PMS

35.4K 1.4K 7
                                    

Hari ini mereka, Steve, Nadya dan Bella akan pergi berbelanja bersama, semua itu kemauan Nadya. Sesekali dia ingin mengajak calon anaknya untuk berbelanja menghabiskan waktu bersama. Sekalian Steve mencari cincin untuk pernikahannya dengan Nadya.

Nadya senang setelah beberapa lama membujuk Bella akhirnya mau ikut bersama mereka. Nadya juga kasihan, selama ini Bella tidak pernah pergi kemanapun tanpa Steve. Bersama teman-temannya pun saat ada kerja kelompok, itupun harus dirumahnya.

Steve sangat protektif kepada Bella. Bella putrinya satu satunya. Steve ingin Bella selalu merasa aman. Tapi sebaliknya bagi Bella, dirinya merasa terkekang dan tidak bebas. Bella juga merasa kesepian, Steve berangkat pagi sekali dan akan pulang saat  menjelang malam.

"Kita mau kemana dulu?" tanya Steve.

"Makan dulu Yah, Bella lapar dari tadi loh," katanya sambil cemberut.

"Iya iya," tawanya.
"Nggak pakai monyong dong,"

Steve tertawa, sedangkan Bella semakin jengkel dengan Ayahnya memutuskan untuk berjalan terlebih dahulu. Nadya yang menyadari itu menyenggol lengan Steve.

"Tuhkan gara-gara Mas sih, Bella ngambek!" Nadya ikut kesal dengan Steve.

Pria itu tidak sadarkah, dirinya sangat sulit membujuk Bella, tetapi malah membuat anak itu marah dan jengkel.

Nadya juga ikut mengejar Bella dan meninggalkan Steve sendiri di belakang.

"Perempuan memang suka ngambek," gumamnya.

Kini mereka sudah ada di sebuah restoran makan di dalam Mall tersebut. Mereka memesan dan tak lama kemudian pesanan mereka datang. Bella makan tanpa melihat sang Ayah, dirinya terlanjur jengkel.

"Habis makan kemana lagi?"

"Pulang," sahut Bella ngasal.

"Hah, kita baru dateng loh, masa pulang? Nggak seru," cibir Steve.

"Ya iya, Ayah tuh yang bikin nggak seru." Seru Bella.

"Yaampun Ayah bercanda sayang, kok baperan banget sih."

Steve terkekeh geli melihat anaknya yang mendumel karena olokannya yang katanya baperan.

Setelah selesai, akhirnya mereka menuju ke daerah baju. Nadya berulang kali menunjukan pilihannya yang bagus untuk Bella, tetapi anak itu selalu menolak, katanya bajunya masih bagus dan tidak perlu membelinya lagi.

"Kalau ini gimana, bagus loh, ada pita nya di tengah, cocok buat kamu."

Nadya menunjukan dress selutut tanpa lengan berwarna biru muda dengan pita ditengah pinggangnya. Sepertinya cocok untuk Bella yang tinggi semampai.

"Nggak tante, Bella nggak mau beli pakaian lagi, masih banyak punya Bella."

"Ehm.."  Nadya mengangguk, sepertinya Bella sedang tidak mood berbelanja. Anak itu sedari tadi diam saja, berbicara hanya kalau ditanya, selain itu tidak.

"Kita pulang aja Mas," pinta Nadya.

"Loh kenapa, kita juga belum nyari cincin loh sayang."

Bella hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Aku nggak mood belanja, kita pulang aja. Beli cincinnya besok besok kan bisa!" ucapnya kesal.

Entah apa yang membuat Nadya kesal, rasanya dia ingin marah.

"Yaudah iya kita pulang," pasrah Steve.

***

Sesampainya di rumah, Bella langsung menuju kamarnya tanpa sepatah katapun. Nadya bingung, sebenernya ada apa. Nadya akan membujuk Bella agar mau mengatakan alasannya yang tiba-tiba badmood.

Nadya membuka pintu kamar Bella, disitu Bella sedang berbaring dan mendumel sendiri sambil memainkan HPnya.

"Bella.." panggil Nadya.
"Kamu kenapa sih, kok kayak nggak mood gitu, ada apa? Tante buat salah lagi sama kamu?" tanya Nadya lembut.

"Nggak, Bella cuma lagi haid aja, makanya males ngapa-ngapain. Rasanya pengen marah terus tapi nggak tahu ke siapa," ucapnya sambil menatap Nadya.

"Sakit perut nggak, kebetulan tante juga lagi haid, jadi tante selalu bawa obatnya. Mau?"

"Nggak usah tante, nggak sakit kok. Maaf kalau Bella nggak ngenakin sama tante,"

"Yaudah kamu tidur aja ya, tante ambilin minum mau?" tawar Nadya. Kasihan juga melihat Bella yang seperti ini. Memang perempuan haid itu membingungkan dan juga...menyeramkan.

"Ehm, boleh. Makasih,"

Nadya mengangguk. Keluar dari kamar Bella untuk mengambilkan air hangat untuk Bella. Tak lama kemudian Ia kembali dengan membawa segelas air putih hangat untuk Bella.

"Bella minum dulu," sambil menyerahkan gelas air itu.

"Yaudah tante keluar dulu ya, kalau ada apa-apa panggil aja."

Bella mengangguk, "Makasih."

*

**


"Kenapa lagi?" tanya Steve yang duduk di ruang tamu sambil menatap laptopnya.

"Cuman lagi haid aja, makanya hawa pengen marah tuh ada aja. Nggak usah khawatir, Bella nggak kenapa napa kok," jelas Nadya.

Steve mengangguk. "Perutnya nggak sakit? Biasanya ngeluh sakit terus tiap haid dianya,"

"Katanya nggak, jadi yaudah aku bikinin air hangat aja tadi," Steve mengangguk lagi.

"Mama kamu kapan kesininya?" tanya Steve pada Nadya.

"Nggak tahu juga Mas, katanya kalau menjelang pernikahan aja gitu," ucap Nadya.
"Kasihan juga kalau disini lama-lama mas, rumah nggak ada yang jagain. Mama juga sendirian, Surabaya - Jakarta nggak deket Mas, apalagi Mama paling takut kalau naik pesawat sendirian. Jadi Mama mau naik kereta aja nanti kesininya." Sambungnya.

"Loh kasihan loh sayang. Kenapa nggak kita jemput aja. Mama sendirian, belum lagi barang bawaannya nanti." protes Steve.

"Mama maunya gitu ya gimana lagi?" ucapnya lesu.

"Nggak, Nanti biar Mas aja yang telpon Mama," bantah Steve.

"Terserah Mas aja deh,"

Nadya bukan dari keluarga kaya, dirinya hanya mempunyai seorang Ibu, Ayahnya entah kemana Ia tidak tahu. Di Surabaya, Ibunya sendirian, tetapi ada anak tetangga yang sering mengunjungi Ibunya, Anaknya masih kecil, sekitar umur 10 tahunan.

Nadya ke Jakarta untuk merantau, menimba ilmu di Universitas disana. Setelah lulus, untuk mencari pekerjaan yang bergaji besar. Nadya ingin menaikkan derajat keluarganya, yang telah lama ditinggalkan oleh Ayahnya. Selama ini Ibunya yang mencari nafkah untuk mereka.

Steve mengetahui semua seluk-beluk keluarga Nadya. Steve tidak mempermasalahkannya, dia tulus mencintai Nadya. Ia ingin membahagiakan orang yang disayanginya.

TBC
*


Tinggalkan Vote dan Komen ya..☺

Maaf baru bisa Up:'(

See U❣

PRIA TUA-KU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang