BAB 11 - MODUS

1.9K 141 3
                                    

BAB 11 - MODUS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 11 - MODUS

Starlyn Collection, butik yang baru berusia hampir dua tahun itu hari ini sangat ramai. Banyak yang datang memesan, membeli, ataupun menyewa. Membuat sang pemilik butik tersebut memijat pelipisnya karena rasa pusing tiba-tiba menyerangnya. Sejak tadi pagi, dia harus mondar-mandir membantu karyawannya.

Sebenarnya dia senang banyak yang percaya membeli di butiknya. Namun, bulan Agustus ini sangat melelahkan membuat dia khawatir dengan karyawannya. Perempuan tersebut takut jika ada yang sakit karena banyak orderan.

Nesta melirik ke arah jam dinding di ruangannya yang menunjukan pukul sepuluh kurang lima belas menit. Lalu bangkit dari duduknya, dan keluar dari ruangannya. Di luar ruangan dia menemukan Gabby yang sedang membuat pola. Dengan terpaksa Gabby harus membuat pola di lantai dua karena meja pembuatan pola di lantai satu dipakai untuk memotong bahan.

“Gab, duduk dulu sini.” Nesta menyuruh Gabby duduk di sofa.

“Ada apa, Ta?” tanya Gabby saat sudah duduk.

Nesta memijat pelipisnya lagi, akhir-akhir ini kepalanya sering pusing. Mungkin karena banyak tanggung jawab yang dia pikul serta begadang sampai dini hari terus-menerus setiap hari. Perempuan itu selalu lembur lebih lama, karena dia tidak ingin karyawannya lembur lebih dari pukul dua belas malam. “Pemesanan ditutup sementara sampai tanggal 18 Agustus. Saya tidak ingin kamu dan lainnya lembur terlalu lama.”

“Tapi, Ta. Ini mumpung banyak yang pesan, kesempatan kita sekalian untuk promosi.”

Nesta tersenyum lalu menganggukan kepalanya. “Rejeki sudah ada yang mengatur, Gab. Kesehatan kalian lebih penting.” Nesta diam sejenak lalu melanjutkan ucapannya, “Uang bisa dicari lagi nanti. Kesehatan kalau sudah terganggu, bahaya.”

“Baiklah, Ta. Terima kasih telah memperdulikan kesehatan kami. Kami sangat beruntung bisa bekerja di tempat kamu.”

“Saya yang lebih beruntung. Tanpa kalian butik ini tidak akan seramai sekarang.” Nesta lalu bangkit dari sofa. “Hari ini, masih dibuka. Mulai besok pemesanan ditutup sementara. Kita masih punya stock banyak, kamu keluarkan yang bagus dan menarik. Untuk batik karnivalnya, yang mau sewa juga ada di gudang.”

Gabby menganggukan kepalanya. Lalu Nesta menuju ruangannya lagi, dan menyibukan diri dengan beberapa kertas dan pensil.

🌈🌈🌈

Seorang gadis berusia empat belas tahun menggerutu kesal lantaran dipaksa ikut oleh kakak laki-lakinya. Sampai di mobil wajah gadis itu masih terlihat kesal, kedua tangan dilipat di depan dada, serta bibir yang mengerucut.

“Sudah jangan ngambek dek,” ucap kakaknya yang sibuk menyetir mobil.

“Mas mau ajak Flo kemana sih?” tanya gadis itu lalu mendengus kesal. “Maksa-maksa Flo untuk ikut. Mas... Flo ada janji sama teman hari ini. Mau mengerjakan tugas, Mas. Flo bilangan Ayah loh.”

Iridescent [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang