BAB 20 - PENGGANGGU

1.6K 119 2
                                    

BAB 20 - PENGGANGGU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BAB 20 - PENGGANGGU

Canggung, itulah yang saat ini dirasakan mereka berdua setelah membahas topik pernikahan. Nesta memilih diam sambil memainkan ponselnya. Membalas pesan Gabby yang membahas tentang pesanan yang baru. Sedangkan Rezal memilih fokus menyetir mobilnya.

Keduanya sama-sama diam tak ada yang memilih membuka suara duluan. Rezal tak suka suasana seperti ini pun akhirnya berdehem kemudian membuka suara. “Kemarin di pernikahan Dekka, ketemu Adnan? Masih ingatkan? Yang sahabat saya itu? Dia sepupunya Dekka.”

Nesta menganggukan kepalanya. “Sempat lihat.”

Entah mengapa Nesta memilih berbohong. Padahal selama ini Adnan selalu hadir dalam kehidupannya. Bahkan berhasil mengetahui semuanya. Dan padahal, dia tidak hanya melihat, justru perempuan itu bersama Adnan terus.

Rezal menganggukan-anggukan kepalanya sambil tersenyum lega. “Sudah sampai.”

“Terima kasih.” Nesta membuka pintu mobil milik Rezal.

Rezal pun mengikuti Nesta turun dari mobil, membuat Nesta kebingungan. “Kok ikutan turun?”

“Mama saya tadi mengirim pesan ke saya kalau sudah pulang naik taksi. Dan mumpung saya lagi free, bolehkan saya ikut di butik kamu?”

“Ngapain? Saya sibuk,” jawab Nesta.

“Saya akan menemani kamu sibuk.”

“REZAL.” Nesta berteriak dengan raut muka jengkel ketika melihat Rezal dengan santai berjalan menuju butik miliknya.

Dengan kesal perempuan itu pun akhirnya mengikuti Rezal masuk ke dalam butik dan langsung menuju ke lantai dua. Di sana Rezal sudah duduk di sofa, dan ada Gabby yang menganga melihat bosnya datang bersama seorang laki-laki. Pasalnya Nesta itu anti sama laki-laki, kecuali Adnan. Yang di lihat Gabby hanya Adnan yang bisa meluluhkan Nesta. Ternyata Rezal pun juga bisa.

“Gab, buatkan saya kopi.” Nesta masuk ke dalam ruangnnya untuk menaruh tasnya, lalu kembali ke luar.

“Tadi bukannya sudah minum kopi, ngapain nyuruh Gabby lagi?” tanya Rezal yang masih santai duduk di sofa.

“Terserah saya dong.”

“Ingat kesehatan kamu, Nesta.”

Nesta tidak menjawab, dia hanya memutar bola matanya saja. Lalu berjalan menuju ke arah mesin jahitnya, dan memulai mengerjakan sebuah pesanan dari Sheila. Nesta akan mengerjakan sendiri jika pesanan itu dari orang-orang yang di anggapnya penting. Sheila memesan gaun untuk pesta pernikahan lagi yang akan di adakan di bali. Pesta pernikahan yang hanya khusus keluarga besar serta orang-orang terdekat. Sebenarnya dia diundang, tapi sepertinya tidak bisa lantaran pesanan semakin membludak.

Tak lama kemudian Gabby datang membawa secangkir kopi. Tinggal beberapa langkah sampai di Nesta, tiba-tiba Rezal mengambil alih kopi tersebut. Membuat Nesta langsung melotot ke arah laki-laki itu.

“Rezal.” Nesta mendengus kesal. “Jangan ganggu saya.”

“Saya tadi belum sempat minum kopi loh, jadi saya aja yang minum.” Rezal dengannsantai meminum kopi buatan Gabby. “Enak. Kamu pintar buat kopi Gab.” Gabby hanya membalas dengan tersenyum saja.

Nesta pun mengabaikan mereka dan fokus menjahit baju yang tinggal memasang  lengannya saja. Setelah selasai dia pun langsung memasang di manekin. Melihat-lihat apakah ada kekurangannya atau tidak.

“Gab, sudah baguskan?” tanya Nesta kepada Gabby.

Gabby yang sibuk membuat pola pun menoleh, lalu menganggukan kepalanya. “Sudah, Ta. Tinggal pasang payetkan?”

"“ya. Saya akan bawa ke bawah, biar dipasang payet sama Fina.” Nesta melepaskan gaun sederhana namun elegan tersebut dari manekin. Lalu membawanya ke lantai satu.

Nesta memberhentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang ketika merasakan ada yang mengikutinya. “Ngapain ikut?” tanya Nesta.

“Kan tadi saya sudah bilang. Saya mau menemani kamu sibuk.”

“Terserah kamu, Zal.” Nesta mendengus kesal lalu berjalan lagi menuju ruang produksi.

Di sana semua orang sibuk. Ada yang menjahit, ada yang memasang payet, dan ada yang memotong bahan. Nesta menuju ke arah tempat pemasangan payet. Tepatnya ke arah seorang perempuan yang umurnya lebih mudah darinya satu tahun itu.

“Fan, tolong kamu payet gaun ini ya. Ini desainnya.” Nesta menyerahkan gaun tersebut beserta sebuah kertas yang tergambar desain hiasan untuk memperindah gaun tersebut.

Semua orang di sana menghentikan aktifitasnya ketika melihat Nesta datang bersama seorang laki-laki. “Eh... Kok pada berhenti. Lanjut kerja!” Nesta diam sejenak lalu menoleh ke kanan. “Tania kamu bantu Gabby buat pola di atas. Fani kamu kerjakan gaun ini dulu. Yang lain lanjut kerja.”

“Jadi orang jangan galak-galak. Nanti cepet tua,” sahut Rezal yang berdiri di belakang Nesta.

Nesta menghadap ke belakang, lalu berkacak pinggang. “Sembarangan kamu, doakan saya cepet tua.”

“Saya gak doakan, saya hanya bilang.” Rezal membalas dengan terkekeh.

“Terserah.” Nesta lalu berjalan sambil menggerutu kesal. Dan menuju ke arah lantai dua lagi. Diikuti karyawannya, Tania, serta Rezal.

“Ngikut mulu, gak ada kerjaan ya kamu, Zal?” tanya Nesta ketika sampai lantai dua.

“Kerjaan saya hari ini, ngikutin kamu.”

“Bodo amat, Zal. Saya capek menghadapi kamu.” Nesta mendengus kesal untuk kesekian kalinya. “Gab sepertinya kita butuh dua karyawan lagi. Kamu cari ya, yang SMK lulusan tata busana ataupun kuliah lulusan tata busana. Atau setidaknya bisa menjahit.”

“Siap, Ta.”

“Tania, kamu bantu Gabby ya! Kalian buat pola di sini saja dulu soalnya di bawah gak ada tempat.” Nesta melirik ke ara Rezal yang terlihat menerima panggilan telpon dari seseorang.

“Ta, saya pulang dulu ya. Ada urusan dadakan. Lain kali aja saya gangguin kamu lagi.” Nesta tersenyum lega, melihat Rezal yang berjalan meninggalkan butik miliknya.

🌈🌈🌈

Setelah Rezal pulang suasana kembali tenang. Nesta pun mengistirahatkan tubuhnya dengan bersandar di sofa yang berada di ruangannya. Baru saja dia menikmati capeknya perlahan hilang. Tiba-tiba suara dering ponsel berbunyi. Dengan langkah malas dia pun mengambil ponsel yang dia letakan di meja.

“Assalamu'alaikum, Ma. Ada apa?” tanya Nesta kepada si penelpon yang ternyata Mamanya.

Nak, bantu mama ya!

“Bantu apa ma? Nesta pasti akan bantu kok.” Nesta kemudian duduk di kursi miliknya.

Kamu ke malang ya...

“Malang?” tanya Nesta kaget. “Jangan bilang Mama nyuruh Nesta ketemu dia?”

Nak, dia Papa kamu. Tolong ya, nak. Papamu tersandung masalah. Sekarang dia di tahan di kantor polisi. Mama yakin papa kamu tidak bersalah nak. Tolong ya!

“Tapi ma...”

Kalau tidak mau, mama yang akan ke sana,” jawab Mama Nesta dengan suara tegas.

Nesta menghela nafas. “Yaudah Nesta ke sana.”

🌈🌈🌈

Banyak typo ya!!

Next?

Exsalind
Ngawi, 21 Oktober 2019

Iridescent [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang