[HUMAIRAH-18]

3.4K 203 6
                                    

(SICK?)

---

Sebelum Adam datang. Kepala Humairah sudah sedikit pusing. Dirinya lelah.

"Jadi gini Irah, tanggal 20 Juni nanti kakak ke Mesir lagi. Ada yang ingin diurus"

Deg!!

Makin pusing. Humairah berdiri memijit kepalanya. Lalu mengepalkan kedua tangannya.

"Kakak kenapa harus ke Mesir lagi. Kenapa gak diurus di Indonesia saja"  katanya menangis.

Mungkin Adam menyalah artikan ketertangisan Humairah ini?

Humairah menopang tubuhnya dengan memegang pinggiran Meja. Tetapi ia tidak bisa menahan berat tubuhnya, akhirnya ia jatuh terkapar dilantai.

---

"rah.. Irah..Irah..Bangun sayang"

Kelopak mata Humairah terbuka secara perlahan. Badannya terasa sakit apalagi kepalanya. Pusingnya minta disedot. Yang pertama kali ia lihat adalah wajah lusuh sang suami.

Humairah berusaha untuk duduk tetapi Habib melarangnya.

"Kamu tidak usah bangun" katanya

"Mas..kok mas ada disini bukannya ada meeting penting yah dikantor?" Tanya Humairah sambil memaksakan dirinya untuk duduk.Kedua tangan Habib membantu sang istri.

"Kamu itu.."

Habib menghembuskan nafasmya kasar. Ingin marah, tetapi ia tahan. Habib melihat Humairah dan merengkuh tubuh istrinya.

Istrinya benar-benar keras kepala.

"Kamu kalau dibilangin, ngeyel juga. Saya ini lagi panik. Keadaan kamu belum stabil sepenuhnya, saya khawatir" kata Habib diceruk leher sang istri. Humairah hanya tertawa dan membalas pelukan Habib.

"Maaf, Irah bukannya bikin mas panik. Irah juga gak tahu kenapa jadi begini" kata Humairah

"Jadi, bisa ceritain kenapa Irah ada disini dan kenapa Mas ada disini?" Tanya Humairah penasaran.

"Argh, tidak usah dibahas. Intinya kamu dan bayi kita baik-baik saja"balas Habib.

Humairah mengernyit"bayi?"

"Hem.. iyya bayi"

Habib mengendorkan pelukannya dan meletakkan satu tangannya diperut sang istri "Disini ada nyawa Irah. Ada darah daging saya disini. Ada anak saya dan kamu. Anak kita" ucapnya bangga dengan mata berkaca-kaca.

Humairah diam. Bibirnya ia gigit menahan tangis. Tangannya memeluk Habib kembali dengan erat. Kepalanya ia taruh dibahu kiri Habib.

"Humairah jangan ditahan"

Bahagia. Rasa bahagia menghampiri mereka berdua. Tangisan anak yang ingin ia dengar didalam rumahnya. Kini ia akan merasakannya.

setelah Habib mengatakan itu tangis Humairah pecah. Dirinya makin memeluk Habib erat.

"Maafin Irah Mas" katanya disela tangisnya

Humairah♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang