BAB 10 - NOMOR TIDAK DIKENAL
Tiga hari, sudah berlalu. Namun, Adnan belum menghubungi Nesta sama sekali. Membuat perempuan berusia dua puluh empat itu mempunyai kebiasaan baru, yaitu mengecek ponselnya setiap beberapa jam sekali. Selalu melirik ke arah ponselnya, bahkan dengan cepat mengambil ponselnya jika ada terdengar nada pesan maupun telpon.
Nesta bahkan tak sadar akan apa yang terjadi pada dirinya tiga hari ini. Jika sadar dia akan menggelengkan kepalanya tiba-tiba. Membuat Gabby, maupun karyawan lainnya di butik Starlyn Collection terheran-heran.
Seperti saat ini, Nesta sedang membantu pemasangan payet di sebuah gaun bersiluet L dengan sesekali melirik ponsel yang berada di sampingnya. Dia selalu menghela nafas panjang ketika pesan yang diterima bukan dari orang yang diharapkan melainkan dari operator, maupun pesan-pesan dari nomor yang tidak dikenal yang menawarkan pinjaman.
“Mbak Nesta kenapa?” tanya seorang perempuan yang duduk di depan Nesta, ketika melihat Nesta menggelengkan kepala lalu menghela nafas panjang.
Nesta langsung menoleh ke depan. “Tidak apa-apa, In.”
“Biar kita saja mbak yang pasang payet. Mbak Nesta istirahat saja,” sahut perempuan yang sedang memasang payet di ujung ekor gaun.
Nesta lalu melirik ke arah jam dinding yang menunjukan pukul setengah sebelas malam. “Saya bantu, Fan. Nanti lembur sampai pukul sebelas saja ya. Kalian yang lebih butuh istirahat. Jangan sampai kesehatan kalian terganggu karena seminggu full lembur terus.”
“Tap-”
“Besok gaunnya diambil? Tenang, tinggal dikit ini, saya yang lanjut saja. Kesehatan kalian nomor satu. Dua puluh menit lagi beres-beres ya, setelah itu langsung ke kamar masing-masing,” potong Nesta.
Bulan Agustus ini banyak sekali orderan yang membuat karyawan butik Starlyn Collection harus lembur seminggu ini, bahkan hari minggu yang harusnya bagian produksi libur harus masuk seperti biasa. Tapi, Nesta selalu memikirkan kesehatan mereka. Nesta tidak ingin, gara-gara membantunya menyelesaikan pesanan-pesanan membuat mereka sakit.
Nesta juga menyediakan beberapa kamar yang bisa dipakai oleh mereka ketika lembur seperti ini. Karena perempuan tersebut tidak ingin karyawannya pulang ke rumah mereka masing-masing saat larut malam, apalagi mereka semua perempuan.
“Kamu juga harus istirahat, nduk. Jangan sampai memikirkan kesehatan orang lain, tapi kamu sendiri tidak memikirkan kesehatan diri sendiri.” Seorang wanita yang sudah berusia hampir empat puluh tahun menasehati Nesta.
Nesta menoleh ke arah wanita yang sedang sibuk menjahit tersebut. “Injih, Budhe.” Nesta lalu menganggungkan kepalanya. “Tapi kesehatan mereka paling penting. Apalagi kesehatan, Budhe. Nesta ingin Budhe Marni sehat terus.”
Wanita tersebut memang biasa dipanggil Budhe oleh semua orang yang kerja di tempat ini, termasuk Nesta. Marni pun tersenyum mendengar ucapan Nesta. “Iya, Budhe tahu nduk. Tapi tetap saja kamu harus jaga kesehatan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Selesai]
Romance#Love and Happiness 1 Cinta? Mendengar kata itu, perempuan bernama Starlyna Nesta Andhara pasti akan tertawa. Sebab, dirinya sudah tidak lagi percaya dengan cinta. Bukan hanya itu saja, perempuan itu juga selalu menjaga jarak dengan kaum laki-laki...