukan jodoh ya tidak bisa disatukan. Mau bagaimanapun akan sulit, bagaikan air dan minyak.

Iridescent [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang