(Masa lalu)---
Belasan tahun yang lalu ...
"Kamu jangan naik sepeda kalau belum bisa"
Bocah perempuan itu memperingatkan. Ia menatap tajam bocah laki-laki dihadapannya. Ia kemudian menunduk melihat seberapa dalam luka yang dialaminya.
Bocah laki-laki tersebut nampak santai saat orang dihadapannya memegang lukanya. Tidak ada rasa perih.
"Kamu ... kamu kok gak sakit?"
Anak perempuan itu mengedip. Tidak percaya dengan temannya. Padahal ... luka yang dialami bocah laki-laki itu cukup dalam.
"Gak!minggir!!"
Anak kecil berpakaian syar'i itu terjerambat diaspal. Akibat dorongan kuat dari bocah laki-laki dihadapamnya. Ia meringis. Baju gamisnya kotor akibat bersentuhan dengan tanah. Baju dibagian siku dan lututnya pun robek sehingga terpampanglah kulit putih saljunya berdarah
" Aw ... Habib kenapa dorong Irah?"
Irah meringsuk duduk dan menatap manik hitam Habib dalam. Meminta penjelasan.
"Habib kok tega sama Irah?"
Kali ini Irah berdiri. Menepuk-nepuk bajunya yang terkena tanah. Lalu menyorot lukanya sedih. Ia takut dimarahi oleh orangtuanya, terlebih uminya.
"Habib?kata Usfan, Habib sayang sama Irah"
Deg!!
Kalimat itu. Habib sudah melangkah pergi, tetap-i mendengar kalimat itu keluar dari mulut kecil Irah. Ia mengurungkan niatnya untuk kembali berjalan.
Sedangkan Humairah. Bocah perempuan itu sudah menangis sesenggukan. Bukan karna lukanya, karna Habib yang tidak peduli padanya.
"Habib kenapa ... hiks ... mau ... hiks ... ninggalin Irah?"
Irah nampak tidak terima diperlakukan seperti ini. Seharusnya, Habib menolong bukan mengabaikannya. Kan dia yang salah bukan dirinya.
Habib membatu. Punggungnya membelakangi Humairah yang sudah menangis histeris tersebut.
"Habib gak ... hiks ... gak sayang sama Irah" Anak usia sepuluh tahun tersebut mendekati Habib meskipun ia perih saat melangkah. Irah memegang tangan Habib, mengaitkan jemarinya dengan Habib.
Habib menunduk melihat tangan mungil yang mengait dijemarinya. Lalu menatap manik cokelat Humairah.
"Yuk!Habib gak bakalan ninggalin Irahkan?kata Usfan Habib sayang Irah" katanya yang masih diiringi oleh air mata.
Aish ... bocah ini!
"Irah tahu, Habib sayang sama Irah. Kata Umi Khadijah juga, katanya Habib sering ambil foto Irah kalau lagi senyum"
Humairah menyeka air matanya lalu tersenyum. Setelah itu, ia mengelap ingusnya lalu kembali tersenyum. Habib masih diam. Terpaku kembali dengan mata lembut, anak perempuan dihadapannya.
Habib menghela nafas dan tersenyum"Iyya, Habib sayang sama Irah. Jangan nangis lagi. Kalau Irah nangis lagi, Habib yang akan sakit" ia berucap tulus, mengelus pipi sang sahabat lalu berjalan dengan perbedaan tinggi yang jauh.
---
Di meja makan sudah tersedia susu orang hamil dan roti sandwich, permintaan Humairah. Yah, perempuan itu sudah pulang dari rumah sakit. Kata Habib 'Irah, sayang. Kamu udah bisa pulang besok. Tapi, jangan sesekali menyentuh barang-barang yang ada didapur'.
Seperti itu.
Humairah manggut-manggut saat mendengar ocehan dari suaminya seraya memakan sandwichnya lalu Ia meminum susu yang dibuatkan suaminya sampai tuntas.
"Irah? Kalau Usfan datang jangan sekali-kali natap matanya lama" Habib memperingatkan istrinya. Lah, ada apa lagi dengan Usfan?
Ooh~
Karna Usfan ganteng. Hahaha Pak Habib merasa tersaingi. Uluuluu cemburu!!
Humairah hanya bisa menggeleng dengan kalimat yang dilontarkan suaminya tentang Usfan, adik kandungnya sendiri. Meskipun Usfan itu jomblo tingkat akut plus alay-lebay, tapikan ia adiknya dan juga sahabat kecil Istrinya.
"Iyya Mas, Insyaa Allah. Irah ingat" balas Humairah lalu beranjak dari duduknya, mengantar sang suami sampai depan pintu.
Habib menunduk menatap wajah sang istri yang tertutupi oleh cadar. Ia lalu berlutut dan mengelus dengan pelan perut Humairah. Menyalurkan, kasih sayangnya terhadap janin yang baru berusia sebulan tersebut "Anak Ayah baik-baik yah didalam. Ayah mau kerja dulu. Jangan mau makan yang susah didapat yah nak. Kasihan Ayah, bangun jam satu beliin kamu Coto Makassar dan ujung-ujungnya gak dimakan. Dan satu lagi, Usfan nanti datang ke rumah. Nah, kamu bisa minta makanan yang mahal-malah. Yah nak"
Ia mencium perut Humairah yang tertutupi kain tersebut lalu berdiri dan mencium kening serta kedua pipi Istrinya"Kamu boleh kok repotin Usfan nanti. Saya udah izinin" katanya tersenyum tipis namun penuh arti seraya mengusap pucuk kepala Humairah.
Ah, jantung Humairah hampir meledak. Diperlakukan seperti ini sudah kesemsem. Bisakah, Habib tidak bekerja. Cuti dulu gitu.
Usapan jari Habib diperutnya terasa sangat nyaman dan hangat. Aish, kenapa pria itu harus membuat paginya sebahagia begini. Salahkah?
Tidak!
Humairah menyukainya. Dirinya tidak berhenti tersenyum sampai sang suami menghilamg dengan mobil yang dipakainya.
Ia memasuki rumahnya, menutup pintu lalu duduk disofa serta menyalakan TV. Humairah meraih kue dancow dimeja lalu memakannya. Setelah dipikir-pikir, Ucapan suaminya tadi lumayan membuat dirinya tidak murung dirumah terus.
Humairah tersenyum menyeringai.
"Nak, repotin Usfan nanti" katanya sambil mengelus perutnya"kita buat Pamanmu itu belajar sesuatu" sambungnya
---
Assalamualaikum, ciao semuaa
Hahahahahahahahahahahhahaha
Up. Aku tuh, yeahhh
Akhirnya Up. Hahahahahahahahahahhaa
Saya gak fokus belajar!!
Hahahahahahaahha berarti saya itu gak mempunyai pendirian yang kuat. Ingin rasanya meninju papan selancar. Tapi takut jari lecet.
Ok, cuman mau ngetik kalimat diatas.
See you next part
Luv'u All💜
Salam hangat,
Lin♡
Wassalamualaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Humairah♡
SpiritualCuman cerita Spritual_Romance biasa Nur Azliina Humairah yang biasa dipanggil Irah merasa gugup berhadapan dengan orang yang dulu selalu menemani hari-harinya diwaktu kecil sampai remaja. Ada sedikit rasa kecewa ketika little friends nya harus melan...