BAB 23 - BIMBANG

1.4K 111 10
                                    

BAB 23 - BIMBANG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 23 - BIMBANG

Bimbang, entah harus memilih yang mana. Nesta sangat merasakan kebimbangan. Dia tidak tahu man yang harus dipilihnya. Sekarang dia hanya terdiam melihat kepergian Rezal lalu melihat Adnan yang sedang terluka.

“Masuk dulu, Ad. Saya obati lukamu,” tawar Nesta mengawali pembicaraan setelah rasa canggung beberapa saat lalu.

“Ti—”

“Ayo.” Nesta langsung menarik Adnan ke dalam apartemennya sebelum laki-laki itu menolak.

“Kenapa tidak menghindar sih tadi?”tanya Nesta sambil membersihkan darah di sudut bibir Adnan.

Sekarang mereka sudah duduk di ruang tamu. Adnan sibuk meringis kesakitan sedangkan Nesta sibuk mengobati luka di bibir Adnan. “Saya pantas mendapatkannya.”

Nesta menghela nafas. “Saya yang salah, Ad. Sejak awal, saya tidak jujur dengan Rezal soal saya sudah mengenal kamu.”

“Kenapa tidak jujur, kamu suka sama Rezal?”

“Bisa gak jangan bahas soal perasaan lagi. Kepala saya pusing memikirkannya Ad.” Nesta menghentikan aktivitasnya, lalu menyenderkan tubuhnya di sofa.

Adnan pun ikut menyenderkan tubuhnya. “Saya sungguh-sungguh sama kamu, Ta. Saya benar-benar mencintai kamu. Ini bukan omong kosong.”

“Saya tahu.” Nesta menoleh ke arah Adnan. “Kalau kamu tidak sungguh-sungguh, mengapa kamu mengenal Mama dan Papa. Iyakan? Tapi maaf, Ad. Saya butuh waktu untuk mengetahui perasaan saya.”

Adnan menganggukan kepalanya. “Saya paham kondisi kamu. Tidak mudah untuk percaya kepada laki-laki setelah melihat penghianatan dan dihianati.”

Nesta hanya diam tidak membalas ucapan Adnan. Sedangkan Adnan menatap Nesta dalam, dan mengusap pipinya dengan tangan kanannya. “Buka hati kamu, Ta.”

Wajah Adnan semakin mendekat, membuat Nesta memejamkan matanya. Merasakan sebuah sentuhan bibir kenyal milik Adnan menyentuh bibirnya.

“Saya perokok, tapi saya mau berhenti demi kamu. Dan Rezal bukan perokok, dia seperti kamu, pecinta kopi. Kamu pilih yang mana?” tanya Adnan di sela-sela ciuman manis mereka.

🌈🌈🌈

“Ta, kamu gak papakan?” tanya Gabby ketika melihat perubahan aneh di diri Nesta

Semenjak pulang dari Malang, Gabby melihat perubahan dari bosnya tersebut. Sejak tadi pagi, selalu saja melamun dan melamun. Bahkan tidak fokus dengan pekerjaannnya.

“Gak papa,Gab,” balas Nesta sambil tersenyum. Lalu dia berjalan menuju mesin jahitnya.

Gabby kemudian hanya diam memperhatikan Nesta yang kini mulai menjahit. Perempuan berambut sebahu tersebut kemudian menggelengkan kepala lalu mengerjakan membuat pola lagi.

Iridescent [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang