Akhirnya

16K 824 64
                                    

Note:

Aku mau curhat dikit. BACA.

Aku tegasin ya buat kalian. Nggak ada yang MAKSA kalian baca cerita aku. Meskipun cuma dibilang 'ceritanya gini mulu, jadi males baca'. Please, hal sekecil itu mampu bikin aku down. Aku cuma penulis BARU, AMATIR.

Okey, kalau emang kalian nggak suka. Pergi. Nggak usah pake komen yang bakal nyakitin hati orang. Sedih banget, baru pertama kali nulis udah ada yang nggak suka, pake ngatain. Sempet banget mikir buat unpub aja cerita ini. Tapi aku juga nggak tega sama kalian yang selalu nungguin cerita abal-abal aku ini. Jadi aku coba nggak mikirin komen itu.

Alay emang. Baru gitu aja aku udah sedih. Maklum ini pengalaman pertama, hehe..
Makasih buat yang udah semangatin aku terus.

***

Ponsel milik Steve berdering saat dirinya hendak menuntun Malika untuk masuk ke dalam mobilnya. Ia mengangkat ponselnya sebentar. Begitu mendengar perkataan yang sekretarisnya katakan, wajah Steve menjadi begitu sumringah. Entah mengapa hatinya begitu membuncah.

"Makasih banyak, El."

Setelah mengucapkan terimakasih, Steve memasukkan kembali ponselnya dalam saku. Pria itu mengurungkan niatnya untuk mengantarkan Malika pulang. Cukup sudah Ia mengulur-ulur waktu untuk menjelaskan semuanya kepada istrinya. Saat ini tidak lagi.

Steve menyetop taksi yang melintas di depannya. Kebetulan sekali, pikirnya.

"Kamu pulang sendiri, aku ada urusan."

"Mas! Nggak bisa gitu, dong!" ucapnya tidak terima.

"Cukup, Malika. Mulai hari ini jangan pernah kamu ganggu hidup aku lagi. Jangan pernah kamu muncul di depan aku. Cukup kali ini kamu bikin aku jauh dari istriku. Nggak lagi!" sentaknya penuh penekanan.

Steve langsung meninggalkan Malika dengan raut wajah memerah marah. Steve tidak peduli itu. Yang terpenting saat ini adalah istrinya. Nadya.

Semoga setelah ini semua akan baik-baik saja, seperti semula. Keluarga kecil mereka yang bahagia, secepatnya akan kembali lagi.
Steve tidak akan membiarkan masalah ini berlarut-larut.

"Tunggu aku, sayang."

Steve menjalankan mobilnya menuju rumah. Di perjalanan dirinya terus tersenyum. Pasalnya, sebentar lagi Ia dan istrinya akan bertemu, dan mungkin yang lebih membahagiakan, mereka akan berbaikan.

Iya, Steve menerima telepon dari Ella--Sekretarisnya di kantor. Mengatakan bahwa meeting besok diundur lusa, karena anak pemilik perusahaan itu sedang sakit, sehingga tidak bisa menjalankan rapat. Meski hanya dua hari, Steve tidak akan menyia-nyiakan.

"Bella.." Panggil Steve saat memasuki rumahnya.

"Ayah?"

"Cepat bersiap. Kita akan nyusul bunda." Steve sengaja ingin pergi saat ini juga. Ia tidak sabar bertemu mereka. Sungguh Ia merindukan istri dan putranya itu.

"Ayah beneran?" Steve mengangguk. Bella merasa senang sekali. Sama seperti Steve, sebentar lagi Ia akan bertemu dengan bunda dan adiknya. Meski satu hari saja tidak bertemu, gadis itu sudah sangat merindukan adiknya.

"Berangkat sekarang?" tanya Steve begitu melihat Bella yang sudah bersiap, turun dari tangga. Gadis itu juga membawa tas kecilnya yang berisi sedikit pakaiannya.

***

"Mama pulang!" seru seorang gadis dengan bando di kepalanya. Gadis itu senang begitu melihat mamanya pulang. Meski bukan bocah lagi, Ia masih suka bersikap seperti itu untuk mendapatkan perhatian mamanya.

PRIA TUA-KU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang