Sakit

46.6K 1.3K 9
                                    

Nadya menyingkirkan lengan suaminya yang berada di atas perutnya. Tiba-tiba saja dirinya terbangun saat merasakan mual di perutnya. Ini masih sangat pagi, jam menunjukkan pukul 03.00. Sila berlari menuju kamar mandi. Sedikit sempoyongan  karena kepalanya yang tiba-tiba ikut pusing.

Nadya memuntahkan isi perutnya saat sudah sampai di wastafel.
"Hueekk."

Nadya memijat lembut pangkal hidungnya. Entah mengapa badannya terasa meriang, rasanya sangat lemas.

Nadya merasakan pijatan lembut di sekitar tengkuknya. Ternyata itu seseorang yang telah menjadi suaminya 3 bulan ini. Nadya kembali memuntahkan lagi, tetapi nihil, hanya cairan bening yang keluar dari mulutnya.

"Kamu kenapa sayang? Kamu sakit ya?" tanya Steve khawatir dengan keadaan istrinya. Kemarin Nadya masih terlihat baik baik saja. Kenapa tiba-tiba sekarang jadi sakit.

Nadya menggeleng lemah, "Nggak tahu Mas, kepalaku pusing, perut juga mual."

"Yaudah kita tidur lagi ya, nanti pagi kita ke dokter. Mas takut kamu kenapa-napa sayang." Steve memapah istrinya menuju ranjang mereka. Merasa kasihan melihat Nadya yang biasanya aktif, sekarang jadi lemas tak berdaya.

"Peluk Mas."

Dengan senang hati, Steve memeluk Nadya agar tidur kembali. Kasihan istrinya itu mengalami kesakitan, Steve tidak tega melihatnya.


***

Steve sudah siap dengan kemeja birunya, dengan jas warna hitam. Hari ini ada meeting penting di kantornya, Steve harus menghadirinya karena Dia-lah yang paling dibutuhkan karena memang seorang Bos.

Steve melihat istrinya yang masih tertidur dengan nyaman. Meringkuk seperti bayi yang kedinginan. Dengan memeluk guling serta selimutnya.

"Sayang, gimana keadaan kamu? Kepalanya masih pusing, sama perutnya masih mual nggak? Mas panggilin dokter ya," tanya Steve beruntun.

Nadya membuka matanya perlahan, rasanya sangat berat karena rasa pusing masih bersarang di kepalanya.
"Nggak Mas, aku nggak papa. Mas mau kemana?"

"Mas mau kerja sayang." Nadya mengangguk kecil "Beneran nggak pusing atau mual lagi kan? Nggak papa Mas tinggal?" Takut terjadi apa-apa kepada Nadya, sungguh Steve sangat khawatir.

"Pusing dikit, tapi nggak papa." ucapnya lemas.

"Mas nggak tega ninggalin kamu. Mas nggak usah kerja aja ya, Mas mau nemenin kamu aja. Takut kamu kenapa-napa kalau nggak ada Mas." ujar Steve terlalu overprotective kepada Nadya.

"Yaampun Mas, beneran aku nggak papa. Lagian kan juga ada Bella nanti, jadi mas nggak perlu khawatir. Percaya ya." Nadya meyakinkan.

"Yaudah tapi kalau Mas pulang kamu belum sembuh, kita ke dokter." finalnya. Kali ini Steve tidak ingin istrinya menolak ucapannya lagi. Wanita itu sama keras kepalanya seperti dirinya, padahal ini demi kebaikannya.

"Iya Mas. Berangkat gih." Nadya mengusir suaminya saat merasa mual lagi di perutnya. Dia tidak mau suaminya kembali khawatir jika tahu dirinya muntah lagi.

"Mas berangkat ya. Assalamu'alaikum." salamnya.

Nadya mencium punggung tangan suaminya dan tersenyum.
"Hati-hati Mas."

Begitu suaminya keluar dari kamar, Nadya langsung menuju kamar mandi. Entah kenapa perutnya sangat mual. Tetapi, kenapa tidak ada yang keluar dari mulutnya selain cairan bening.

"Aku kenapa sih?" monolognya. Dia juga heran dengan dirinya sendiri yang tidak biasanya seperti ini.

Nadya duduk di tepi ranjang. Tangannya mengelus-elus perutnya yang semakin lama rasa mual itu hilang.

***

Bella baru saja pulang dari sekolahnya. Gadis itu sedari tadi mencari keberadaan sang Bunda. Tidak biasanya siang-siang begini bundanya berada dikamar terus.

"Bunda." panggil Bella.

"Bundaa.." panggil Bella lagi.

Bella mengetuk pintu kamar Bunda nya. Memanggil beberapa kali wanita itu, tetapi tak kunjung keluar. Merasa sudah lama menunggu di depan pintu. Bella memutuskan masuk kedalam. Beruntung pintunya tidak dikunci.

"Bunda dimana?" teriak Bella.

"Hueekk!"

Samar-samar Bella mendengar seseorang muntah dari arah kamar mandi. Bella menghampiri Bundanya. Dirinya juga sangat khawatir jika terjadi sesuatu kepada Bundanya.

"Bunda kenapa?" tanya Bella yang sudah berada tepat di samping Nadya.

"Huekk!"

"Bunda.." gumam Bella.

"Bunda nggak papa Bella. Cuma mual aja kok." ucapnya meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Tapi bunda sakit. Bella telepon Ayah ya, biar pulang. Muka bunda pucat." ujar Bella. Biar Ayahnya pulang agar kekhawatirannya berkurang dengan kehadiran Ayahnya.

"Nggak usah Bella. Bunda nggak mau buat Ayah kamu khawatir. Nanti kerjanya nggak fokus" kilah Nadya. Jangan sampai suaminya itu gagal fokus dalam bekerja, dan akan mengecewakan client nya.

"Yaudah kalau gitu Bella yang manggil dokter. Gimana?"

Nadya mengangguk pasrah. Dirinya juga merasa lelah dengan keadaannya. Rasanya badannya terasa lemas sekali.

Nadya berbaring di atas kasurnya. Tidak lama kemudian dokter perempuan datang dan memeriksa dirinya.

"Gejala apa saja yang kamu rasain?" tanya dokter cantik itu.

"Perut mual banget dok, kepalaku juga sedikit pusing dari tadi pagi."

Dokter itu segera memeriksanya setelah mendengar keluhan dari Nadya. Selama memeriksa, senyum sama sekali tidak luntur dari bibirnya.

"Selamat Ibu Nadya. Anda sedang mengandung. Jaga baik-baik kandungan anda. Makan yang teratur Ibu, saya akan memberikan resep vitamin untuk anda."

TBC
*

Ada yang baca?
Lanjut nggak? takut jelek:(

Kalau lanjut, komen ya,-

See U❣

PRIA TUA-KU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang