S2 - Masalah

10.7K 538 18
                                    

Hai, gimana puasa kalian?
Semoga lancar sampai akhir, ya.
Tetap jaga kesehatan ❤

***

"Mas, udah aku bilang jangan digituin, kamunya aja yang ngeyel. Jadi nangis, kan, anaknya. Kamu tuh suka banget jahilin anak-anak, Mas. Nggak tahu kalau udah nangis bakalan susah diem," omel Nadya kepada suaminya. Sudah dibilang jangan digoda seperti tadi itu, tapi suaminya malah acuh. Alhasil, Keyla tertawa sampai tersedak, sehingga anaknya langsung menangis. Hal itu juga mampu membuat Steve panik. Kebiasaan dari dulu tidak pernah berubah.

"Ya, Mas, kan nggak tahu, sayang. Mas kira nggak sampai kayak gini. Siapa tahu, kan?" ucap Steve membela diri. Maksudnya hanya ingin membuat putrinya senang. Itu saja. Tidak pernah mengira akan jadi seperti ini.

"Alesan aja kamu, Mas."

"Sayang."

"Apa?"

"Kok kamu jadi ngomel gini, sih? Mas, kan udah bilang nggak sengaja. Marah mulu, lagian Keyla udah nggak nangis."

Nadya menatap punggung suaminya yang menjauh. Niatnya untuk membuat Steve merasa bersalah karena sudah menjahili anak mereka sampai menangis, kini pria itu malah memulai aksi ngambeknya. Entahlah, Nadya terkadang bingung dengan tingkah suaminya. Terkadang sangat serius dan dewasa, terkadang juga menjadi kekanak-kanakan, seperti sekarang ini.

"Ngambek pasti itu."
Gumam Nadya sambil menimang Keyla. Anak itu memang sudah menghentikan tangisnya. Mungkin tahu jika tidak mau ayahnya lebih dimarahi oleh bundanya.

"Kenapa, bun?"tanya Bella yang baru saja datang dengan menggendong Nathan. Bella yang mendengar gumaman bundanya dengan perginya sang ayah pun menjadi penasaran.

"Ayah ngambek pasti."

"Ngambek kenapa?" tanya Bella. Gadis itu menurunkan sang adik, kemudian duduk di samping bundanya. Nathan langsung memeluk bundanya dan menciumi pipi adiknya dengan gemas.

"Nath, jangan digituin adiknya. Nangis aja baru diem, kok."

"Pasti, nih. Ayah ngambek gara-gara habis nangisin Keyla, ya?" tanya Bella yang sudah sangat hafal dengan kelakuan sang ayah.

"Bukan gitu, kak. Cuma becanda, tapi udah bunda bilangin jangan, eh malah diterusin. Nangis, tersedak Keyla-nya."

Bella mengangguk mengerti. Ia tahu, mungkin ayahnya itu terlanjur gemas dengan Keyla, sehingga sampai seperti itu. Keyla-nya juga salah. Kenapa harus se menggemaskan itu. Bella sendiri juga terkadang khilaf untuk menjahili adiknya itu. Jangan tanyakan Nathan. Anak laki-laki itu bahkan tidak peduli apapun jika sudah berhadapan dengan Keyla. Jika

"Bunda, adek kenapa?"

"Nggak papa. Nathan panggil ayah dulu sana. Bilangin dipanggil bunda makan malam. Ngerti?"

Nathan mengangguk pintar. Setelahnya, anak itu langsung berlari menuju kamar ayah dan bundanya. Sampai di tangga, anak itu langsung merubah cara berjalannya menjadi pelan dan berhati-hati. Seperti intruksi ayah dan bundanya.

"Pinter banget, bun," ucap Bella yang melihat gerak-gerik adiknya yang mulai pintar mencerna perkataan seseorang itu merasa bangga. Adik kecilnya selama ini memang berhasil oleh didikan ayah dan bundanya. Yang membuat jengkel ya satu. Sifat keras kepalanya yang selalu ingin diturutin.

Nadya mengangguk. Ia pun juga merasa bangga dengan putranya itu.
"Iya, kak. Anak bunda," Nadya terkekeh.

"Nad, makan malamnya udah siap loh. Panggil suami kamu dulu sana."
Ucap Adwila yang baru saja datang dari arah dapur. Memanggil anak dan menantu serta cucu-cucunya untuk makan malam bersama.

PRIA TUA-KU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang