Memulai lagiSatu hal yang paling Usfan khawatirkan. Ia tidak mampu membahagiakan orangtuanya. Dari dulu, yang ia berikan hanya surat pemanggilan orangtua saat sekolah.
Meskipun sudah bekerja dan diberikan aset. Usfan merasa itu tidak memuaskan untuk kedua orangtuanya. Semua yang ia miliki seperti masih milik mereka. Karna dari awal memang darinya Rahman dan Khadijah.
Usfan meringis. Ia sedang duduk tenang dikursi kerjanya. Memindai puluhan lembaran kertas yang cukup membuat kepalanya pening.
"Apa ... gue cari pasangan aja?"
Cowok berkemeja hitam itu, berdiri dari kursi kerjanya. Ia sedang memandangi aktivitas manusia dibawah sana.
"Dari banyaknya cewek, kenapa juga harus dia?"
Sorot mata Usfan berubah dingin. Ia merasa terbebani sekali sekarang.
"Gue ...,"
Plak!bugh!
Usfan berbalik. Ia menatap horor pria berpakaian rapi didepannya. Usfan meringis sakit diarea punggungnya. Habib meninjunya keras sekali.
"Bang!!"
"Kenapa lo kayak gini?!" Iris mata Habib dipenuhi amarah.
Usfan menelan ludah. Ia tidak menyangka Habib bisa mengetahuinya secepat ini.
"Lo... tanggung jawab" ucap Habib dingin.
"Semua yang lo miliki bakal gue hilangin. Bahkan pakaian lo pun gak bakalan gue sisain, jika tidak lo lakuin"
Habib berbalik meninggalkan sang adik. Ia tidak tahu harus melakukan apa, selama ini adiknya terlihat baik-baik saja. Tapi ... ternyata tidak.
Dilain sisi. Usfan kehilangan kata-kata, tidak tahu harus berbalas apa kepada kakaknya. Ia terduduk lesu, ia kira semuanya tidak seperti ini. Hanya berharap, untuk terkunci sementara.
Tapi..,
Takdir berkata lain.
"Ya Allah, hampuni hamba" Kali ini Usfan terisak dengan yang diperbuatnya. Anak sepertinya memang tidak berguna. Apakah ia sampah bagi masyarakat?
---
"Irah, buatin mas teh yah"
Habib melempar jasnya disofa. Lalu duduk, menunduk melihat Arabih yang tidur terlentang dikarpet berbulu.
Irah menatap sang suami. Wajah lelahnya kentara sekali. Irah tersenyum, menangkup wajah Habib "mas... terimakasih. Jangan kecapekan" ucap Irah.
Habib mengernyit. Ia tersenyum hangat "ehm..."balasnya.
Irah bangkit membuatkan minum untuk suami. Sedangkan Habib ikut tidur disebelah anaknya. Ia masih memikirkan kejadian tadi.
Habib menggeleng. Ia tidur menyamping, menggunakan sebelah tangannya untuk bertumpu. Pria itu tertawa pelan, melihat Arabih yang sangat menggemaskan.
"Anakku Arabih" katanya sambil mencium kedua pipi tumpah sang anak.
"Pipi Arabih pengen saya emut"ucap Habib ketika Irah memberikannya secangkir teh.
Habib meringsut duduk. Ia mengambil secangkir teh itu, meminumnya sedikit karna panas. Lalu menaruhnya dilantai.
"Jangan dong, mas. Nanti Arabih nangis" Balas Humairah sambil terkekeh.
Habib tersenyum. Setidaknya, ini mengurangi stress. Dan melupakan sejenak, permasalahan yang datang.
---
Mian baru up.
KAMU SEDANG MEMBACA
Humairah♡
SpiritualCuman cerita Spritual_Romance biasa Nur Azliina Humairah yang biasa dipanggil Irah merasa gugup berhadapan dengan orang yang dulu selalu menemani hari-harinya diwaktu kecil sampai remaja. Ada sedikit rasa kecewa ketika little friends nya harus melan...