Belanja Bulanan

12.4K 688 33
                                    


Bella melangkahkan kakinya menuju halte di depan sekolahnya. Hari ini Steve terlambat menjemputnya. Biasanya, kalau sedikit lebih lama menjemput, Steve akan mengabari. Lagipula, sudah lama Steve mengizinkan Bella membawa ponsel saat ke sekolah. Itupun karena kejadian dulu saat Ia sakit dan tidak bisa menghubungi keluarganya. Maka dari itu Bella diperbolehkan membawa ponsel, takut terjadi apa-apa.

"Belum dijemput, Ra?"

Bella menoleh, mendapati seseorang yang sering Ia lihat dan temui.

"Erm.. Belum, kak."
Bella mereka gugup jika sudah bertemu dengan kakak kelasnya itu. Darimana datangnya kakak kelasnya ini, tiba-tiba sudah ada di depannya. Padahal, dari tadi Bella tidak melihatnya berjalan kearahnya.

"Mau bareng sekalian. Rumah kita searah, kan?" cowok itu berusaha mencari alasan agar Bella ikut dengannya.

"Eh, iya sih, kak. Tapi, nggak deh, aku nungguin ayah aja," Bella merasa tidak enak. Dua bahkan tidak kenal dekat dengan cowok di depannya ini. Mereka kenal karena Bella mengikuti salah satu organisasi di sekolahnya, dan kebetulan cowok itu seniornya.

Bella tahu rumahnya searah dengan cowok itu, karena beberapa kali dia melihat cowok itu lewat di depan kompleknya.

"Kenapa? takut sama pacar kamu itu?"

"Hah?"
Bella tidak mengerti apa yang cowok itu katakan. Pacar? Bahkan dia tidak mempunyai seorang pacar. Ada-ada saja.

"Ra, ayo pulang, buruan naik," ujar seseorang yang baru saja datang dengan motor besarnya.

Bella melirik kakak kelasnya. Tatapan cowok itu sinis melihat keberadaan Arjuna yang menggagalkan aksi pdkt-nya. Bella merasa tidak enak jika menerima tawaran pulang dari Arjuna, sedangkan Ia menolak tawaran Gavin, kakak kelasnya. Karena, jelas-jelas Gavin yang menawarinya terlebih dahulu.

Bella bingung dan juga malu. Bingung bagaimana cara menolak keduanya. Malu, karena banyak juga cewek-cewek yang menunggu jemputan di halte yang Ia tempati saat ini. Alhasil, dirinya menjadi tontonan para cewek itu. Para cewek itu juga terlihat heran, pasalnya, Gavin bukan cowok yang mudah berbaur dengan seorang cewek. Bahkan mereka tidak pernah menemukan Gavin bersama seorang cewek, yang mungkin pacarnya.

Bukan takut salah satu dari mereka akan marah jika Ia memilih. Tapi terlebih dari itu, Ia takut ayahnya mengetahui dia diantar oleh cowok. Meskipun ayahnya mengizinkan, tetapi, Bella merasa ini belum saatnya.

"Kak Gavin, Juna, kalian pulang aja, aku mau nungguin ayah. Ayah bilang sebentar lagi sampai kok," tolaknya secara halus disertai senyuman manis.

"Yaudah gue tungguin lo sampai ayah lo dateng."

"Juna, nggak perlu. Lagian masih banyak murid yang nungguin juga."

Lagi. Gavin melirik Arjuna tidak suka. Pikirnya, cowok tengil itu hanya tebar pesona kepada Bella. Ingin mencari perhatiannya saja.

Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti tepat di depan mereka. Bella lega akhirnya ayahnya datang untuk menjemputnya, jadi, Ia tak perlu memikirkan berbagai alasan untuk menghindari dua cowok di depannya ini.

"Kak Gavin, Juna, aku udah di jemput, kalian pulang aja. Duluan ya, makasih udah sempet nawarin," Bella melangkah menuju mobil ayahnya. Ia malu ketahuan ditemani dua cowok untuk menunggu jemputan ayahnya. Apalagi, di dalam mobil ada bundanya juga. Habislah dia di goda oleh ayah dan bundanya.

"Ayah lama banget jemputnya!"

Bella sok merajuk, agar ayahnya tidak bertanya yang tidak-tidak tentang dua cowok itu. Sungguh Ia sangat malu.

"Iya, maaf. Tadi ayah pulang dulu, jemput bunda. Mau makan diluar sekalian nganterin bunda belanja bulanan, mau, kan?"

Bella tersenyum. Tentu saja dia senang jika menemani bundanya belanja. Dia bisa mengambil sesuatu yang dia inginkan. Seperti banyak snack dan susu kotak, misalnya.

PRIA TUA-KU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang