(POSESSIVE 1)
---
Koridor rumah sakit, sudah ramai dipadati penjenguk. Di salah satu kamar rumah sakit tersebut. Terdapat dua keluarga yang saling beargumen.
"Habib, izinin Irah pulang nak"
Fatimah menatap lekat anaknya. Sungguh ia merasa kasihan, karna Irah masih dirawat inap disini. Habib mengalihkan atensinya dari Humairah. Mengedarkan pandangannya, melihat mimik wajah dari seluruh orang yang datang.
Habib tersenyum tipis lalu memasang kembali cadat tali Humairah ke wajah istrinya. Dia tidak ingin, orang lain melihat wajah cantik istrinya.
"Hemm..sepertinya Irah belum sembuh total. Jadi, Irah masib perlu dirawat disini" balas Habib.
Seluruh keluarga inti yang hadir menggelengkan kepala. Sudah dua hari ini baik dari pihak Habib maupun pihak Humairah. Mendesak Habib agar Humairah segera dipulangkan, tetapi Habib tetap kekeh untuk Humairah sembuh total.
Usfan yang sejak tadi duduk manyun-manyun. Menganggukkan kepala dengan pemikirannya sendiri. Apa keluarganya bodoh? Bagaimana bisa ia tidak berpikir sampai disitu?
Sudah. Berhenti drama. Usfan berdiri lalu mengangkat satu tangannya berharap keluarganya melihat dirinya.
"Perhatian...perhatian" katanya dengan suara dalam. Seluruh keluarga akhirnya memperhatikannya. Kecuali Habib.
"Karna bapak bapak dan ibu ibu ingin sekali Humairah pulang. Saya sudah mendiskusikan ini dengan otak saya. Dan hasil diskusi saya menyatakan bahwa, Humairah dirawat dirumah saja. Keuntungan dapat diterima oleh baik dari pihak bapak ibu sekalian maupun dari pihak Bapak Habib".
Anggaplah sekarang Usfan dalam mode cerdas. Seluruh keluarga cengo. Merasa membodohi diri, karna tidak sampai ke pemikiran tersebut. Akhirnya, selang beberapa detik. Usfan diberikan kehormatan dengan tepukan tangan yang meriah.
Adik kandung Habib tersebut tersenyum puas. Ah, usaha tidak menghianati Hasil. Merentangkan tangannya seolah-olah ia seorang yang terhormat.
"Terima kasih..terima kasih" katanya.
Habib menghentikan usapan jarinya diperut sang istri. Hem..pemikiran Usfan boleh juga. Tapi, apakah Irah akan sembuh? Hem, jika Irah dirawat dirumah saja bukan tidak mungkin istrinya ini akan bergelut lagi dengan urusan rumah tangga. Dan akibatnya ia kecapekan. Tubuh Humairah itu lemah.
"SAYA TETAP TIDAK SETUJU!"
Habib berucap tegas dengan sedikit berteriak. Humairah yang sejak tadi diam hanya bisa menatap seluruh keluarganya terlebih Ibunya, Fatimah. Dengan sendu. Seolah berkata bahwa,
'Irah baik-baik saja dan Habib cuman khawatir'
---Hay hay hay, good malam minggu
Eh, mampir yuk ke ceritaku yang diatas. Masih 0 yang baca😂 Yah saya syukur syukur ada angka😆daripada kosong, ya kan?
Terima kasih
Wassalamualaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Humairah♡
SpiritualCuman cerita Spritual_Romance biasa Nur Azliina Humairah yang biasa dipanggil Irah merasa gugup berhadapan dengan orang yang dulu selalu menemani hari-harinya diwaktu kecil sampai remaja. Ada sedikit rasa kecewa ketika little friends nya harus melan...