Manja

35.3K 1.1K 6
                                    

Steve duduk di sofa yang berada didalam kamarnya dengan memangku laptopnya. Pria itu sedang melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai kemarin. Pagi buta Steve bangun hanya untuk itu. Kini, dirinya sudah mandi dan memakai baju rumahannya.

Dilihat istrinya yang sedang tidur dengan nyenyak, mungkin efek kemarin terlalu malam tidurnya. Steve memperhatikan bagaimana Nadya tidur, mulut yang sedikit terbuka dan mata yang tidak sepenuhnya tertutup.

Pukul setengah tujuh, Steve mulai memakai pakaian kantornya dengan rapih. Dasi yang menggantung sempurna di lehernya dan juga sabuk yang melilit di pinggangnya, terlihat sempurna.

"Enghh.."

Nadya melenguh merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Wanita itu duduk sambil memperhatikan suaminya yang sedang mengenakan sepatunya. Nadya baru sadar kalau dirinya bangun lebih akhir dari suaminya. Biasanya dia akan menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya juga. Tapi sepertinya tidak untuk pagi ini.

"Mas,"

"Ya, udah bangun?" Steve menghampiri Nadya yang terus memperhatikannya.

Nadya mengangguk, "Kok aku nggak dibangunin, sarapannya gimana, pasti kalian udah telat. Maaf aku kesiangan."

"Nggak papa, Bella udah berangkat sama temennya, katanya sarapan disekolah aja nggak papa. Kasihan bundanya kecapekan."

"Terus Mas gimana?"

Nadya tidak mungkin membiarkan anak dan suaminya pergi tanpa sarapan, tapi bagaimana lagi, dirinya yang terlambat bangun untuk menyiapkan sarapannya.

"Mas bisa makan di kantor sayang." Steve mengelus perut rata Nadya. Yang tumbuh janin 8 Minggu itu. "Kamu cukup jagain dia, jangan sampai kelelahan ya."

"Iya Mas, aku pasti jagain dia. Kamu nggak usah khawatir."

"Yaudah Mas berangkat ya, susunya udah Mas siapin, tinggal ngasih air aja. Tadi mau sekalian Mas kasih air, takutnya keburu dingin kamunya belum bangun." jelas Steve.

"Emm.." Nadya menggumam tidak jelas.

"Kenapa?" tanya Steve cemas.

"Nggak," Nadya menggeleng.

"Sayang, kenapa?"

Nadya memeluk tubuh suaminya, menenggelamkan kepalanya di dada Steve dengan nyaman.
"Nggak usah berangkat ya." ucapnya lirih.

"Loh, kenapa tiba-tiba?"
Tentu saja Steve bingung, tadinya baik baik saja, sekarang Nadya malah memintanya untuk tidak pergi bekerja.

"Nggak tahu, pokoknya di rumah aja ya Mas." ucapnya dengan manja.

"Sayang, kok gini sih?"  Steve melepaskan pelukannya, menatap wajah cantik istrinya di pagi hari. Matanya mulai berkaca-kaca dan bibirnya sudah sedikit melengkung kebawah.

"Kangen sama Mas." air matanya turun satu butir dari sebelah kanan.

"Mas nggak kemana-mana loh padahal. Kita kan sama sama terus, gimana bisa gitu?" heran Steve. Bahkan setiap hari mereka bersama.

"Mas pulangnya malem, Aku nggak mau Mas." isak Nadya.

"Hari ini nggak sayang. Mas janji bakal pulang cepet, oke?" yakin Steve.

Nadya menggeleng cepat,
"Nggak mau!"

Steve mendesah, dia tahu mungkin ini efek hormon ibu hamil, jadinya seperti ini, sensitif dan selalu ingin dimanja.

"Yaudah iya, Mas nggak berangkat. Jangan nangis, atau Mas pergi sekarang."
Bukannya tega, Steve hanya tidak suka melihat istri cantiknya menangis seperti itu.

PRIA TUA-KU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang